Tradisi Nyadran Warga Sorobayan Di Tengah Pandemi Covid-19

Dilihat 2789 kali
Nyadran warga Dusun Sorobayan Desa Banyuurip Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang, Rabu (24/2/2021)
BERITAMAGELANG.ID - Tradisi Sadranan atau Nyadran hampir tidak pernah dilewatkan oleh masyarakat Dusun Sorobayan, Desa Banyuurip, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang. Budaya yang dilakukan sejak lama ini, dilaksanakan di bulan Sya'ban/Rajab atau menjelang Ramadan. Tahun ini, nyadran dilaksanakan dalam suasana pandemi Covid-19 sehingga warga yang datang dibatasi hanya warga setempat.

"Sebelum pandemi Covid-19, setiap sadranan selalu dihadiri oleh sanak saudara yang tinggal di luar kota. Namun saat ini, mereka tidak pulang karena memang situasi yang tidak memungkinkan," kata Kepala Desa Banyuurip, Fuad Hasan, Rabu (24/2/2021).

Di hadapan puluhan warga yang mengikuti sadranan ini, Fuad mengingatkan agar selalu patuh terhadap protokol kesehatan. 

"Jangan sekali-kali mengucilkan warga yang terkena Covid-19. Karena Covid itu penyakit dan bukan merupakan aib," ujarnya.

Sadranan bagi warga Sorobayan, merupakan tradisi turun-temurun untuk menghormati leluhur serta sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan. Tradisi ini sudah diawali dengan bersih makam di desa setempat pada Selasa (23/2/2021). 

Dilanjutkan dengan makan bersama di halaman  Masjid Al-Ikhsan, dusun setempat. Mereka duduk berjajar di sepanjang jalan dusun dengan menggelar tikar dan daun pisang. Warga tetap terlihat menggunakan masker saat acara berlangsung. Sebelumnya, mereka juga dicek suhu tubuh dan mencuci tangan menggunakan sabun.

Acara dimulai dengan doa bersama (tahlil) yang dipimpin ulama desa setempat. Nampak warga dari dusun sekitar juga hadir, seperti dari Dusun Ngepos, Gondanglegi dan Canguk. Namun tetap saja tidak seramai tahun lalu sebelum pandemi.

Saat warga sudah duduk di tikar, kemudian dilaksanakan doa bersama. Usai berdoa, masyarakat melakukan kenduri atau makan bersama di sepanjang jalan dusun. Makanan diletakkan di atas daun pisang yang difungsikan sebagai piring. 

Setiap keluarga membawa makanan sendiri dari rumah. Biasanya berupa makanan khas tradisonal antara lain opor ayam kampung (ingkung), sayur buncis, sambal goreng kentang, rempah, perkedel dan juga rempah serta lauk lainnya.

Kenduri menjadi satu rangkaian Nyadran yang paling ditunggu. Rasa kebersamaan antar keluarga, dan warga lainnya tercipta di-momen ini, tanpa membedakan kaya maupun miskin. Warga membaur menikmati makan bersama. Diharapkan tradisi ini tetap dilestarikan agar kerukunan warga terus terjalin.

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar