Ruwatan 'Umbul Donga' Petani Untuk Alam

Dilihat 2122 kali
Kirab gunungan Umbul Donga petani Gabahan Desa Banaran Grabag Kabupaten Magelang.

BERITAMAGELANG. ID - Warga petani Dusun Gabahan Desa Banaran Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang menggelar sebuah hajatan bertajuk Umbul Dungo. Mereka menggelar pentas puluhan jenis tarian tradisional bersama gunungan buah dan palawija. Prosesi selama tiga hari itu sebagai wujud rasa bersyukur warga atas rezeki melimpah dan dijauhkan dari marabahaya.


Pasukan bergodo pembawa aneka gunungan berbaris rapi. Langkah mereka satu irama mengikuti alunan gamelan yang menyertainya.


Dari atas pundak para bergodo itu membawa bambu penopang gunungan besar dari hasil pertanian seperti kol, wortel sawi dan aneka buah yang diarak berkeliling kampung. Tinggi gunungan utama mencapai 1,5 meter, sedangkan gunungan lainnya yang berisi bolo kesimpar atau hasil bumi seperti ketela jagung dan sejumlah sayuran berukuran lebih kecil sekitar tinggi 1 meter.


"Arakan umbul dungo ini adalah merti desa (selamatan desa) kami, untuk mengungkapkan rasa bersyukur kepada Tuhan," kata salah satu perwakilan pemuda Dusun Gabahan, Very Dwiyanto, Jumat (21/2/2020).


Puluhan kelompok kesenian tradisional dari lembah Gunung Andong dan Telomoyo turut meramaikan hajatan rakyat ini. Mereka menari sepanjang jalan mengundang warga untuk menonton.


Kekuatan alam dan kebersamaan warga menjadikan tradisi yang digelar setiap tahun ini selalu meriah. Selama tiga hari dua malam sebanyak 20 kelompok kesenian melakukan pentas menghibur masyarakat. 


Tarian tradisional seperti Kuda lumping (Jathilan), Topeng ireng, Gedruk Brodut, Badui dan Warok yang pentas berasal dari Kecamatan Candimulyo, Ngablak, Grabag dan perwakilan dari Kabupaten Salatiga serta Temanggung, 


"Tiga hari kita menggelar pentas seni sekaligus menjadi festival budaya tradisi ini," tutur Very.


Kegiatan dalam rangkaian kegiatan budaya Ruwat Rawat Borobudur 2020 ini mendapat apresiasi dari Kepala Balai Konservasi Borobudur Tri Hartono. 


Ia hadir untuk menyaksikan tarian semangat dari para penari ladang ini.


Menurut Tri, keberadaan Candi Borobudur memiliki nilai bangunan dan budaya yang harus dilestarikan. Pagelaran Ruwat Rawat yang digelar di berbagi tempat, oleh masyarakat adat Brayat Panangkaran Borobudur merupakan salah satu upaya melestarikan nilai budaya dari warisan dunia itu.


"Ini luar biasa. Ruwat Ruwat Rawat Borobudur sudah 17 tahun konsisten sehingga patut dikenalkan ke masyarakat luas," ungkapnya.


Ruwat Rawat Borobudur ke 17 berlangsung dari Februari hingga April 2020. Secara bergantian para seniman tari tradisional yang tergabung dalam Brayat Panangkaran Borobudur menggelar acara tradisi dan pentas seni. 


Pagelaran budaya itu akan dilakukan di berbagai lokasi seperti wilayah Kecamatan Kaliangkrik, Grabag, Kajoran, hingga Kabupaten Temanggung dan Purworejo.


"Mereka adalah masyarakat adat, pamong budaya dari desa-desa yang setia melestarikan tradisi dan seni," ujar Budayawan Borobudur, Sucoro. 


Selain berpentas, para seniman tradisional ini juga mengikuti edukasi budaya bertajuk Jelajah Pusaka. Kegiatan menarik itu adalah untuk mengenal kekayaan tradisi dan potensi berbagai tempat di sekitar Candi Borobudur Kabupaten Magelang.

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar