Temaramnya Tradisi Pembuatan Tembakau Kedu

Dilihat 10598 kali
Perajin menjemur tembakau Kedu dilereng Gunung Andong Kabupaten Magelang.

BERITAMAGELANG.ID - Tradisi pengolahan tembakau 'Kedu' hanya ada di lereng Gunung Andong Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Namun proses telaten yang telah menjadi tradisi turun temurun itu, kini mulai redup dan terasing.


Musim kemarau identik dengan masa paceklik akibat petani kesulitan air. Namun, bagi Tubari, warga Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang, kemarau menjadi musim yang paling dinanti setiap tahunnya.


Ia bersama beberapa petani lereng Gunung Andong akan sibuk membuat tembakau Kedu untuk dijual keluar daerah.


"Saat musim kemarau saja untuk mengisi kekosongan," kata Tubari saat ditemui BeritaMagelang.id pekan ini.


Tembakau Kedu adalah jenis tembakau kering rajang berwarna hitam. Aroma tembakau juga berbeda pada umumnya, yakni lebih harum dan manis. 


Untuk menghasilkannya, dibutuhkan proses panjang, mulai dari petik, sortir, rajang hingga penjemuran.


"Sebelum dirajang, daun tembakau diangin-anginkan dahulu (dirowek) selama satu minggu agar getah hilang," jelas Tubari.


Setelah proses menghilangkan getah itu, semua daun tembakau kemudian dirajang. Waktu terbaik pada proses ini adalah pada malam hari. 


Hasil semua rajangan daun tembakau itu dikumpulkan pada sebuah wadah besar. Selanjutnya adalah memberi campuran gula merah/ gula kecap cair pada daun rajangan hingga merata.


"Ngrajang (merajang) dimulai setelah maghrib hingga pagi. Sekalian mencampurnya dengan gula kecap," jelasnya.


Pagi hari, semua daun tembakau yang sudah melewati proses itu dijemur hingga kering kehitaman. Dengan demikian jadilah Tembakau Kedu berkualitas, yang awet disimpan hingga bertahun-tahun.


"Dua hari dijemur dan dikemas keranjang untuk dikirim ke juragan di Purwodadi," jelas  pembuat tembakau Kedu lainnya, Aslamiyah.


Perempuan berusia 40 tahun ini bersama keluarganya sudah 9 tahun membuat tembakau Kedu.


Dahulu tembakau Kedu dibuat oleh semua warga Desa Mantran, Getasan, Sigading, Girirejo, Kecamatan Ngablak.


Namun kini, hanya sekitar delapan keluarga saja yang masih menekuninya.


"Antara tahun 2015 mulai hilang. Warga dahulu membuat semua," kenang Aslamiyah.


Hilangnya  perajin tembakau Kedu di desanya itu, lantaran proses pembuatan yang panjang dengan hasil musiman, tidak dapat menopang ekonomi harian warga.


"Sekarang tak banyak warga buat. Mungkin karena musiman sih," ungkapnya.


Proses pembuatan tembakau Kedu dimulai saat penen raya daun tembakau yakni pada bulan Agustus. Produksi itu akan berkhir di bulan Oktober di akhir panen daun tembakau.


Untuk material yang digunakan menurut Ibu empat anak ini sangat melimpah, dapat dibeli dari petani dengan harga murah.


"Beli daun basah saat ini sekitar Rp 4.000 hingga 7.000/kg. Setelah diolah jadi tembakau Kedu harganya 40.000/kg nya," papar Aslamiyah.


Jenis tembakau kering padat juga dimiliki wilayah lain seperti Wonosobo, dan Jawa Timur. Hanya saja proses pengolahan dan campuranlah yang membedakannya. 


Tanaman tembakau di musim kemarau tidak lagi mendominasi lereng Gunung Andong. Jenis palawija dan sayuran menjadi idola para petani di daerah berhawa sejuk ini. Selain sebagai bahan baku rokok, tembakau Kedu juga biasa dijadikan campuran menginang/ menyirih masyarakat nusantara.


Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar