Seniman Ini Gabungkan Budaya Dan Teknologi Dalam Lukisannya

Dilihat 2030 kali
Seniman Borobudur Cipto Purnomo berdiri di depan lukisan aliran surealis karyanya yang menggabungkan unsur teknologi mesin dan budaya tradisional
BERITAMAGELANG.ID - Borobudur sebagai pusat seni budaya dan wisata, menjadi magnet tersendiri bagi seniman. Tidak sedikit seniman dari luar Kecamatan Borobudur yang pindah dan menetap di wilayah tersebut.

Salah satunya adalah seniman perupa, Cipto Purnomo (37) yang sebelumnya tercatat sebagai warga Tangkilan Kecamatan Mungkid. Kini dirinya memilih menetap di area Candi Pawon Dusun Brojonalan Desa Wanurejo Kecamatan Borobudur.

Menurut Cipto, Borobudur mempunyai daya pikat tersendiri bagi seniman dengan beragam latar belakang aliran seni. Mulai seni tari, seni lukis, perupa dan seni-seni lainnya.

"Karena aura seni dan budaya di wilayah Kecamatan Borobudur sangat kental, ditunjang dengan daya tarik wisata yang utama yaitu Candi Borobudur," ucap Cipto.

Cipto, yang merupakan jebolan Insitut Seni Indonesia (ISI), saat ini terus berkarya melalui lukisan dengan aliran surealis, yang memadukan unsur budaya tradisional dan teknologi.

"Saya dulu sekolah di STM jurusan teknik otomotif, sebelum kuliah di ISI masuk tahun 2001. Hal itu mempengaruhi karya lukisan saya, yang mengandung unsur teknologi khususnya mesin," lanjutnya.

Kemudian, kedua unsur budaya dan mesin tersebut ia kombinasikan melalui aliran lukisan surealis.

Unsur teknologi mesin dan budaya dalam lukisan-lukisan karya Cipto, digambarkan secara apik. Salah satu lukisan karyanya menggambarkan sebuah kota modern dengan kendaraan bermesin yang terbang di atas jalan kota, dengan latar belakang Candi Borobudur.

Atau karya lukisan Cipto lainnya, terlukis patung wayang di tengah hiruk pikuk kota yang penuh dengan kendaraan bermotor.

"Saya kira belum ada seniman di Borobudur yang konsep karyanya seperti itu," imbuhnya.

Selain melukis, Cipto juga berkarya sebagai perupa. Pada 2009 dirinya pernah membuat karya rupa Patung Buddha terkecil. Patung Buddha itu berukuran tinggi delapan milimeter, panjang lima milimeter, dan lebar empat milimeter. Patung berbahan dari emas seberat 1,13 gram itu tercatat dalam urutan ke-3.661 penghargaan MURI.

Ke depan Cipto ingin menularkan ilmu perupanya, dengan membagikan ilmu seni pahat batu. Kawasan Magelang khususnya Borobudur terkenal kekayaan alam terutama batu. Hal ini membuat banyak Candi berdiri di Magelang.

"Maka dari itu saya bercita-cita ke depannya dapat berbagi ilmu pahat batu kepada masyarakat dan wisatawan, agar seni pahat batu dapat menjadi ikon di Magelang terutama di Borobudur," harapnya.

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar