Tari Soreng Bisa Dikembangkan Jadi Inovasi Senam Soreng

Dilihat 1597 kali

BERITAMAGELANG.ID - Puluhan Aparatur Sipil Negara (ASN) pada Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappeda Litbangda) bersama Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kabupaten Magelang akan menjadi bagian pemecahan Rekor MURI Tari Soreng pada 28 Oktober 2019. 


Tiga hari menjelang peringatan Hari Sumpah Pemuda tersebut, 40 orang ASN gabungan dari Bappeda Litbangda dan Dinas Kominfo berlatih Tari Soreng bersama di halaman parkir Bappeda, Jumat (25/10) pagi.


Kepala Bappeda Litbangda yang sekaligus sebagai Plt Kepala Diskominfo Kabupaten Magelang Sugiyono mengatakan latihan tersebut sebagai bentuk partisipasi Bappeda dan Diskominfo yang akan turut menjadi peserta Tari Soreng yang akan diselenggarakan di sepanjang Jl. Soekarno Hatta, Kota Mungkid.


“Ikut membantu Pak Bupati menguatkan komitmen di tatanan kami untuk ikut partisipasinya, harus peduli untuk menggerakkan dan mengingatkan peran pemuda lewat budaya,” ungkap Sugiyono.


Menurut Sugiyono, dalam Seni Tari Soreng terdapat perpaduan antara olah cipta (memahami filosofis melalui gerakan), olah rasa (seni/keindahan) dan olahraga yang bisa diadaptasi menjadi senam soreng. Ia berharap, dengan memadukan antara seniman dan olahragawan bisa mencetak senam soreng menjadi inovasi Kabupaten Magelang.


“Ke depannya semoga kalau ada kreativitas Magelang bisa mencetak inovasi baru, tari soreng menjadi senam soreng yang memiliki nilai seni dan menyehatkan,” harapnya.


Sugiyono menuturkan, meskipun ASN belum profesional sebagai seorang penari, adanya pentas Soreng kolosal ini dapat menjadi ajang refreshing dan rekreatif untuk melakukan hal-hal di luar rutinitas kantor. 


“Di sisi lain jika dilihat dari segi afeksi, Seni Soreng bisa menggelorakan semangat juang yang nantinya akan mempengaruhi semangat bekerja dan juga memotivasi agar mencapai target kerja yang diinginkan, sedangkan dari sisi psikomotoriknya dapat menyehatkan,” imbuhnya. 


Adapun tantangan menari soreng menurut Sugiyono yaitu kegiatan ini merupakan hal baru bagi ASN karena bukan seorang penari. Mereka dilatih selama satu hari oleh Eko Sunyoto dari Sanggar Kinnara Kinnari Borobudur. 


Menurut Eko, tantangan sebagai pelatih tari yakni bagaimana ia bisa mengajarkan atau memberikan transfer seni tari kepada pemula untuk dapat menari dalam waktu singkat.


“Kami menemukan pembelajaran bagaimana menari itu hanya 1,5 jam tapi langsung bisa” ungkap Eko.


Menurut Eko gerakan tersebut sangat sederhana dan mudah diikuti.


“Dalam latihan tersebut, gerakan yang diajarkan merupakan gerakan dasar,” katanya.


Tantangan tersebut dirasakan salah satu ASN dari Bappeda Litbangda, Didik Kristia Sofian. Menurutnya ini hal berbeda yang menarik untuk dipelajari.


“Ternyata menari soreng itu tidak semudah menyusun perencanaan pembangunan,” selorohnya.

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar