BERITAMAGELANG.ID - Tradisi merawat bumi digelar warga lereng barat Gunung Merapi di Dusun Kaliuranglor Desa Kaliurang Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang, Jawa Tengah Kamis (25/10).
"Selama empat hari warga menggelar prosesi adat merti bumi demi keselamatan, kelancaran rejeki hidup bebrayan (rukun) dengan Gunung Merapi," demikian kata Hardiyanto sesepuh Dusun Kaliuranglor saat ditemui Beritamagelang.id.
Tangan pria berusia 60 tahun yang akrab disapa Mbah Hardi itu sesekali merapikan keris yang terselip di punggungnya. Satu bungkus rokok kretek, sebutir menyan dan kembang setaman telah dipersiapkan untuk pertunjukan wayang kulit pada Kamis malam.
"Pertunjukan wayang kulit menjadi rangkaian merti bumi. Kita juga menggelar pentas sejumlah kesenian tradisional sebagai wujud selamatan untuk alam Merapi," imbuhnya.
Dusun Kaliurang hanya berjarak delapan kilometer dari puncak Merapi. Secara turun temurun sekitar 155 kepala keluarga di zona bahaya awan panas Merapi ini hidup tentram berkecukupan dari bertani salak dan palawija.
Tradisi Merti bumi digelar warga Kaliuranglor setiap tahun di bulan Suro penanggalan Jawa. Prosesi diawali pengambilan air tuk panguripan pada Rabu sore (24/10). Air simbol kehidupan dan kemakmuran itu diambil dari mata air Aren dan tuk Bodro yang ada di alur Sungai Krasak yang berhulu di Gunung Merapi.
Setelah didoakan dan disakralkan, air dalam beberapa wadah kendi tanah liat kemudian disiramkan ke tanaman pertanian oleh perangkat desa setempat.
"Harapannya tanduran disiram (tanaman) para petani jauh dari hama. Hasil panen melimpah dan harga jualnya bagus," tutur Mbah Hardi.
Diiringi genderang, terompet dan seruling, pasukan bergodho Manggoloyudho, bersama warga yang berbusana jawa membawa beberapa kendi air berkah itu bersama sepasang gunungan lanang wadon, tumpeng robyong, nasi ambeng, ingkung ayam menuju makam leluhur mereka Mbah Talmisani dan Kyai Kencono di bantaran Kali bebeng.
Di halaman makam leluhur, dengan khidmad warga menggelar upacara dan doa bersama.
Dalam sambutannya, Camat Srumbung, Taufik Yahya mengungkapkan merti bumi yang digelar masyarakat Dusun Kaliuranglor memiliki makna mendalam hubungan manusia alam dan Tuhan.
"Ini merupakan rasa syukur masyarakat kepada Tuhan karena hingga saat ini diberi rizki keselamatan dan rezeki barokah. Di samping itu wujud rasa terimakasih kepada leluhur pendahulu yang telah berjuang mendirikan desa," tutur taufik.
Lebih lanjut ia menambahkan, dari tradisi merti bumi masyarakat Kaliuranglor juga berupaya melestarikan tradisi.
"Tak kalah penting adalah upaya 'nguri-uri' kebudayaan Jawa yang luar biasa oleh masyarakat Kaliurang agar senantiasa bertahan lestari," pungkas Taufik.
Sebagai puncaknya, warga beramai-ramai berebut gunungan dan ambeng yang dipercaya mendatangkan berkah.
0 Komentar