Tradisi Ruwat Rawat Jadi Wisata Budaya Baru di Candi Borobudur

Dilihat 4299 kali
Tradisi Ruwat Rawat Borobudur di Kabupaten Magelang.

BERITAMAGELANG.ID - Candi Borobudur sebagai Mandala Agung, sebuah lentera besar yang memiliki banyak nilai. Candi Borobudur juga mampu menghipnotis dari sisi wisata, budaya kebersamaan, dan spiritual. Kondisi itu seperti digambarkan pada relief Kamadatu dan Arupadatu yang ada di lantai dasar Candi Budha terbesar di dunia itu.


Keberadaannya menginspirasi masyarakat untuk olah rasa asa dan berkreasi. Itulah pemaparan pelaku Budaya Ruwat Rawat Borobudur (RRB) Sucoro saat bertemu jajaran Managemen Taman Wisata Candi Borobudur, Rabu (20/02).


"Candi Borobudur lahir dari budaya olah pikir masyarakat dahulu. Apa yang dilakukan para pelaku seni di ruwat rawat adalah salah satu upaya melestarikan Borobudur dari sisi budaya," kata Sucoro kepada BeritaMagelang.id.

Menurut Sucoro, RRB sudah digelar selama 16 tahun. Setiap tahun jumlah kelompok seni yang terlibat jumlahnya terus bertambah. 


Candi Borobudur juga menjadi ruang komunikasi budaya, sedangkan pagelaran Dwi Windu RRB memperlihatkan potensi budaya masyarakat di sekitar Borobudur. 


"Dwi windu RRB dibuka pada 9 Februari kemarin di pelataran Candi Borobudur. Hadir dalam pembukaan itu puluhan kelompok seni dari berbagai kota seperti Bali, Banyuwangi, Bandung dan kota lainnya," terang Sucoro.


Pihak TWC melihat potensi RRB sebagai kekuatan murni dari sebuah upaya pelestarian budaya berbasis masyarakat yang layak mendapat ruang.


"Dalam konsepnya kita mengapresiasi Ruwat Rawat Borobudur yang konsisten hingga 16 tahun. Ini sangat menarik dan luar biasa, karena budaya Borobudur terlihat di Borobudur," ungkap Direktur Teknik dan Infrastruktur PT TWC Mardijono Nugroho.


Lebih jauh ia menambahkan, RRB merupakan festival murni yang layak menjadi destinasi wisata budaya Borobudur setiap tahunnya.


"Semangat berbudaya dari anggota Brayat Panangkaran selaku penggagas Ruwat Rawat Borobudur luar biasa. Kita mendukung keberlangsungannya, mengingat menjual tidak harus transaksional. Namun juga harus transformasional," jelas Mardijono.


Pertemuan antara pengurus RRB dan pihak PT TWC ini merupakan ajang silaturahmi dan berdiskusi guna mensinergikan budaya kearifan lokal menjadi bagian promosi pariwisata Candi Borobudur.


"Prinsipnya komunikasi intens untuk menyamakan persepsi dimensi pengembangan Borobudur dari dimensi budaya," pungkasnya.

Untuk diketahui, Ruwat Rawat Borobudur berlangsung mulai 9 Februari hingga 27 April 2019. Pagelaran Dwi Windu RRB ini digelar di berbagai tempat dengan rangkaian festival kesenian dan sarasehan budaya di Kecamatan Grabag, dan Windusari Kabupaten Magelang. Sedangkan untuk daerah lain, RRB akan digelar di Temanggung, Purworejo, dan Magelang.

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar