Empu Heru, Profesi Langka Pembuat Keris dari Lereng Merapi, Tetap Eksis Hingga Kini

Dilihat 8113 kali
Empu Heru tetap eksis membuat keris meski pelanggan semakin berkurang


Tanpa semedi maupun ritual khusus, Empu Heru Susilarto, warga Lereng Gunung Merapi Kabupaten Magelang Jawa Tengah mampu membuat keris. Dia membuat keris dengan jiwa-raganya agar tradisi tetap lestari, meski pemesan langka.


Diracik dengan hati, lempeng besi baja pun dibakar pada sebuah tungku sederhana milik Heru Susilarto di padepokannya Dusun Lawisan, Desa Tamanagung, Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Namun tidak setiap hari, peralatan godam, palu dan nyala lempeng besi di atas bara api itu beradu, karena saat ini sudah sangat jarang masyarakat memesan keris.


Seiring perkembangan zaman, keris bukan lagi menjadi pusaka sakral yang dipuja, jadi pembeda kelas sosial dan ekonomi seorang abdi. Namun keris saat ini tak lebih sebagai koleksi yang juga kurang diminati masyarakat.


Padahal untuk membuat sebilah keris, Empu Heru butuh waktu berhari - hari. Selain dituntut teliti dan sabar, dalam prosesnya, pembuatan keris juga harus mengikuti kata hati. Laku prihatin juga dijalankan agar keris yang dihasilkan mumpuni, memiliki pamor dengan nilai seni tinggi.


Di kalangan penggemar dan kolektor keris, selama ini keris garapan Empu Heru sangat diminati karena dikenal halus, rapi, dan sesuai dengan pakem keris klasik yakni pamor, luk (lekuk keris), dapur, dan tangguh.


"Tidak ada kreasi sempurna dari garapan keris pak Heru, selain bahan baku yang baik, karakter keris yang dihasilkan juga kuat dan indah," ungkap Purwono Hadi, kolektor keris.


Lebih lanjut Purwono mengungkapkan, keris garapan Empu Heru dari lereng Gunung Merapi juga banyak dikoleksi tokoh penting nusantara sebagai koleksi.


Sejak tahun 1996, secara otodidak, pria berusia 53 tahun ini menekuni pembuatan keris. Meski menjadi empu keris di zaman sekarang ini merupakan profesi yang langka dengan hasil yang diperoleh tak pernah pasti. Namun, bagi Empu Heru, keris adalah tradisi yang harus dilestarikan dengan segenap jiwa raga.


"Kurangnya perhatian dan penghargaan dari pemerintah membuat profesi empu kehilangan pamornya. Di wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta saja misalnya, saat ini tak lebih dari sepuluh orang empu pembuat keris klasik yang masih bertahan," ungkap Empu Heru saat ditemui Beritamagelang.id.


Keris buatan tangan Empu Heru mengacu pada keris - keris yang sudah ada sejak zaman kerajaan, misalnya Tangguh Pajajaran, Majapahit, Demak, Mataram, Yogyakarta dan Surakarta.


Empu Heru mengaku hingga saat ini tidak kurang dari 600 bilah keris karyanya disimpan para kolektor asing dari berbagai negara, seperti Jerman, Perancis, Australia, Jepang, Amerika Serikat, Kanada, dan Malaysia. 


Harga jual sebilah keris yang dihasilkan empu Heru Susilarto bervariasi, mulai dari puluhan juta hingga ratusan juta rupiah, tergantung bentuk dan pamornya.


"Semakin cantik dan langka keris yang berhasil dibuat, semakin mahal pula harganya," ungkap Empu Heru.


Heru berharap, di masa yang akan datang lahir generasi penerus empu baru perajin keris, agar keberadaan keris tetap lestari di peradaban nusantara ini.



Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar