Pentas World Wayang Way di Pondok Tingal Borobudur

Dilihat 1677 kali
Pentas wayang kulit kisah cinta Sudana dan Manohara.

BERITAMAGELANG.ID - Kalau pentas wayang kulit pada umumnya mengambil kisah Ramayana dan Mahabarata, pada pembukaan World Wayang Way (WWW) Borobudur di Hotel Pondok Tingal, 6-7 November 2020 ada yang berbeda. 


Untuk pertama kalinya dipentaskan wayang kulit mengambil cerita dari salah satu relief di Candi Borobudur. Yakni kisah cinta Sudana dan Manohara, yang dibawakan oleh salah satu dalang asli dari Kabupaten Magelang, Ki Eko Sunyoto.


Selama hampir dua jam, pementasan wayang ini mampu menghipnotis pengunjung yang datang. 


“Ini pertama kali dipentaskan. Kami sengaja mengambil cerita kisah cinta Sudana dan Manohara dari relief Candi Borobudur. Selain untuk melestarikan budaya, tapi juga agar anak-anak muda semakin paham jika Candi Borobudur, sangat kaya akan ilmu pengetahuan," kata Eko Sunyoto, sebelum pentas.


Ditambahkan Bambang Eko Prasetyo pemerhati budaya dan sejarah Candi Borobudur, bahwa cerita kisah cinta Sudana dan Manohara ini, hanya sebagian kecil dari cerita yang diambil dari relief candi. 


“Cerita ini diambil dari panel 1 hingga 20 di lantai 3 bagian dinding. Di Candi Borobudur, total ada 2.672 relief, sebanyak 1.212 relief dekoratif di lantai 2 dan 1460 relief naratif ada dilantai 1 hingga 6," imbuhnya.


World Wayang Way (WWW) Borobudur ini, merupakan festival wayang yang ketiga kalinya digelar. Untuk tahun ini, menyajikan berbagai ragam dan genre wayang nusantara yang dilakukan setiap tahunnya. 


“WWW Borobudur diadakan dengan tujuan untuk melestarikan dan memperkenalkan kembali nilai-nilai budaya dari wayang yang dapat dijadikan laku dalam hidup. Pada tahun ini, WWW Borobudur diadakan selama dua hari dari 6-7 November 2020 di Hotel Pondok Tingal Borobudur," lanjut Eko. 


Disampaikan Eko, WWW Borobudur tahun ini menyajikan beberapa kegiatan seperti Pertunjukan Wayang yang akan dilaksanakan oleh dalang muda Ki Noval Ardyansyah (7 November). Workshop Wayang yang akan membahas tentang wayang kontemporer 'Wayang Milehnium Wae' oleh Ki Mujar Sangkerta (6 November) dan wayang purwa 'Tatah Sungging Wayang' oleh Ki Yulius Iswanto (6 November). Pituturan Dongeng Wayang oleh Ki Eko Sunyoto (6 November). Layaran Film Wayang oleh Nanang Garuda (7 November). 


Pameran Wayang yang diadakan selama acara ini berlangsung dari Ki Yulius Iswanto, Ki Mujar Sangkerta, Ki Mijan, Ki Sujono, hasil dari workshop di Royal House, dan hasil dari workshop Kalam Prof Baiquni . 


“Rangkaian akhir dari acara ini adalah laku wayang yang dilakukan dengan laku hening dari Hotel Pondok Tingal menuju Candi Borobudur. Sanggar Kinnara Kinnari Borobudur melaksanakan acara ini bertujuan agar para generasi muda dapat kenal kembali dengan budaya wayang yang telah dimiliki oleh Nusantara," pungkasnya.

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar