Tradisi Ratusan Ancak Warga Lereng Merapi

Dilihat 3494 kali
Tradisi 'Kembul Bujono' di Merti Dusun Ngentak Desa Sumber Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang Jawa Tengah (21/03)

BERITAMAGELANG.ID - Sebagai wujud rasa syukur hidup damai di lereng Gunung Merapi, ratusan warga Dusun Ngentak Desa Sumber Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang Jawa Tengah, memanjatkan doa di sumber air Sendang Sari sambil membawa nasi lauk, jajanan pasar dan hasil bumi. 


Suasana hening, semilir angin dari Merapi menerbangkan doa ratusan warga Dusun Ngentak di sumber air Sendang Sari. Dalam satu jam semua warga yang duduk bersila di atas tanah nampak larut dalam khidmat.


Selesai berdoa, satu per satu warga melepas alas kaki untuk membasuh muka di salah satu dari enam pancuran yang ada di Sendang Sari tersebut. Prosesi itu guna membersihkan lahir dan bathin sebelum mengikuti tradisi menghormati para leluhur.


Salah satu panitia, Purwoko mengungkapkan, bahwa kegiatan ini sebagai wujud rasa bersyukur warga kepada Sang Pencipta, sekaligus mengenang jasa para leluhur  yang telah mendahului kita.


"Dengan tujuan lain agar seluruh warga diberi kesehatan dan keselamatan dengan ungkapan syukur kepada Sang Pencipta," katanya.  


Secara turun-temurun tradisi merti Dusun Ngentak ini digelar setiap tahun pada Rabu Pon di bulan Rajab kalender Jawa. Sendang Sari, merupakan sebuah mata air yang tidak pernah kering keruh di setiap musim.


"Kami mengawali Merti Dusun di Sendang Sari ini sebagai bentuk syukur bahwa air dari tempat ini menghidupi segala kebutuhan masyarakat di sini mulai kebutuhan rumah tangga, kebutuhan makan minum dan persawahan," paparnya.


Dalam tradisi itu, setelah berdoa di Sendang Sari seluruh warga berpakaian Jawa berjalan kaki ke arah Gunung Merapi menuju Padepokan Kethoprak Santi Aji.


Para wanita berkebaya mengusung ancak atau tempat makanan dari bambu berisi nasi lauk, jajanan pasar dan hasil bumi, sebagai wujud syukur kepada Tuhan atas rezeki selama ini. Sedangkan kaum pria dewasa dan anak-anak beramai-ramai membawa peralatan ritual seperti gamelan, gong, dan tombak.


Ratusan ancak yang juga merupakan simbol kerukunan antar warga itu kemudian ditata rapi di tengah tengah warga yang duduk melingkar dalam Padepokan Kethoprak Santi Aji. Kemudian secara bergantian umat Muslim dan Nasrani berdoa dipimpin tokoh agama masing-masing.


Usai berdoa, prosesi dilanjutkan dengan "Kembul Bujono" atau menyantap bersama makanan yang dibawa pada selembar daun pisang oleh warga dan pengunjung yang hadir di lokasi itu.


"Tumpengan beserta kelengkapan ini berarti bahwa sebuah nasi tumpeng yang dikelilingi mcam-macam lauk pauk tetap akan mengerucut di salah satu titik puncak tumpeng. Hal tersebut menjadi sebuah simbol kebersamaan dengan beraneka ragam perbedaan menjadi satu persatuan di puncak," ungkap Purwoko mengakhiri.


Sebagai rangkaian kegiatan tradisi ini akan digelar seni karawitan bersama pada Rabu (21/03) malam dan pentas Ketoprak. Sementara pada malam Minggu (24/03) akan ada pentas kesenian tradisional dari masyarakat Ngentak Sumber.

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar