Ngabuburit Mengeja Aksara Jawa Kuno Ala Komunitas Sraddha

Dilihat 3750 kali
Komunitas Sraddha belajar aksara jawa kuno di Desa Bandungrejo, Ngblak Kabupaten Magelang Jawa Tengah

BERITAMAGELANG.ID - "Gemah ripah loh jinawi", ungkapan itu menggambarkan tanah Jawa nan subur bergung-gunung diselimuti hawa sejuk. Konon dari wilayah makmur tersebut  tersimpan peradaban kuno budaya menulis era kerajaan Majapahit hingga Mataram.

Sejarah itu membawa puluhan pemuda yang tergabung dalam Komunitas Sraddha, sebuah komunitas yang bergerak di bidang ekplorasi kesusasteraan Jawa Kuno dan Klasik datang ke kaki Gunung Merbabu Desa Bandungrejo, Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang Jawa Tengah.

Penggagas kegiatan, Rendra Agusta (27) mengatakan, kelas ini berlangsung selama tiga bulan. Puluhan peserta dari berbagai daerah itu belajar bersama mengeja aksara Jawa kuno yang mulai punah sambil menunggu datangnya waktu berbuka puasa.

"Tujuan dari kegiatan yang bekerja sama dengan Museum Radya Pustaka ini adalah untuk mengenalkan kembali masyarakat modern kepada kebudayaan lokal sastra Jawa kuno yang kini mulai punah," kata Rendra.

Dengan tema meretas jarak peradaban, para peserta dibawa ke lapangan untuk mengeksplorasi ragam budaya religi, dari peninggalan masyarakat Jawa Tengah sampai awal Mataram Amangkurat I.

"Kebetulan kelas keempat ini kami mengambil tema Ragam karya sastra Jawa Tengahan. Maka kami mengambil daerah di sekitar kawasan Merapi-Merbabu. Secara khusus, kami memilih Bandungrejo karena desa ini memiliki kebudayaan yang utuh, utamanya seni rakyat dan tradisi lisan," lanjutnya.

Mahasiswa studi Kajian Budaya di kelas Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret ini menambahkan, aksara Jawa Kuno memang sudah tidak dipakai lagi dalam kehidupan sehari-hari. Namun, dengan konsep kekinian kegiatan ini justru diminati anak muda.

"Kekinian, tentunya tanpa mengurangi konten seperti belajar melalui software digital untuk anak-anak yang bisa diinstal di HP dan Komputer. Ada juga menggunakan Tabel Aksara. Tentunya juga membawa anak-anak langsung melihat prasasti atau naskah kuno," jelasnya.

Kegiatan ini juga menjembatani hasil-hasil penelitian di ruang akademik kampus dengan masyarakat beserta insan ruang penyimpanan sentral (museum, perpustakaan) dan masyarakat yang tinggal di sekitar benda cagar budaya, sekaligus pemangku kebudayaan.

"Di masa lampau, aksara Jawa tidak hanya sekedar susunan huruf saja. Sang pujangga dituntut bersih suci lahir batin. Sehingga setiap goresan aksara itu menjadi sakral bernilai luhur dan harus dilestarikan generasi bangsa ini," pungkasnya.


Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar