Pelaku Wisata Ingin Kejelasan Program Badan Otorita Borobudur

Dilihat 1880 kali
Para pelaku wisata di Magelang usai diskusi bersama Badan Otorita Borobudur di B&B Hotel
BERITAMAGELANG.ID - Para pengusaha dan GM dari hotel berbintang serta restoran yang tergabung dalam Borobudur Super Prioritas (BSP) Club, mengundang Badan Otoritas Borobudur (BOB), untuk berdiskusi tentang program BOB. Diskusi ini dirasa penting karena para pelaku wisata di daerah ingin mengetahui lebih dalam apa saja yang akan dilakukan BOB pasca penetapan kawasan Borobudur dalam jalur Jogja Solo Semarang (Joglosemar) sebagai super prioritas destinasi.

Kepala Dinas Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Magelang, Iwan Sutiarso mengungkapkan, untuk memajukan wisata di Kabupaten Magelang harus ada sinergi antara pelaku wisata, pemerintah dan media. Bila semua bisa berkolaborasi, akan bisa memberikan sesuatu yang bermakna.

"Di Kabupaten Magelang memiliki permasalahan yang butuh pemecahan bersama. Salah satu antaranya adalah kurangnya SDM di bidang pariwisata. 
Ia menyambut baik diskusi yang diselenggarakan karena pemerintah bisa menyaring apa saja yang menjadi keluhan atau kebutuhan para pelaku wisata. Sehingga pemerintah bisa mengeksekusi untuk kemajuan pariwisata di Kabupaten Magelang," ujar Iwan dalam diskusi dengan tema "Menggerakkan Industri Pariwisata, Hotel dan Restoran di Magelang pasca penetapan kawasan Borobudur (Joglosemar) sebagai Super Prioritas Destinasi, di Borobudur Bed & Breakfest.

"Setelah mengetahui program BOB, kami bisa lebih siap dan bersinergi guna menyukseskan program pemerintah untuk Borobudur sebagai super prioritas destinasi," imbuh koordinator BSP, Budi D Nugroho. 

Diskusi ini dihadiri antara lain dari Hotel Grand Artos Hotel, Sarasvati Hotel, Amanjiwo, Plataran, Amarta hotel, B&B hotel, Atria Hotel Panjiwo Resto, Raja Beong Resto, Benoa resto, serta stakeholder lainnya.

Nugroho mengatakan, selama ini para pengusaha hotel dan resto di wilayah Kabupaten Magelang khususnya di seputar Borobudur, belum mengetahui secara pasti apa program BOB. Sehingga mereka masih meraba-raba apa yang seharusnya hendak dilakukan jika program BOB di terapkan.
Ketika sudah mengetahui apa program BOB, imbuh Nugroho yang juga owner Panjiwo Resto, maka bisa menjadi panduan BSP dalam melakukan pembenahan dan pelaksanaan program, baik secara internal hotel dan restoran mereka. 

"Ataupun peningkatan pelayanan kepada para tamu/wisatawan dan ikut membantu meningkatkan pemahaman masyarakat pariwisata," katanya.

Ia menambahkan, bahwa ada satu program dari BSP diantaranya merencanakan giat Borobudur Sparkling 2020, tahun kunjungan hotel dan restoran di Kabupaten Magelang.

Direktur Marketing Wisata Badan Otoritas Borobudur Agus Rochiyadi, menyebutkan ada dua komponen tugas Badan Otorita Borobudur, yakni pertama dewan pengarah dan berikutnya direksi BOB. 

Ada dua tugas utama yang dilakukan BOB, yang pertama tugas koordinatif. Yakni Jogja-Borobudur, Solo Sangiran, Semarang-Karimunjawa-Dieng. Kemudian tugas otoritatis, BOB diberi lahan seluas 309 Ha, yang terletak di kawasan Purworejo dan menempel di tiga kabupaten. Masing-masing Kabupaten Magelang, Kulonprogo dan Purworejo.

"Ini yang jadi tugas otoritatif kita yang disebut Borobudur Highland," paparnya.

Agus menekankan, bahwa BOB sebenarnya bertugas untuk mengurangi beban di Candi Borobudur. Sebab berdasar hitungan konservasi, dalam sehari harusnya dinaiki 128 orang. Namun dalam kenyataan, yang bekunjung mencapai 4,5 juta. 

"Ini jumlahnya berlipat-lipat  bahkan sampai 50 kali lipat lebih. Ini jadi masalah," tandasnya.

"Kondisi Candi Borobudur saat ini, lantainya sudah mulai 'gripis' dan pasti akan rusak.
Itu yang harus kita jaga sebagai peninggalan warisan budaya. Karena nilainya sudah luar biasa sekali," imbuhnya.

Untuk mengatasinya, BOB membuat suatu kawasan baru yang bisa menarik wisatawan. Sehingga mereka yang datang tidak langsung menyentuh, seperti halnya di Angkor Wat dan juga Gunung Fuji di Jepang. 

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar