Ritual Restorasi Candi Borobudur Sedot Perhatian Wisatawan

Dilihat 2404 kali
Sejumlah seniman asal Borobudur, menggelar ritual bertajuk restorasi Candi Borobudur. Prosesi ritual menyedot perhatian para wisatawan lokal maupun asing, Rabu (18/04)

BERITAMAGELANG.ID - Sejumlah seniman asal Magelang, gelar ritual bertajuk Restorasi Candi Borobudur. Ritual yang berlangsung di Taman Lumbini Kompleks Candi Borobudur Magelang Jawa Tengah tersebut, menyedot perhatian pengunjung, baik wisatawan lokal maupun asing. Prosesi ritual Puja Agung menggambarkan proses pembuatan batu berundak yang oleh UNESCO dianggap sebagai peninggalan budaya dunia.

"Puja Agung ini, adalah prosesi mendoakan kepada Tuhan YME. Ditujukan kepada leluhur yang telah membangun candi yang begitu megah," kata Nuryanto, penggagas ritual Puja Agung usai kegiatan, Rabu (18/04).

Ritual tersebut dilakukan para sastrawan nusantara, komunitas Sanja Kadang, seni budaya Kedu Raya, komunitas ilmu bela diri, termasuk para seniman dari Lamongan, Madiun Jawa Timur, serta seniman dari Banten Jawa Barat.

"Selain  melakukan doa, juga rasa keprihatinan terhadap budaya kita yang kurang diperhatikan, semoga dengan event ini akan membangkitkan semangat, termasuk mengajak masyarakat untuk mencintai wariasan budaya bangsa Indonesia," lanjut Nuryanto.

Candi Borobudur dibangun oleh Wangsa Syailendra pada masa Raja Samaratungga abad ke 8. Selain peninggalan sejarah dan cagar budaya, juga menjadi kamus dalam kehidupan manusia, mulai dari pusat peradaban manusia, arsitektur dan lainnya. Bahkan ketika nenek moyang membangun candi, berbagai ilmu pengetahuan tertanam dalam pembangunan candi peninggalan Dinasti Syailendra tersebut. 

Prosesi ritual Puja Agung, diawali dengan pementasan keler oleh Ki Dalang Suprojo di atas panggung utama. Sementara di sekitar panggung beberapa seniman turut meramaikan dengan memahat batu membuat patung Buddha, seperti halnya saat membangun Candi Borobudur. Nuryanto juga tampak turut memahat patung dari batu Gunung Merapi tersebut.

Puja Agung dilanjutkan dengan ritual oleh seniman Agus Merapi melakukan puja-puji menggunakan dupa serta memakan bunga. Usai prosesi pembuatan patung, dilanjutkan dengan pembacaan puisi dan monolog, serta perform Matraman oleh Gayatri.

"Ungkapan rasa syukur yang luar biasa ini untuk memberi penghargaan sebesar-besarnya kepada leluhur, (kami) tidak akan melupakan sejarah," tutupnya.

 

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar