Yuk Main Air ke Thylenk Waterpark Tempuran

Dilihat 8454 kali
Wakil Bupati Magelang Edi Cahyana didampingi kades setempat saat meninjau kolam renang yang baru saja diresmikan, Kamis (22/8).

BERITAMAGELANG.ID - Satu lagi obyek wisata muncul di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Thylenk Waterpark dibangun di daerah lahan kritis. Bahkan, berada cukup jauh dari pusat keramaian karena terletak di lereng gunung Payung tepatnya dusun Rejosari desa Temanggal Kecamatan Tempuran.


Thylenk Waterpark diresmikan langsung oleh Wakil Bupati Magelang Edi Cahyana, Kamis (22/8). Untuk menuju lokasi, sebenarnya cukup mudah. Dari Pasar Jambu, Tempuran ke arah kanan dari arah Magelang. 


Sekitar 20 menit menyusuri jalan yang menurun dan menanjak, melintasi beberapa perkampungan dan hutan, sampailah di lokasi. Namun jangan khawatir, jalanan cukup bagus dan bisa dilalui kendaraan roda dua maupun empat.

 

Suasana sekitar masih dikelilingi hutan pinus dan pohon jati. Uniknya, di desa ini meskipun merupakan lahan kritis, ada sumber mata air yang bernama "Winong". Hanya saja, mata air ini hanya  bisa mengalir di dua dusun masing-masing dusun Jetis dan Temanggal. Mata air itulah air yang digunakan untuk mengisi kolam. 


Wakil Bupati Magelang Edi Cahyana berharap, keberadaan Thylenk Waterpark ini menjadi daya tarik masyarakat untuk berkunjung ke desa yang cukup terpencil atau secara geografis jauh dari perkotaan. Ia juga ingin adanya obyek wisata ini akan berdampak positif bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.


Edi berpesan agar pengelolaan dilakukan secara profesional, yakni bagaimana mengubah kultur masyarakat itu menjadi hal yang sangat penting.


"Jangan sampai orang datang ke sini kemudian tidak datang lagi atau kapok. Nah ini harus selalu dipikirkan dan ditingkatkan oleh pengelola," imbuhnya.


Di sisi lain, ia wanti-wanti kepada pengelola untuk memperhatikan faktor keamanan karena obyek wisata ini menyangkut air. 


"Jangan sampai menelan korban, karena kalau sudah demikian imejnya menjadi jelek," tegasnya.


Diingatkan pula agar masyarakat tetap menjaga moralitas, jangan sampai dengan adanya wisata di desa ini akan ada pandangan negatif dari masyarakat sekitar.


 "Apalagi kita tinggal di Magelang yang memiliki lebih dari 200 pondok pesantren," tegasnya.


Ia menginginkan ada kolaborasi yang baik antara dunia wisata dengan masyarakat dengan kultur agama yang kuat.


Kepala Dinas Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga (Disparpora) Kabupaten Magelang Iwan Sutiarso menyambut baik keberadaan obyek wisata di desa Temanggal ini. Hal itu menunjukkan ada geliat dari masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup lebih sejahtera. 


“Demikian juga pola hidup yang lebih baik, seperti menjaga kebersihan dan dibangunnya infrastruktur seperti sarana jalan yang mejadi lebih baik. Adanya obyek wisata baru, maka akan tumbuh UMKM baru, kuliner dan lain sebagainya,” harap Iwan.


"Dua dusun lainnya masih sering kesulitan air bersih, namun tidak bisa dijangkau oleh mata air karena faktor alam," imbuh Sekretaris Desa Temanggal, Sugeng.


Sugeng mengatakan, pembangunan obyek wisata air ini bertujuan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) desa. Sejak dirinya menjadi Sekdes pada 2003, PAD per tahun hanya Rp 250 ribu. Oleh karena itu, ia bersama dengan tokoh masyarakat dan juga pemuda setempat bermusyawarah untuk membuat obyek wisata yang diharapkan mampu mendongkrak PAD. Apalagi saat ini sudah ada dana desa. 


"Maka tahun 2017 dianggarkan sebesar Rp 176 juta untuk membuat kolam renang. Ternyata dana itu masih kurang, sehingga kita hutang ke pemborong dan baru kita lunasi tahun 2019 ini," terangnya.


Thylenk Waterpark memiliki luas 3.500 meter persegi, terdiri dari tanah kas desa dan warga setempat. Ada dua kolam renang untuk anak-anak yang berada di pinggir sungai Tileng dan kolam renang untuk dewasa. Untuk tiket tanda masuk cukup murah, Rp 5 ribu. 


Ada beberapa permainan anak seperti becak air dan juga ATV. Bagi yang suka, juga bisa memancing di sini dengan tarif Rp 23 ribu/ hari.


Keberadaan obyek wisata ini, menurut Sugeng mampu menggeliatkan aktivitas warga yang sebagian besar petani. Mereka sudah berani untuk menerima tamu dalam jumlah besar, dengan menyajikan aneka makanan tradisional, seperti nasi jagung, ayam ingkung, kluban teri asin dan semacamnya. 


"Yang jadi ciri khas di sini adalah buntil lumbu," kata Sugeng.


Bahkan ada aturan yang cukup tegas di sini, yaitu tidak boleh ada minuman kemasan plastik dari luar. Untuk minum, warga menyediakan minuman tradisional dan juga kopi.


"Kita memang melarang tegas ada minuman kemasan dari luar. Kita ingin memberdayakan warga setempat, baik itu warga umum, PKK maupun pemuda, sehingga uang yang berputar di sini semakin banyak," ujarnya.


Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar