Profil Perajin Patung Nasrani

Dilihat 7956 kali
Ignatius Purwono bersama patung-patung hasil karyanya

Masih Bertahan di Tengah Persaingan

Di tengah persaingan dengan patung berbahan fiberglass, Ign. Purwono (52), satu-satunya perajin patung tokoh-tokoh agama Nasrani dengan bahan tanah liat, masih bertahan menekuni pekerjaannya. Perajin yang bertempat tinggal di dusun Jomboran desa Keji Kecamatan Muntilan, Magelang, sudah lebih dari dua puluh tahun berkarya menjadi perajin patung Nasrani. Dengan tekad, kesungguhan dan telaten, Ign. Purwono sampai kini menekuni usaha rumah-tangga ini, meneruskan usaha ayahnya, Siswo Pranoto (almarhum). Sepeninggal ayahnya kini hanya dia yang masih setia menjadi perajin patung tanah liat sebagai penopang kehidupannya. 

"Sampai sekarang ternyata masih banyak yang memesan patung Nasrani, khususnya set Patung Natal kepada saya," jelas Ign. Purwono.

Dia mengawali pekerjaan sebagai perajin patung tanah liat pada tahun 1980-an, membantu ayahnya. Sedangkan almarhum Siswo Pranoto membuka usaha kerajinan patung Nasrani pada tahun 1970-an bersama adiknya, Prawoto (almarhum). 

Bagi umat Kristiani, merayakan Natal terasa lebih puas dan indah bila di sudut ruang tamunya terpajang hiasan berbentuk gua yang berisi patung tokoh-tokoh yang menjadi saksi kelahiran Sang Timur atau Yesus Kristus. Disamping dipasang pula sebuah pohon Cemara Natal dengan kerlap-kerlip hiasan lampunya. Patung patung set Natal yang dipajang itu seperti sebuah diorama yang menggambarkan kelahiran Yesus Kristus di sebuah gua kandang domba.

Jelang Hari Raya Natal tahun ini Ign. Purwono menerima banyak pesanan patung Set Natal dari beberapa toko cinderamata, khususnya dari Jakarta, Yogyakarta, Surakarta, bahkan dari luar Jawa seperti Kalimantan dan Papua. Tidak kurang dari 300 set Patung Natal ukuran 15 cm sudah dipesan dan siap dikirim ke toko cinderamata khusus. Patung Natal pesanan tersebut mulai dari ukuran kecil tinggi patung rata-rata 15 cm, ukuran tanggung tinggi 20 cm dan patung ukuran besar tinggi rata-rata 30 cm. Setiap set Patung Natal berjumlah 16 buah, yang terdiri dari patung bayi Sang Timur Yesus Kristus di palungan, patung Bunda Maria, patung St. Yusuf, patung penggembala, patung hewan-hewan sapi, keledai dan domba, patung malaikat dan sebagainya. Kini harga satu set Patung Natal berukuran kecil Rp. 60.000,-/set. Dan yang berukuran lebih besar, tinggi 60 cm, satu set harganya mencapai 6 (enam) juta rupiah! Kenaikan harga ini karena naiknya harga bahan baku tanah liat dan cat. 

Purwono juga membuat patung-patung tokoh Nasrani seperti patung Keluarga Kudus, Bunda Maria Legio, Bunda Maria Lourdes, St. Yusuf dan sebagainya. Dia juga pernah menggarap pesanan relief 'Jalan Salib' yang berjumlah 14 panil dari sebuah gereja di daerah Jember, Jawa Timur. Untuk patung patung ukuran besar dibuat dengan bahan semen putih berkerangka besi.

Bahan baku tanah liat dibeli dari lereng Pegunungan Menoreh daerah Sendangsono, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Karena di daerah Magelang tanah liat berkualitas bagus tidak ada. Sampai Muntilan, harga tanah liat dari Kulon Progo ini satu rit truk berharga sekitar Rp. 700.000,- sampai 1 (satu) juta rupiah, bahkan bisa lebih. 

Cara pembuatan patung dengan teknik cetakan. Sehingga produksinya bisa cepat. Sehari dapat mencetak puluhan patung. Hanya kerugiannya, hasil karyanya mudah dijiplak atau dibajak. Perbuatan para "pembajak" atau penjiplak model-model patung tanah liat ini yang membuat rusaknya harga. Sebab para pembajak menjual hasil produksi jiplakannya dengan harga murah. Terkait dengan pembajakan hasil karya ciptanya dia tidak bisa berbuat apa-apa. 

Disamping melayani pesanan, untuk pemasaran hasil produksi kerajinan patung Nasrani ini tidaklah sulit meski disaingi patung bahan fiberglass. Pemasaran yang utama di toko-toko cinderamata. Hasil kerajinan ini juga dijual di obyek-obyek wisata ziarah agama Nasrani seperti di Makam Rama Sandjaja Muntilan, Sendangsono Kulon Progo, Ganjuran Bantul, Guwa Kerep Ambarawa dan tempat-tempat peziarahan Nasrani lainnya yang kini semakin banyak.


Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar