Musim Pandemi Covid-19, Janda Bolong Banyak Diburu

Dilihat 2509 kali
Luluk, salah satu petani tanaman hias di Dusun Bojong Desa Giyanti Kecamatan Candimulyo Kabupaten Magelang, menunjukkan satu-satunya bibit tanaman 'Janda Bolong" yang sedang banyak diburu masyarakat.
BERITAMAGELANG.ID- Musim Pandemi Covid-19, perburuan tanaman hias justru marak di kalangan masyarakat. Permintaan terus naik setelah lebaran Idul Fitri. Salah satu tanaman yang paling diminati adalah "Janda Bolong". Tumbuhan spesies Monstera adansonii variegated ini selalu menjadi incaran hingga sejumlah petani tanaman hias kehabisan stok.

Hampir semua kios tanaman hias di Dusun Bojong, Desa Giyanti, Kecamatan Candimulyo Kabupaten Magelang, kehabisan stok Janda Bolong.

"Setelah lebaran kemarin, banyak yang cari Janda Bolong. Saya sampai kehabisan stok," kata Chamilatul Chasanah, pemilik salah satu kios tanaman hias di Giyanti Candimulyo Kabupaten Magelang, Kamis (1/10/2020).

Chamilatul tidak mengetahui secara pasti, mengapa tanaman ini banyak di cari. Karena sepengetahuan dia, tanaman ini tidak istimewa. Bahkan perawatan juga tidak sulit. "Mungkin karena banyak orang-orang kaya yang menjadikan tanaman ini sebagai hiasan di rumah, jadi banyak yang kepingin. Kalau difoto memang kelihatan bagus," kata Chamilatul.

Sejak menjadi pengusaha tanaman hias 25 tahun lalu, baru kali ini Janda Bolong diburu banyak orang, terutama ibu-ibu muda. Setiap hari ada saja yang datang untuk membeli. "Kalau Sabtu dan Minggu bisa puluhan orang yang cari," katanya.

Janda Bolong, kata Chamilatul, kemungkinan dinilai unik oleh banyak orang, karena di bagian daunnya memiliki lubang alami yang menjari sesuai tulang daun. Daunnya berwarna hijau cerah. Tanaman ini tergolong tanaman rambat. Memiliki akar angin dan tumbuh di tempat yang teduh. Monstera ini diyakini mampu mendatangkan atmosfer hutan tropis di dalam ruangan.

Selain ditanam di tanah, janda bolong bisa ditanam dengan sistem hidroponik. Dapat bertahan di dalam ruangan. Selain mempersegar, juga dapat mengangkat keindahan ruangan.

"Jadi dinamakan Janda Bolong, karena tanaman ini hidup sendirian," katanya Chamilatul berseloroh.

Karena banyak peminat, menjadikan harga Janda Bolong meroket. Apalagi saat ini sudah cukup langka. Dulu, sebelum Pandemi Covid-19 harga tiap daunnya Rp 15 ribu. Sekarang, tak bisa diprediksi tergantung permintaan pasar. Ada yang ratusan ribu bahkan hingga jutaan. "Semakin langka, semakin mahal," ujarnya.

Chamilatul mengaku, sementara tak menjual janda bolong. Sebab, dia kehabisan stok. Dikiosnya tinggal satu tanaman dan tidak akan dijual. Kalaupun akan dilepas, kemungkinan harganya sudah mahal bisa sampai jutaan. 

Rupanya tak hanya janda bolong. Tanaman hias jenis calathea, philo katak, keladi, maranta dan jenis tanaman keluarga philodendron lainnya kian terangkat. Harganya semakin fantastis. Tidak hanya jutaan. Tetapi sampai ratusan juta.

Chamilatul menyebut, permintaan tanaman hias selama pandemi mencapai ratusan pot per hari. Hal itu, disebabkan selama pandemi bercocok tanam menjadi hobi baru yang sedang trend. Peminatnya, kalangan umum dari berbagi kota.

Hal senada juga disampaikan petani tanaman hias dari toko tanaman berbeda. Petani, Luluk mengaku, setiap hari dia mendapatkan permintaan tanaman janda bolong. Namun, permintaan selalu ditolak lantaran sudah kehabisan stok.

Ia juga mengaku hanya memiliki satu stok bibit Janda Bolong dan baru setinggi 5 cm. Harganya saat ini sudah mencapai Rp 85 ribu, padahal sebelumnya hanya Rp 30 ribu. "Harganya masih bisa melambung tergantung pasar. Tapi saat ini kami kehabisan stok," katanya.

Senada dengan Chamilatul, setiap hari ada saja yang datang untuk mencari Janda Bolong. Banyak dari mereka berasal dari Yogyakarta dan Semarang. Mereka yang mencari selain individu ada juga pedagang tanaman hias.

Editor Slamet Rohmadi

0 Komentar

Tambahkan Komentar