Makna Pahlawan Saat Ini Lebih Luas

Dilihat 41858 kali
Asep Sukendar - Kepala SMAN 1 Kota Mungkid

Menyadur perkataan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang mengatakan bahwa Pahlawan Nasional saat ini haruslah sosok pemuda yang bisa mengisi kemerdekaan dengan kreasi dan inovasi: "Spirit Pahlawan Nasional zaman now ya mengisi kemerdekaan. Buat saya, orang kreatif dan inovatif juga pahlawan". Nah, tentu akan sangat berarti kalau pemuda jaman sekarang memiliki jiwa semangat kepahlawanan. Lalu seberapa besarkah jiwa pahlawan itu meresap di hati pemuda era digital sekarang ini? 

Hari pahlawan nasional menjadi sebuah momen untuk mengingat kembali betapa berat perjuangan atau pengorbanan para pahlawan kita demi memproklamirkan kemerdekaan Indonesia dari cengkraman penjajah. Tentu tidak sampai di situ, pasti kita ingin mengisi kemerdekaan ini dengan melanjutkan perjuangan dan mewujudkan cita-cita mereka yang berjuang untuk menyejahterakan masyarakat Indonesia. Nah untuk mengetahui sebenarnya apa sih yang disebut dengan "Pahlawan" ini? Reporter Majalah Suara Gemilang, Widodo Anwari mewawancarai Kepala SMUN 1 Kota Mungkid, Asep Sukendar secara eksklusif dalam edisi "Hari Pahlawan". 

Menurut Bapak apa arti pahlawan saat ini?

Arti pahlawan saat ini menurut saya adalah seseorang yang memiliki niat dan mau berbuat baik bahkan rela berkorban demi kebaikan orang lain dan dirinya. Dalam mengisi kemerdekaan, di era globalisasi saat ini kita semua dituntut untuk dapat memerankan diri kita menjadi pahlawan. Tentu hal itu harus disesuaikan dengan potensi dan kapasitas kita masing-masing. Bukankah makna lain dari pahlawan adalah orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran? Jadi sekarang ini kita harus berani "menonjolkan diri" di tengah-tengah lautan manusia yang sangat heterogen. Satu modal utama yang harus dimiliki untuk menonjolkan diri kita, yaitu prestasi. Dengan demikian, arti pahlawan saat ini adalah setiap orang, apa pun status dan kedudukannya, yang memiliki niat benar (feeling good), mau berbuat benar (acting good) dan mencintai kebenaran (loving good) untuk menghasilkan prestasi sesuai dengan potensi yang dimiliki, sehingga memberikan manfaat bagi dirinya dan orang lain di sekitarnya. 


Masih relevankah sekarang berbicara tentang hari pahlawan?

Membahas dan membicarakan hari pahlawan dalam bentuk peringatan saat ini tentu masih sangat relevan. Apalagi makna pahlawan saat ini sudah meluas, tidak hanya sebatas orang-orang yang mau memanggul senjata, berperang melawan musuh, dan siap berkorban demi keutuhan bangsa dan negara, melainkan dapat diperankan oleh siapa saja dalam berbagai bidang yang berbeda. Oleh karena itu, kalau pada setiap peringatan Hari Pahlawan kita berbicara tentang semangat kebangsaan, cinta tanah air, berjuang, dan rela berkorban, maka untuk saat ini dan ke depan kita masih memerlukan itu semua. Semangat kebangsaan misalnya, merupakan upaya kita untuk menempatkan bangsa Indonesia sebagai bangsa besar yang terhormat dan menjadi kebanggaan warga negaranya, sehingga mampu bersanding, bersaing, dan bertanding dengan bangsa-bangsa lainnya di dunia. Sikap cinta tanah air, merupakan kesadaran diri untuk merasa memiliki (sense of belonging) setiap jengkal tanah yang ada di persada ibu pertiwi, menjaganya dari gangguan siapa pun, memelihara dan mengembangkannya sehingga menjadi tanah air yang dicintai sekaligus dibanggakan. Demikian juga halnya dengan berjuang yang merupakan sikap sekaligus kata kunci untuk mencapai keberhasilan dan kesuksesan. Sehingga pantas kalau ada peribahasa yang mengatakan "Tiada keberhasilan tanpa perjuangan, dan tiada perjuangan tanpa pengorbanan". Untuk itulah, dalam kondisi saat ini seluruh elemen masyarakat, termasuk warga masyarakat di Kabupaten Magelang harus memiliki karakter untuk selalu siap berjuang (bekerja dan berkarya) serta berkorban demi mencapai kesuksesan yang dicita-citakan. Selanjutnya istilah rela berkorban merupakan sebuah bentuk ketulusan dan keikhlasan dalam berbuat dan bertindak. Sikap tulus dan ikhlas merupakan karakter seorang manusia yang utuh (insan kamil), yang bekerja tanpa harus menunggu perintah, berbuat tanpa harus dilihat orang lain, dan bertindak tanpa harus mendapat pujian orang lain. Bagi orang seperti ini tidak ada tujuan lain dalam kehidupannya, kecuali hanya ada keinginan dan hasrat yang baik (desiring good).


Apakah pendidik juga dapat disebut pahlawan?

Seperti tadi saya katakan bahwa pahlawan saat ini dapat muncul dalam berbagai bidang, tidak terkecuali bidang pendidikan. Jangankan guru sebagai pendidik, seorang anak SD berusia 7 tahun yang membantu seorang nenek-nenek yang sudah tua renta untuk menyebrang jalan yang ramai bisa disebut sebagai seorang pahlawan cilik. Begitu juga dengan sosok seorang pendidik yang sehari-harinya mengajari dan mendidik anak didiknya untuk menjadi manusia-manusia yang cerdas sekaligus bertakwa kepada Allah SWT, merupakan pekerjaan mulia yang nilainya tiada tara. Silakan jawab, siapakah yang menjadikan seseorang menjadi seorang dokter, insinyur, ahli hukum, tentara atau polisi, jaksa, ahli ekonomi dan profesi lainnya? Jawabannya pasti hanya satu, guru. Oleh karena itu tidak salah, kalau sejarah pernah mencatat seusai Hiroshima dan Nagasaki dibom oleh tentara sekutu, Hirohito, kaisar Jepang saat itu bertanya kepada orang-orang dekatnya. Pertanyaan kali pertama yang disampaikan kaisar adalah berapa orang guru-guru (sensei) yang masih hidup? Pertanyaan ini cukup mengagetkan, karena yang ditanyakan bukan jumlah tentara, bukan kerugian materi, bukan alat-alat dan persenjataan perang yang tersisa, tetapi pada sosok guru. Ini membuktikan bahwa bangsa yang maju sekelas Jepang saja menempatkan pendidik sebagai komponen utama dalam memajukan bangsa dan negaranya. Bahkan seorang mantan Mendikbud beberapa tahun yang silam setengah berseloroh pernah mengatakan bahwa di dunia ini hanya ada dua profesi, yaitu profesi guru dan yang lainnya. Hal ini membuktikan adalah sebuah keniscayaan apabila pendidik dikategorikan sebagai pahlawan di bidangnya dengan diberi tanda jasa, bukan sebagai pahlawan tanpa tanda jasa sebagaimana syair dalam lagu himne yang sering kita dengar selama ini.


Definisi seorang pahlawan menurut Bapak?

Seperti sebelumnya, bahwa arti pahlawan, termasuk pahlawan untuk saat ini adalah setiap orang, apapun status dan kedudukannya, yang memiliki niat benar, mau berbuat benar, dan mencintai kebenaran, untuk menghasilkan prestasi sesuai dengan potensi yang dimiliki, sehingga memberikan manfaat bagi dirinya dan orang lain di sekitarnya, masyarakat, nusa, bangsa, dan agamanya.

Apakah yang disebut dengan pahlawan merupakan orang yang berjasa untuk negara?

Kata "pahlawan" secara etimologi berasal dari bahasa Sansekerta "phala", yang bermakna hasil atau buah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pahlawan berarti orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran. Dengan demikian kata pahlawan adalah seseorang yang berpahala yang perbuatannya berhasil dan berguna bagi kepentingan orang banyak. Perbuatan seseorang yang berguna bagi orang banyak pasti akan dianggap sebagai sebuah jasa yang tidak ternilai harganya, sehingga orang yang berbuat itu pantas untuk disebut pahlawan. Oleh karena jika seseorang sudah bisa berbuat untuk membantu kepentingan orang lain, baik untuk kepentingan perorangan maupun negara, maka dia berhak untuk disebut (bukan digelari) pahlawan, terlepas besar atau kecilnya perbuatan yang dilakukan orang tersebut. 


Harapan kepada generasi muda terkait dengan Hari Pahlawan?

Banyak harapan untuk generasi muda (para siswa) terkait dengan hari pahlawan ini, antara lain, para pemuda harus memiliki kesadaran untuk menghargai jasa-jasa para pahlawan bangsanya. Mempelajari, memahami, sekaligus memberikan makna atas sepak terjang dan perjuangan para pahlawan bangsanya sebagai sebuah "inspiring leadership", mengaktualisasikan semangat perjuangan dan motivasi para pahlawan dalam kegiatan mereka sehari-hari. Harus berusaha menjadi pahlawan-pahlawan di zamannya sesuai dengan bidangnya masing-masing, selalu berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negaranya sehingga mampu menempatkan Indonesia sebagai negara besar dan berpengaruh di kancah dunia. Tidak boleh kehilangan jati diri dan selalu menempatkan merah putih di dada sebagai sebuah kebanggaan yang tidak akan pernah luntur dimakan usia, di mana pun dan dalam bidang apa pun pekerjaan kita.


Apa kesan bapak terhadap pemuda yang lupa pada jasa para pahlawannya?

Sangat prihatin, karena sikap melupakan jasa para pahlawan bangsanya merupakan sikap yang kontra produktif dengan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945. Bagaimana pun pemuda adalah generasi penerus bangsa. Untuk bisa berbuat saat ini dan persiapan melangkah jauh ke masa depan harus mampu mempelajari dan memahami masa lalu sebagai pengalaman berharga sekaligus sebagai keteladanan demi masa depan yang lebih baik. Bukankah pengalaman itu merupakan guru terbaik? Itulah sebabnya, munculnya sikap dan perangai pemuda yang melupakan jasa para pahlawannya, bisa jadi akibat dari kesalahan dalam proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah dan juga bimbingan para orang tua di rumah. Sudah saatnya untuk selalu mengingatkan sekaligus mengajak pemuda-pemuda Indonesia mempelajari dan memahami secara utuh perjuangan serta pengorbanan para pahlawan bangsanya. Berikan peluang dan kesempatan kepada para pemuda untuk mengaktualisasikan diri. Jangan dibatasi mereka untuk berkreasi dan berinovasi. Biarkan para pemuda Indonesia menjadi pahlawan-pahlawan bangsa ini di zamannya. - (Widodo Anwari, Bag. Humas dan Protokol)


Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar