Momen Unik 17 Agustus, Warga Lereng Merapi Berburu Sapu Lidi

Dilihat 2117 kali
Warga Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang, Jawa Tengah berburu sapu lidi yang menjadi ikon di HUT ke 73 RI, Jumat (17/08)

BERITAMAGELANG.ID - Sejak pagi ribuan warga Srumbung Kabupaten Magelang Jawa Tengah berdesak-desakan di jalan dan lapangan kecamatan setempat. Mereka turun dari dusun-dusun tertinggi yang ada di lereng Gunung Merapi demi mengikuti upacara Detik Detik Proklamasi dan berburu sapu lidi. 

Lalu lintas pada Jumat (17/08) itu lumpuh, jalan-jalan sekitar kantor Kecamatan Srumbung menjadi pasar dadakan yang dipenuhi warga. Kanan dan kiri jalan berjajar para pedagang tiban yang menjual berbagai hasil bumi, makanan, alat rumah tangga, baju hingga mainan anak-anak. Namun uniknya, yang paling laris justru sapu lidi.

Entah sejak kapan, alat bersih-bersih tradisional dari lidi daun kelapa itu paling diburu warga Sumbung di setiap momen HUT Kemerdekaan negeri ini. Bahkan, demi mendapatkannya, warga rela datang lebih pagi dan membeli tanpa tawar menawar harga.

"Satunya 6.000 rupiah. Saya beli 6 ikat sapu buat setahun. Tahun berikutnya beli lagi," kata Rafingah, salah satu warga.

Hanya dalam waktu tak kurang dari 3 jam, ratusan ikat sapu lidi yang dijual para pedagang pasar tiban lereng Gunung Merapi ini ludes dibeli warga.

Salah satu warga, Hadi Slamet (60) nampak tersenyum lebar. 100 ikat sapu yang dijualnya sudah laris tak tersisa.

"Alhamdulillah, lumayan laris sapunya habis," katanya berbinar.

Pria warga Desa Cawakan Srumbung yang berprofesi sebagai buruh tani ini mengaku sudah berjualan sapu lidi sejak sepuluh tahun silam. Sapu lidi itu merupakan hasil prakarya para siswa SD, SMP, Karang Taruna dan Warga di wilayah Srumbung.

"Jualan sapu lidi hanya saat pitulasan (17 Agustus) saja. Sapunya saya kulak dari guru sekolah sekolah maupun warga dengan harga Rp 4.500 perikat dan dijual Rp 6.000," jelasnya.

Menjadi barang yang paling diburu, sapu lidi juga menjadi berkah lain bagi ibu rumah tangga. Melalui kelompok-kelompok PKK, mereka berjualan di stand pameran yang disediakan pihak panitia.

"Hasil jualan 30 sapu lidi, aksesoris dan makanan nantinya untuk kas PKK. Semua dagangan selalu habis saat Agustusan seperti sekarang ini," tutur Kristiani, salah satu warga Srumbung.

Camat Srumbung, M. Taufik Hidayat Yahya mengungkapkan, keberadaan sapu lidi di setiap momen perayaan Hari kemerdekaan RI memiliki makna yang dalam yakni simbol persatuan dan kebersamaan warga.

"Tidak hanya alat pembersih tradisional, sapu lidi juga bermakna persatuan. Jika satu lidi akan lemah maka dengan satu ikatan lidi akan menjadi potensi kekuatan dan kokoh," terang Taufik.

Hari Kemerdekaan 17 Agustus kali ini, imbuhnya, selain memberi peluang pasar dadakan, pihak Kecamatan Srumbung juga menggelar pameran potensi UMKM lokal dan aneka lomba kreativitas.

"Kita juga menggelar lomba tumpeng, stand pameran, dan karnaval yang diikuti oleh puluhan desa dan sekolah. Sedangkan untuk mendukung Asian Games kita juga menggelar berbagai lomba cabang olah raga untuk anak-anak muda kita," lanjutnya.

Pasar dadakan di Kecamatan Srumbung hanya berlangsung singkat yakni mulai pukul 09.00 hinga pukul 12.00 WIB. Sebagai rangkaian perayaan HUT ke 73 RI kali ini, pihak Kecamatan Srumbung juga menggelar aneka pentas kesenian tradisional dan pawai karnaval pada 30 Agustus mendatang.

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar