PUPR dan UNESCO Samakan Persepsi Tentang Borobudur Sebagai Warisan Dunia

Dilihat 1303 kali
Lokakarya pengenalan umum mengenai konvensi warisan dunia di Grand Artos Hotel, Rabu (4/3/2020)

BERITAMAGELANG.ID - Pembangunan kawasan Borobudur yang menjadi objek wisata super prioritas harus mempertahankan nilai warisan budaya. Jangan sampai keaslian dan nilai-nilai warisan budaya dari Borobudur hilang, karena hal itu akan menjadi tidak bermakna bagi pengembangan pariwisata. Karena itu Kementerian PUPR mengadakan pertemuan dengan UNESCO untuk menyamakan persepsi terkait inti Borobudur sebagai warisan budaya.


"Pertemuan dengan UNESCO untuk menyamakan persepsi terkait inti Borobudur sebagai heritage (warisan budaya),” demikian disampaikan Ketua Central Project Manajemen Unit (CPMU) pengembangan destinasi wisata prioritas Kementerian PUPR, Taufik Widjoyono saat Lokakarya Pengenalan Umum Mengenai Konvensi Warisan  Dunia, di Grand Artos Hotel Kabupaten Magelang, Rabu (4/3/2020). 


Taufik mengatakan, terkait persamaan persepsi tentang Borobudur sebagai warisan dunia, harus diinformasikan pula oleh para pelaku wisata, birokrat dan juga penggerak masyarakat. 


"Dalam hal ini pemerintah daerah juga diminta untuk ikut menyebarkan informasi ini, jangan sampai berubah dan tiba-tiba merusak lingkungan. Ini tidak bisa ditawar-tawar, keaslian dan integritid (integritas) atau keutuhan lingkungan tidak bisa ditawar-tawar lagi," tegasnya.


Apabila sudah ada persamaan persepsi dengan UNESCO, maka PUPR menyiapkan masterplan pengembangan pariwisata terpadu untuk kawasan Borobudur, Yogyakarta dan Prambanan. Dalam masterplan itu harus disertai dengan prinsip-prinsip Borobudur sebagai heritage. Karena jangka penggunaan masterplan bisa sampai tahun 2045. Ketiga wilayah itu menjadi prioritas karena di sini banyak yang bisa dikembangkan. 


Bersamaan dengan pembuatan masterplan, Kementerian PUPR juga membangun infrastruktur pendukung, seperti memperbaiki jalan sekitar candi Borobudur. Juga melengkapi kebutuhan masyarakat, antara lain dengan perbaikan sanitasi masyarakat, kebutuhan air dan semacamnya.


Taufik menegaskan, bahwa presiden Jokowi menginginkan Borobudur bisa menjadi daya tarik wisatawan. Karenanya, seputar kawasan candi yang dibangun saat dinasti Syailendra abad VIII ini, akan dipercantik. 


"Jalan kita beri trotoar, pintu masuk Borobudur dibangun gerbang, juga ada skywalk. Prinsipnya memodifikasi dengan tidak merusak keaslian Borobudur," tandasnya.


Untuk pembangunan kawasan Borobudur ini, pemerintah menyediakan anggaran Rp 78 miliar untuk tahun 2019, serta Rp 1,1 triliun untuk tahun 2020.


Dalam lokakarya ini, dihadirkan Moe Chiba dari UNESCO, yang menyampaikan tentang memahami warisan dunia, antara lain latar belakang sejarah, konversi 1972 dan operational guidelines, definisi mengenai nilai  universal  luar biasa, kriteria, nilai keaslian dan nilai keutuhan.


Disampaikan pula tentang mengelola warisan dunia oleh Yenni Supandi dari Balai Konservasi Borobudur (BKB). Di sini Yeni menyampaikan tentang tantangan  dalam pengelolaan situs warisan dunia, mengelola Borobudur sebagai lanskap budaya serta mekanisme institusi dalam mengelola dan perencanaan untuk warisan dunia dan tantangan saat ini.


Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar