Perajin Bedug Grabag Tetap Eksis

Dilihat 4615 kali
Proses pembuatan bedug di Dusun Blender Desa Ngasinan Grabag Kabupaten Magelang, Jawa Tengan masih bertahan

BERITAMAGELANG.ID - Tak lekang zaman, bedug buatan perajin Dusun Bleder, Desa Ngasinan, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah tetap bertahan.

Pemilik usaha kerajinan bedug "Barokah Agung", Khuzaemadi, mengatakan bedug buatannya masih diminati masjid-masjid di Indonesia. Bahkan, bedug tersebut sudah merambah sejumlah negara di Asia dan Eropa.

"Ada langganan orang Medan yang pasti ambil bedug dari sini. Pernah juga dibeli orang dari Malaysia, Singapura, Italia," kata Khuzaemadi, di kediamannya baru-baru ini.

Bapak lima anak itu menceritakan awal usaha pembuatan bedug merupakan suatu hal yang tak diduga. Dirinya tidak memiliki keterampilan membuat bedug sebelumnya.

Sekitar tahun 1991, dia dan keluarganya ditimpa kerugian dari bisnis jual beli sapi. Seluruh harta benda Khuzaemadi ludes, tinggal rumah satu-satunya yang kini ditempati.

"Tiba-tiba, ada tetangga warga Dusun Canggalan, Desa Ngasinan, Kecamatan Grabag yang meminta tolong untuk dibuatkan bedug dari kayu canggal (pokok kayu). Kayu itu gabungan pohon kanthil dan kenanga, hanya ada satu itu, tidak ada lainnya," kenang Khuzaemadi.

Dengan penuh keyakinan, dia menyanggupi membuat bedug. Setelah jadi, bedug itu dihargainya Rp. 180 ribu. Kini, Khuzaemadi memiliki niatan untuk membeli bedug itu kembali dengan harga berkali-kali lipat, yakni Rp. 10 juta.

"Tapi tidak dibolehkan sama warga sana, karena bedug itu hanya satu-satunya, kayunya juga tidak ada duanya," ujarnya.

Berawal dari pengalaman itu, Khuzaemadi terus menekuni usahanya. 

Untuk bahan baku, kini digunakan kayu sengon laut merah. Bahan baku tersebut, kata dia, tidak ada di Magelang sehingga harus membeli dari luar daerah. Salah satunya dari Yogyakarta. Sedangkan kulit yang digunakan berupa kulit sapi dari lokal Magelang.

"Bahan baku bedug khusus menggunakan kayu sengon laut merah karena memiliki kualitas yang lebih bagus dibanding jati dan kayu munggur. Selain itu, kayu ini juga memiliki keistimewaan dapat mencapai ukuran atau diameter belasan meter dan lebih lunak," ungkapnya.

Dalam pembuatannya, satu bedug bisa mencapai waktu setengah hingga satu bulan. Tergantung dari ukuran bedug itu sendiri, semakin kecil ukurannya, maka semakin cepat waktu penyelesaiannya. 

Namun demikian, proses yang paling lama adalah pengeringan kayu 5 hingga 8 bulan agar menghasilkan warna suara yang bening, lembut dan merdu. 

"Untuk ukuran bedug kita buat bervariasi, mulai yang paling kecil berukuran sekitar 50 sentimeter. Kemudian ukuran paling besar pernah sampai 2 meter,"  urai Khuzamaedi.

Menurutnya, untuk harga berdasarkan ukuran dari bedug, yakni berkisar antara Rp.12 juta hingga termahal Rp.70 juta. Harga tersebut bergaransi, sudah termasuk paket satu kentongan dan dudukan bedug. 

"Pembeli tidak perlu khawatir dengan kualitas bedug karena garansi selama 15 tahun. Untuk 5 tahun pertama, garansi pecah dan teter (hewan pengerat kayu), garansi selanjutnya untuk ketahanan bedug," ungkapnya.

Seiring waktu, semakin banyak perajin bedug, Khuzaemadi pun mengaku merasakan dampaknya berupa penurunan pembeli. Meski demikian, dia tetap optimis bedug buatannya tetap diminati dan tetap bertahan.

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar