Sungkem Tlompak, Tradisi Lebaran Warga Lereng Merbabu

Dilihat 4422 kali
BERITAMAGELANG.ID - Masyarakat di Dusun Keditan dan Gejayan, Desa Banyusidi, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, punya tradisi unik yang mereka gelar masih di dalam suasana Hari Raya Idul Fitri. Warga setempat memiliki acara ritual turun-menurun yang selalu menarik perhatian, yakni 'Sungkem Telomplak'.

Masyarakat di lereng Gunung Merbabu ini percaya bahwa tradisi Sungkem Telompak ini merupakan salah satu ritual untuk menghormati para leluhur. Ritual dilakukan dengan melakukan arak-arakan yang dipimpin oleh seorang 'Juru Kunci' menuju ke sumber air atau mata air yang bernama Tlompak.

"Ritual ini sudah dilakukan bertahun-tahun bahkan berabad-abad oleh warga di Dusun Gejayan dan Keditan, sebagai bentuk penghormatan bagi leluhur warga di daerah sini yang bernama Prabu Singobarong," ujar Juru Kunci Telompak, Dusun Keditan, Sujak, di sela-sela melakukan ritual doa di mata air Tlompak, Senin (18/06).

Menurut Sujak, ritual tersebut merupakan bentuk rasa syukur kepada leluhur atas hasil pertanian selama setahun yang cukup baik. Di samping itu, tradisi ini juga memiliki nilai-nilai budaya yang harus tetap dipertahankan dan dilakukan oleh anak cucu atau penerus di Dusun Gejayan dan Keditan.

"Kalau dibilang ada nilai mistisnya mungkin ada, tetapi kita hanya ingin tetap melestarikan adat di dua dusun ini. Tiap tahun warga di Dusun Gejayan dan Keditan ini pasti melakukan ritual ini, dimana lebih tepatnya setelah lima hari setelah Lebaran. Seluruh warga akan turun di mata air Tlompak untuk berdoa dan biasanya juga ada yang mengambil air untuk berbagai macam kebutuhan," terang Sujak.

Mata air Tomplak dipercaya oleh warga sekitar dapat mendatangkan berkah, antara lain kesembuhan, hasil panen yang melimpah, dan berkah-berkah yang lainnya.

"Selain ritual sendiri, ritual ini juga selalu disertai dengan kesenian daerah asal Dusun Gejayan dan Keditan, yakni kesenian Tari Prajurit. Yang menggambarkan para prajurit Prabu Singobarong yang gagah berani," jelas Sujak.

Sujak berharap, ritual adat tersebut dapat terus dilaksanakan oleh para penerus atau warga di Dusun Gejayan dan Keditan, sebagai salah satu budaya asli di Desa Banyusidi.

"Karena ritual ini sudah menjadi mandat dari para leluhur di tempat ini untuk tetap dilaksanakan setiap 5 hari setelah lebaran, sebagai salah satu penghormatan bagi para leluhur agar warga di Dusun Gejayan dan Keditan tetap damai serta mendapatkan berkah yang melimpah," kata dia.

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar