Warga Gunakan Alat Sederhana Pendeteksi Dini Tanah Longsor

Dilihat 3161 kali
Komunitas Peduli Menoreh gotong royong pasang EWS sederhana di tebing desa Ngargoretno dekat pemukiman warga, Selasa (28/1)

BERITAMAGELANG.ID - Inilah cara warga lereng gunung Menoreh tepatnya di dusun Selorejo desa Ngargoretno kecamatan Salaman Kabupaten Magelang, dalam mendeteksi bencana tanah longsor menghadapi musim penghujan. Mereka memasang Early Warning System atau EWS secara sederhana. Bukan pendeteksi yang canggih, namun hanya menggunakan bambu, papan dan paku. Meski berbiaya murah, EWS sederhana ini diyakini warga mampu mendeteksi secara dini tanah yang rawan longsor.


Soim, ketua gabungan Relawan Muda Bukit Menoreh mengatakan, ia bersama puluhan warga dari komunitas Peduli Menoreh, memasang EWS di tiga titik.


"EWS sederhana ini selalu kita pasang setiap kali menghadapi musim hujan," kata Soim di sela-sela memasang EWS, Selasa (28/1).


Menurut Soim, warga setempat sadar bahwa rumah tinggal mereka berada di daerah yang rawan longsor. Sehingga warga harus memahami betul tebing-tebing yang ada di kawasan Menoreh ini.


Dengan EWS sederhana ini, warga akan meneliti setiap hari, apakah ada gerakan pada alat itu atau tidak. Cara membuat alat ini pun juga mudah. Demikian juga dengan cara kerjanya. Sebanyak empat batang bambu dipasang di tanah yang kokoh dan rawan, masing-masing dua bambu. Di antara bambu itu, kemudian akan dipasang papan kayu sepanjang 139 cm. Tepat di tengah papan dipotong.


Warga akan mendeteksi setiap hari, apakah ada gerakan pada papan yang sudah dipotong tersebut.

Apabila papan yang dipasang di tanah yang rawan longsor itu bergeser, maka sudah dipastikan daerah itu harus diwaspadai.


"Karena kemungkinan ada retakan atau tanah yang bergeser," terang Soim.


Pada patok yang ada di titik rawan, dipasang tali yang disambungkan dengan sirine. Saat patok itu bergerak cepat, maka sirine akan berbunyi.


Atas dasar itu, warga bisa mengambil langkah-langkah yang harus dilakukan untuk antisipasi timbulnya korban.

Karena alat ini sederhana dan berbiaya murah, maka diharapkan setiap warga yang rumahnya berada di tebing, memasang EWS sederhana ini secara mandiri.


"Kami bersama komunitas akan gencar melakukan sosialisasi kepada masyarakat," tandasnya.


Soim menambahkan, pemasangan EWS ini juga atas saran seorang profesor dari Jepang.


"Profesor itu merupakan ahli kebencanaan dan saat berkunjung ke lereng Menoreh ini memberi pelatihan ke warga," imbuhnya.


Sementara itu, Pujo Prayitno, ketua Komunitas Peduli Menoreh menambahkan, EWS sederhana ini memang sudah dilakukan sejak dulu. Warga di sini sudah menyadari bahwa mereka hidup di kawasan yang rawan longsor.


Ia mengaku, EWS ini sangat bermanfaat, karena warga dengan cepat bisa mendeteksi bila ada gerakan tanah.


"Tahun lalu, warga dengan tanggap segera mengantisipasi, saat EWS sederhana ini bekerja dan mendeteksi ada gerakan tanah," ungkapnya.


Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar