Pandemi Covid 19 Kampung Lebah Lereng Sumbing Menggeliat

Dilihat 2204 kali
Petani lebah di Dusun Plalar Desa Genito Kecamatan Windusari Kabupaten Magelang memanen madu.

BERITAMAGELANG.ID-- Hewan lebah selain dikenal menjadi penghasil madu yang kaya khasiat namun juga memiliki sengatan yang dapat mengakibatkan korbannya terluka.  Namun bagaimana rasanya jika hidup berdampingan dengan lebah penyengat itu.


Tapi itulah kenyataan yang dilakukan oleh warga masyarakat lereng Gunung Sumbing Kabupaten Magelang, hidup damai berdampingan dengan kawanan lebah. Bahkan lebah dengan sengatannya itu menjadi sumber ekonomi menjanjikan di masa Pandemi Covid 19.


Itulah aktifitas warga di Dusun Plalar, Desa Genito, Kecamatan Windusari Kabupaten Magelang dengan potensi budidaya lebah madu berkualitas baik. Sarang lebah yang biasanya diletakkan jauh dari pemukiman namun tidak di kampung ini, ratusan sarang lebah justru diletakkan di teras rumah dan lorong-lorong rumah warga.


Memang keseharian warga diantara hawa sejuk ini selain petani ladang mereka juga peternak lebah madu yang handal. Guna mendukung usaha itu mereka telah tergabung dalam Kelompok Tani Hutan Sari Bunga Giyanti.


"Sudah turun-temurun kita ternak lebah madu ini," kata salah satu pengurus Kelompok Tani Hutan Sari Bunga Giyanti Siyamu Rabu (12/8/2020).


Setiap sudut di dusun ini penuh dengan kotak sarang lebah, mulai dari depan rumah hingga lorong jalan perkampungan. Tidak sembarangan jenis lebah yang mereka budidayakan adalah Apiscerana atau yang dikenal dengan lebah lokal. Mereka mendapatkan lebah tersebut dari berburu di hutan Kawasan Gunung Sumbing Kabupaten Magelang.


Hal itu dilakukan untuk membiarkan lebah sesuai dengan habitatnya dengan berburu sari bunga yang diinginkan demi mendapatkan kualitas madu yang baik.


"Ratu lebah dari hutan hasil madunya akan bagus karena tetap alami," ujar Siyamu seraya menunjukan tetesan madu dari sarang lebah yang baru dipanen.


Siyamu menceritakan jika kebiasaan hidup berdampingan dengan lebah ini nampaknya sudah dilakukan secara turun-temurun oleh warga sekitar yang dulu nenek moyang mereka dikenal sebagai pemburu lebah hutan. Dahulu hasil perburuan lebah dihutan dijual ke masyarakat yang membutuhkan.


Seiring berjalannya waktu, banyaknya permintaan pasar akan madu memaksa warga harus membuat kotak rumah lebah untuk memudahkan menyediakan madu sesuai keinginan pasar. Karena permintaan pasar terus meningkat dan kendala keterbatasan lahan membuat warga meletakkan lebah didepan rumah dan lorong jalan.


"Terpaksa kita menaruh kotak di segala tempat, lokasinya terbatas di sini. Tapi aman tidak menyengat," ujar Siyamu memastikan.


Siyamu menuturkan hingga saat ini setiap bulannya kelompok tani hutan ditempatnya sudah mampu memproduksi minimal 40 kg madu.


Lebah jenis apiscerana ini dikenal sebagai lebah yang memiliki khasiat lebih dibanding lebah lainnya terutama di bidang pengobatan karena lebah ini hanya ingin menyerap sari bunga dan tidak bisa direkayasa dengan gula. Khasiat itu membuat permintaan madu diawal masa pandemi Covid 19 meningkat tajam sehingga para peternak harus berburu kedalam hutan Gunung Sumbing.


"Untuk memenuhi kebutuhan pasar yang mencapai 200 kilogram itu harus berburu di hutan sesekali waktu," ungkapnya.


Kini tidak hanya sekedar produksi madu berkualitas, Dusun Plalar, Genito ini pun menjadi tempat wisata edukasi. Tidak jarang pengunjung dari luar kota datang demi melihat dan belajar cara budidaya lebah madu alami.

Editor Slamet Rohmadi

0 Komentar

Tambahkan Komentar