Si Manis Ubi Madu Wujudkan Kedaulatan Petani Sumbing

Dilihat 2223 kali
Petani ubi jalar madu Istanto di UM Magelang.

BERITAMAGELANG.ID -- Petani di Desa Candisari, Kecamatan Windusari Kabupaten Magelang mengantisipasi kekeringan di musim kemarau dengan melakukan diversifikasi tanaman untuk mendapat keuntungan.


Sebelumnya para patani di lereng Gunung Sumbing ini terbiasa menanam tembakau menghadapi kemarau. Sekarang mereka melakukan diversifikasi atau bercocok taman dengan pola tumpangsari kopi dan tanaman lainnya.


"Memang tanaman tembakau hasil banyak jika cuaca mendukung namun beralih tanam lain akan mendapat laba besar," kata salah satu petani Istanto saat acara Press Conference hasil Penelitian Petani Tembakau di Jawa Tengah, bertempat di Universitas Muhammadiyah Magelang Sabtu (25/7/2020).


Istanto memberikan saran mengantisipasi kemarau dengan tanaman yang sesuai dengan topografi wilayah sehingga murah modalnya dan lebih menguntungkan.


Istanto mencotohkan dirinya yang kini menekuni pertanian umbin jalar madu. Berkat kerja karasnya bersama petani lain Istanto rutin ekspor ubi jalar ke Malaysia dan Singapura. Dengan menjaga kualitas, volume ekspor ubi jalar mencapai 8 ton/bulan dengan harga Rp. 10.000/kg.


Ubi jalar Sumbing memilikii rasa manis seperti madu. Disamping itu juga kulit ubi mulus berdiameter standar. Istanto menceritakan, dahulu setiap kemarau petani diwilayahnya sangat tergantung pada tanaman tembakau. Kini karena hasil ubi jalar menjanjikan dan sedikit kerugian para petani sudah beralih tanam ubi jalar dan tanaman lain sebagai tumpangsari.


Ia menjelaskan perubahan pola tanam itu menjadikan luas tambah tanam pertanggal 04 Juli 2020.mencapai 358 hektar dari 10 hektar atau 600 Ha dari total lahan di wilayah Windusari.


Keunggulan lain dari si manis ubi madu ini adalah para petani bisa menentukan harga jual dan pola tanamnya. "Dulu belinya diborong. Sekarang kita jual perkilo dan pedagang panen sendiri," terang Istanto.


Istanto merupakan bagian kecil dari tokoh perubahan pola konvensional pertanian di Jawa Tengah. Saat ini selain diversifikasi tanaman para petani di Candisari, Windusari juga telah memiliki rumah olahan ketela. Serta memulai tanam kopi berkualitas ekspor.


Sementara itu sesuai data Muhammadiyah Tobaco Control Center (MTCC) UM Magelang menyebutkan jika prosentase alih tanam di Candisari, Windusari saat ini mencapai 13 desa. Jumlah itu setara luas lahan sekitar 600 Ha. Dahulu pada wilayah berhawa sejuk lereng Gunung Sumbing itu 100 persen tanaman musim kemarau adalah tembakau dan saat ini menjadi ladang ubi madu, sayuran dan kopi.


Juga mencatat jika diversifikasi menjadi upaya nyata mewujudkan ketahanan pangan, seperti saat pandemi Covid 19 seperti saat ini.

Editor Slamet Rohmadi

0 Komentar

Tambahkan Komentar