Desainer Kampung yang Tidak Kampungan

Dilihat 3919 kali

Kreativitas biasanya identik dengan jiwa anak muda. Keharusan berfikir kreatif seolah menjadi kebutuhan di era masa kini. Bagaimana tidak, jika kita tidak mampu bersaing di era globalisasi sekarang ini, bukan tidak mungkin kita akan tertinggal jauh dari kemajuan orang lain, tidak hanya di skala nasional, tapi juga dunia internasional.

Menjawab tantangan tersebut, muncul sebuah nama pemuda Indonesia, yang bahkan mungkin tidak pernah kita duga sebelumnya. Masih dari Desa Sambak, Kecamatan Kajoran, Agung Adi Aryono, seorang pemuda kelahiran 1986 berhasil membawa nama desanya berkibar di dunia desain grafis internasional.

Jauh dari kesan kekinian, penampilannya sederhana, siang itu ia mengenakan kaos abu-abu dan celana panjang hitam. Orangnya kalem, bahkan cenderung pemalu. Mungkin tidak ada orang yang mengira ia bisa menjuarai berbagai kompetisi desain skala internasional. 

Awalnya, Agung mengaku tertarik pada dunia desain karena rekan dan tetangganya sudah lebih dulu menjadi desainer, dan penghasilannya menggiurkan. Ia pun sama sekali tidak mempunyai latar belakang desainer, juga tidak pernah belajar desain sebelumnya. Ia menceritakan pertama kalinya belajar desain melalui otodidak, dan mencari referensi di internet. Juga bertanya-tanya pada konter servis komputer tentang aplikasinya. 

"Ya yang itu konter yang tukang bikin komputer, iya terus tanya kalau install corel (aplikasi desain) bagaimana, terus saya cuma tanya terus pakainya bagaimana, itu aja terus saya mencoba sendiri terus mencari informasi untuk daftar kontesnya itu terus coba gitu aja", katanya polos.

Selanjutnya ia terus mempelajari dan menekuni desain grafis sendiri. Mulai mencari referensi informasi kontes desain dari internet, juga mengikuti berbagai kompetisi desain. Untuk mengikuti kompetisi desain, ia bergabung dengan wadah atau komunitas desain di dunia maya. Dalam wadah tersebut, berkumpul para desainer dari seluruh penjuru dunia, juga perusahaan-perusahaan yang mencari jasa desainer melalui kontes-kontes yang diadakan. Untuk bergabung dalam wadah tersebut, Agung mengaku harus melalui proses seleksi sebelumnya karena tidak sembarang orang bisa bergabung di dalamnya. 

"Syaratnya itu cuma daftar terus nanti dikirim portofolio hasil gambarnya seperti apa nanti dari adminnya menyeleksi yang layak menjadi desainer di sini", ucap pria yang mengidolakan klub bola Arsenal ini.

Agung pun menceritakan serangkaian proses yang dilaluinya tidak mudah, beberapa kali mengikuti kontes, karya desainnya berulang kali ditolak dan dinyatakan gugur oleh para klien.

Setelah beberapa kali mengikuti kontes, Agung memenangkan kontes desain pertamanya pada 2013.

"Itu kontes komunitas di sana (Australia). Komunitas perempuan gitu yang berkaitannya untuk  kegiatan yang positif terus di situ saya mengikutinya ya ternyata dari klien itu suka dari desain saya", ceritanya semangat.

Hadiahnya cukup menggiurkan, 400 Dollar US atau setara 5 juta rupiah. Sejak itu, Agung makin semangat menekuni dunia desain karena hasilnya yang didapat cukup besar. Ia merasa hasilnya sangat cukup untuk menghidupi keluarganya yang hidup di desa. Setelah memenangkan kontes desain pertamanya, Agung pun makin sering memenangkan kontes-kontes desain lainnya, tak terhitung berapa kali ia memenangkan kontes. Namun ia ingat, hadiah terbesar yang pernah ia peroleh yakni sebesar 700 Dollar US atau setara 9 juta rupiah! Bahkan, beberapa perusahaan asing ada yang langsung mengontaknya secara pribadi melalui surat elektronik, untuk dibuatkan desain khusus olehnya.   

Ketika memenangkan sebuah kontes, proses selanjutnya adalah penandatangan perjanjian antara dirinya dan perusahaan yang telah memilih desainnya. Di dalamnya tertulis pernyataan bahwa desain yang ia buat murni hasil karyanya sendiri dan tidak boleh digunakan untuk desain produk lainnya. Juga tertulis jumlah uang yang harus dibayarkan oleh perusahaan pada dirinya. Setelahnya, proses pengiriman hadiah ditransfer melalui jasa transfer uang online. 

Berkomunikasi melalui dunia maya dengan berbagai orang di seluruh penjuru dunia memang tidak mudah, apalagi dari segi bahasa. Agung menuturkan, hingga kini dirinya terkadang masih menemui kendala dalam berkomunikasi dengan orang-orang perusahaan asing. Ia mengakalinya dengan menggunakan jasa layanan terjemahan online di internet.

"Kalau saya ya merasakan kesulitan untuk komunikasi tetapi saya untuk itukan ada inisiatif juga jadi nanti mainnya google translate. Yang penting asal paham artinya apa terus nanti kita buat (desainnya). Kalau komunikasi saya menggunakan hanya satu kalimat satu kalimat saja, kalau beberapa kalimat kan kalau saya di google translate gak begitu paham, kalau satu kalimat mungkin bisa dipahami (artinya)".

 

Bekerja dari rumah dan bisa menghasilkan banyak uang, mungkin menjadi impian banyak orang. Agung sebelumnya bekerja sebagai perawat di sebuah rumah sakit swasta selama dua tahun. Mungkin tidak banyak orang berani mengambil keputusan seperti dirinya. Meninggalkan karir yang sudah mulai mapan, untuk suatu hal baru yang bahkan belum pernah ia pelajari sebelumnya. Ia pun kini mempunyai mimpi besar, suatu saat karya desainnya bisa membuat terkenal perusahaan yang memakainya hingga skala internasional. Teruslah bermimpi, wahai pemuda! Karena sejatinya, kesuksesan berawal dari sebuah mimpi! (Ruf)

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar