Dengan Alat Ini, Produksi Telur Asin Cukup 3 Hari dan Berdaya Tahan 2 Bulan!

Dilihat 4033 kali
Pelatihan Teknologi Tepat Guna (PTTG) Lembaga Perekonomian NU Kabupaten Magelang bekerjasama dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Universitas Negeri Semarang (Unnes) kembangkan alat peroduksi telur asin

BERITAMAGELANG.ID - Meningkatkan minat berwirausaha di masyarakat, Lembaga Perekonomian NU Kabupaten Magelang bekerjasama dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Universitas Negeri Semarang (Unnes) melaksanakan Gelar Karya Penerapan Teknologi Tepat Guna (PTTG) di Gedung NU Palbapang Mungkid.

Kegiatan itu berlangsung selama tiga hari mulai Jumat hingga Minggu (09-11/11) yang diikuti sekitar 100 peserta dari berbagai lembaga, tidak hanya NU, juga Muhammadiyah dan beberapa komunitas Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

Mereka dilatih membuka mindset tentang kewirausahaan dan sistem manajemen usaha. Dilanjut praktek tentang pengemasan, peningkatan mutu serta pembuatan telur asin menggunakan teknologi tepat guna.

Ketua LP2M Unnes, Dr. Suwito, M.Pd didampingi Koordinator Kegiatan Gugus Kerjasama Unnes, Dr. Eka Yuli mengatakan, kegiatan ini berawal dari hasil penelitian para dosen di Unnes dan disosialisasikan ke masyarakat.

"Untuk saat ini, kami bekerja sama dengan LPNU dengan mensosialisasikan tentang teknologi pembuatan telur asin dengan cara yang singkat namun berkualitas. Diharapkan, dengan menggunakan teknologi yang kami ciptakan ini, para pengusaha pembuatan telur asin bisa mendapatkan keuntungan yang lebih banyak di samping tentunya biaya operasional juga lebih sedikit," katanya.

Prinsip kerja teknologi ini, menurut Eka, sangat sederhana yakni telur dimasukkan dalam sebuah alat yang diberikan tekanan.

"Prinsip kerjanya seperti membuat bandeng presto. Pertama kali, telur bebek dicuci menggunakan air cuka. Setelah bersih, dimasukkan dalam mesin kompresor dan dikasih air dicampur garam dan diberikan tekanan udara. Jadi tidak lagi menggunakan tanah liat atau abu lagi," jelasnya.

Setelah direndam empat hari, lanjut Eka, telur dikeluarkan dan tinggal direbus (kukus) selama kurang lebih 3 jam dan sudah bisa dihidangkan.

"Telur asin ini, bisa tahan dua hingga tiga minggu. Namun kalau disimpan dalam kulkas, bisa sampai satu hingga dua bulan. Yang jelas, dengan menggunakan alat ini, kita bisa hemat waktu. Kalau cara tradisional, bisa menghabiskan satu bulan, dengan alat ini hanya tiga sampe empat hari saja," ungkapnya.

Sedangkan salah satu peserta yang juga pengusaha telur asin dari Desa Gunungpring, Muntilan, Anang Mustofa mengaku sangat terbantu dengan kegiatan ini.

"Terus terang kami sangat terbantu. Selama ini saya membuat telur asin masih dengan cara tradisional dan membutuhkan waktu satu bulan. Namun dengan cara ini, jadi lebih efektif dan efisien. Dan tentu biaya operasional dapat ditekan, produksi juga akan jauh lebih banyak," ungkapnya.

Ketua PCNU Kabupaten Magelang, KH Mahsun Mahfud didampingi Ketua LP NU, Anis Faudi mengungkapkan kegiatan ini menghadirkan sejumlah narasumber yang berkompeten di bidang pemberdayaan UMKM, seperti Prof .Suci Hatiningsih dan Prof. Eti Susilowati dari Kantor Kewirasuhaan Unnes. 

"Kegiatan ini sangat bagus dan perlu terus dilakukan. Warga NU dan khususnya para pelaku UMKM, sangat membutuhkan motivator dan sentuhan teknologi seperti ini. Niscaya, tanpa teknologi, usaha kita tidak akan cepat berkembang," paparnya.

Editor Fany Rachma

1 Komentar

M. Najib Wafirur Rizqi 02 Juli 2019 02:59
Wow keren.. Kalian tau tidak, ternyata telur asin bisa dibuat seperti jajan/camilan loh. Namanya TELASIN, yang dibuat oleh alumnus Unair. Pokoknya harus cobain deh. Karena disini tidak hanya enak dan halal, tetapi harganya juga murah. Yuk lihat beritanya di link berikut : http://news.unair.ac.id/2019/06/24/alumnus-biologi-unair-kembangkan-camilan-telur-asin/

Tambahkan Komentar