Petani Didorong Ubah Paradigma Menuju Agrobisnis

Dilihat 1073 kali
Anggota Komisi IV DPR RI, Vita Ervina saat membuka Workshop Evaluasi Bimtek Peningkatan Kapasitas Petani dan Penyuluh Pertanian dan Pangan Kabupaten Magelang, di Hotel Atria, Senin (22/11).
BERITAMAGELANG.ID - Dalam perspektif profesi, petani selalu diidentikkan sebagai profesi pengambil risiko (risk taker) dan pedagang lebih identik dengan pengambil keuntungan (profit taker). Sehingga sangat wajar jika terjadi dikotomi nasib dan kesejahteraan di antara keduanya. Lalu bagaimana mengawinkan kedua hal tersebut agar dapat dimiliki oleh petani?

"Untuk itu petani harus mengubah paradigma, bahwa petani harus siap memiliki daya saing, petani khususnya petani muda lebih berorientasi ke agrobisnis dengan bermodal kesiapan mental kepempimpinan sebagai entrepreneur yang cerdas, jujur, berkarakter," demikian sambutan Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Magelang, yang disampaikan Kabid Penyuluhan, Edi Cahyana Permana, dalam Workshop Evaluasi Bimbingan Teknis "Peningkatan Kapasitas Petani Dan Penyuluh Pertanian' Wilayah Koordinasi Polbangtan Yogjakarta-Magelang Propinsi Jateng, yang berlangsung di Hotel Atria, Senin (22/11).

Kegiatan ini dihadiri anggota Komisi IV DPR RI, Vita Ervina, Direktur Polbangtan Yogyakarta Magelang, Bambang Sudarmanto serta Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan, Joni Indarto.

Selanjutnya ia mengatakan, dengan kepemilikan lahan yang relatif kecil, petani sepertinya tidak punya kesempatan mendapat keuntungan yang lebih besar, meskipun sudah berkelompok. Membangun kebersamaan dalam usaha dan proses agribisnis, peluang meningkatkan nilai tambah akan menjadi lebih besar. 

Paradigma yang harus diubah besar-besaran adalah dari pengelolaan sendiri-sendiri menjadi bersama-sama, dengan meningkatkan keunggulan kompetitif. Salah satu upaya untuk mendukung peningkatan kompetitif dan pemenangan pasar, pada tahun ini pemerintah melalui Dinas Pertanian telah menumbuhkan 60 Kelompok Usaha Bersama (KUB). Para petani ini mengembangkan komoditas  seperti hortikultura, kopi, padi/pupuk, kambing/domba, ayam, pakan ternak, magot, dan olahan makanan. 60 KUB ini, sepenuhnya dikelola anak muda atau generasi milenial. 

Ia berharap workshop ini sekaligus sebagai media komunikasi dengan Komisi IV DPR RI, Polbangtan, dan Dinas Peterikan dapat bersinergi menumbuhkan perekonomian di tingkat petani, desa, dan kecamatan melalui pembinaan dan pendampingan KUB.

Vita Ervina juga mengapresiasi tumbuhnya petani milenial di wilayah Kabupaten Magelang. Jumlahnya ada 60 KUB dimana masing-masing KUB beranggotakan 20 orang, sehingga total jumlah petani milenial ada 1.200 orang. Petani milenial itu sendiri merupakan petani yang berusia di bawah 40 tahun. 

"Namun tentunya ada kriteria lain dari petani milenial itu sendiri," ujar Vita.

Ia berharap petani milenial ini bisa mengembangkan pertanian di wilayah Kabupaten Magelang karena mereka lebih tanggap teknologi dan inonasi. 

"Ini yang penting dilakukan petani milenial agar mereka bisa mendorong dan mengolah teknologi sehingga pertanian lebih berkembang," imbuhnya.

Vita menambahkan, saat ini ada 2,5 juta petani milenial yang disasar. Saat sasarannya ini berhasil dibentuk, maka pertanian yang semula tradisional, bisa bergeser ke teknologi yang modern. 

"Dengan demikian ada peningkatan dari sisi nilai sehingga ada peningkatan kesejahteraan," harapnya.

Pertanian yang dimaksud, kata Vita, tidak hanya pertanian padi atau hortikultura saja, namun juga menyasar ke peternakan dan perikanan. Yang dikembangkan adalah agribisnisnya, bukan hanya komoditasnya saja, tapi juga sistem bisa berjalan.

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar