PHK Jadi Pemicu Usaha Ternak Lebah Madu

Dilihat 1911 kali
Setelah di PHK, Adi Wibowo (25), warga Dusun Kembang, Desa Ngadipuro, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, menjadi peternak lebah madu. Foto Farel

BERITAMAGELANG.ID -- Bagi  Adi Wibowo (25), warga Dusun Kembang, Desa Ngadipuro, Kecamatan Dukun, Kabupate Magelang, Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) merupakan pengalaman yang sangat pahit. Namun, di PHK bukan berarti akhir untuk mendapatkan penghasilan.


"Saya termasuk korban PHK di perusahaan pembuatan sparepart di daerah Cikarang. Saat kena PHK, terasa pahit, tapi saya harus bangkit," ujar Adi Wibowo saat ditemui BERITAMAGELANG.ID,  di rumahnya, Senin (21/9-2020).


Setelah di PHK, kemudian pulang kampung untuk membuat usaha peternakan madu. Sudah dua tahun  menekuni profesi menggembala lebah untuk diambil madunya. Hasilnya lumayan, karena bisa untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.


"Awalnya, saya menggeluti usaha ternak lebah, karena menjadi salah satu korban PHK di perusahan sparepart di daerah Cikarang, dan saya harus bangkit," ujarnya.


Pekerjaan berternak madu, awal mulanya sakit hati merasa terpuruk, demi menghidupi dirinya dan istri (Yolla Arwiya). Kemudian, dia belajar mengelola madu di tempat saudara di daerah Ambarawa.


Selama dua tahun belajar ternak madu, sekarang sudah bisa mengolah madu, memanen, memproduksi dan memasarkan hasil madunya sendiri. "Saya berani jamin kemurnian madu produksinya. Kalau tidak murni efeknya tidak akan maksimal," ujarnya.


Agar kualitas dan hasil madu lebih baik, maka dia menggembala sendiri dan menyadap madunya sendiri di Klero Poncol Salatiga. Beberapa hari sebelumnya, dia sudah memanen madu yang dihasilkan koloni lebah madu tersebut, sehingga harus mengembalikan kembali koloni-koloni tersebut.


Pengalaman pahit di PHK tersebut mendorongnya dan memicu untuk menggembala lebah madu sendiri, agar menghasilkan madu berkualitas tinggi dan murni. Jenis lebah madu yang dipelihara, adalah lebah lokal dan klanceng.


Sedangkan modal untuk mendapatkan lebah tersebut, tinggal mengambil di alam dan kemudian diadopsi di dalam kotak kayu berongga. "Memang, tidak mudah untuk menghasilkan madu berkualitas, karena harus memperhatikan lingkungan sekitar," ujarnya.


Karena  madu asli harus dihasilkan dari lebah yang mengambil sari bunga asli dan bukan dari gula atau glukosa buatan. Dari koloni lebah tersebut, sekitar dua bulan selama musim bunga hanya bisa menghasilkan sekitar 5 liter madu murni.


Hasil madu tersebut, dijual paling murah Rp 130,000 untuk 800 mililiter. Banyak madu yang di produksi, ada kembang randu, madu kopi, multi karet, kembang resede, sono keling sengon dan manga.


"Untuk  menjual hasil madunya, saya memasarkan sendiri melalui media online," tambahnya. (Farel)

Editor Slamet Rohmadi

0 Komentar

Tambahkan Komentar