Tradisi 'Pecah Celengan' Perempuan Merapi Hadapi Covid-19

Dilihat 1293 kali
Paket sembako warga Dusun Nganggrung Desa Kamongan Srumbung Kabupaten Magelang dalam mengantisipasi Covid 19.

BERITAMAGELANG.ID - Menghimpun dan dibagikan, itulah yang dilakukan perempuan lereng Gunung Merapi Dusun Nganggrung Desa Kamongan Kabupaten Magelang saat ancaman wabah Covid-19 melumpuhkan sendi ekonomi sejumlah wilayah.


Paket Kepokmas (kebutuhan pokok masyarakat), atau sembako yang dibagikan Selasa (14/4/2020) itu merupakan hasil kumpulan uang Rp 5.000 dari aksi menyapu di setiap Minggu pagi. 


"Setiap nyapu ibu-ibu bayar lima ribu. Bukan iuran tapi tabungan," kata salah satu warga Sri Wahyuni sambil tersenyum.


Uang tersebut dikumpulkan sebagai dana siaga yang hanya bisa ditukar kebutuhan pokok seperti minyak goreng, gula pasir, beras dan lainnya.


Pencairan sembako itu pun hanya bisa dilakukan saat kondisi 'genting' atau menjelang hari raya Idul Fitri saja.


"Tidak membebani, tapi wajib bagi ibu-ibu di sini nyelengi (menabung) untuk jaga-jaga," jelas Wahyuni.


Memang, mereka di tataran masyarakat yang senantiasa siaga menghadapi bencana, khususnya erupsi setiap saat dari sang 'momongan' Merapi. Sehingga kala kondisi terbatas dan serba sulit akibat penyebaran wabah Covid-19 seperti sekarang ini, para perempuan dusun Merapi ini tetap bisa tersenyum lebar karena stok pangan bagi keluarganya tercukupi hingga beberapa pekan ke depan.


"Sebanyak 28 paket dibagikan untuk satu RT," jelas warga lainnya, Sri Yatmi.


Selain sebagai tabungan, menurut Sri Yatmi pola sederhana yang dilakukan para wanita petani ini juga sangat efektif dalam menjaga rasa nyaman dan aman di saat bencana. 


Selain itu dana iuran tak seberapa itu juga berperan sebagai lumbung pangan mandiri yang dapat digunakan setiap saat.

 

"Alhamdulillah bisa meringankan beban. Selain desa bersih sehat, perut juga kenyang," ujarnya.


Menyadari hidup di antara potensi ancaman bencana Merapi telah melahirkan tradisi sederhana warga yang terdiri dari 38 Kepala Keluarga tersebut. Mereka belajar untuk bertahan dan berbagi tanpa harus mengeluh saat pendemi Covid-19 dan bahaya erupsi Merapi setiap saat.

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar