Petani Merbabu Panen Raya Mendong Berkualitas

Dilihat 5065 kali

BERITAMAGELANG.ID - Tanaman mendong atau Fimbristylis Umbellaris di Desa Lebak Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang, Jawa Tengah menjadi emas bagi petani di lereng Gunung Merbabu.


Salah satu petani, Marjono(73) dan istrinya Sukamti (69) bersemangat menjemur mendong yang baru dipanennya. 


"Hasilnya lumayan di musim hujan ini, namun keringnya susah," kata Marjono saat menjemur tanaman mendongnya, Selasa (05/03).


Kedua lansia, warga Sandeng Pucangsari Kecamatan Grabag yang sudah sejak pagi berada di sawah menyimpan senyum, lantaran harga mendong di musim hujan naik lumayan.


"Sakniki (sekarang), harganya Rp. 80 ribu hingga Rp. 100 ribu per ikatnya," ungkap Marjono.


Tanaman mendong tumbuh subur di tanah lumpur berair. Sumber air abadi Tukmas di lereng Gunung Merbabu menjadi andalan untuk mengairi sekitar empat hektar sawah tanaman yang merupakan bahan kerajinan dan tikar tersebut.


"Setelah dipanen, mendongnya dijemur hingga kering kemudian dijual ke pengepul perikat," jelas Sukamti menimpali.


Sukamti bercerita, keuntungan lain dari tanaman mendong adalah bebas dari hama pengganggu dan minim pupuk. Setiap empat bulan tanaman mendong telah tua dan selalu siap dipanen untuk dijual ke pasar tradisional setempat.


"Kayaknya, mendong dari sini dijual pengepul ke wilayah lain seperti Solo, dan Semarang untuk dibuat tikar maupun kerajinan," kata Sukamti.


Kondisi berbeda saat musim kemarau, harga mendong akan jauh menurun dibanding musim hujan.


"Kemarau harganya anjlok hanya kisaran Rp. 40 ribu per ikatnya," jelasnya.


Kedalaman lumpur sawah di wilayah Sumber air Tukmas mencapai 1 meter lebih. Tidak ada yang bisa ditanam para petani dalam kondisi kedalaman lumpur seperti itu selain tanaman mendong.


"Ditanam padi tidak hidup karena ambles terus lumpurnya dalam dan airnya banyak," pungkasnya.

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar