Misteri Paseso Merapi Melaju Top 45 Inovasi Layanan Publik

Dilihat 1860 kali
Tim Penilaian Nasional KIPP 2019 dari Kementerian PAN RB di Desa Sumber dan Ngargomulyo Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang Kamis (1/8).

BERITAMAGELANG.ID - Misteri 'Paseso Merapi' atau paseduluran deso Kabupaten Magelang masuk dalam nominasi terbaik di Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) yang digelar Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB) tahun 2019.


Sebelumnya, Paseso Merapi telah lolos sebagai Top 99 Inovasi Layanan Publik, kini, Program Desa Bersaudara yang diprakarsai oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang dalam hal mitigasi bencana erupsi Gunung Merapi ini terus melaju dalam tahap verifikasi Top 45.


Usai observasi di Desa Sumber dan Desa Ngargomulyo, Kecamatan Dukun Kamis (1/8), salah satu mengatakan Paseso Merapi masuk dalam 45 karya terbaik dari ribuan materi Kabupaten/kota se Indonesia yang masuk di ajang ini.


"Saat ini 99 materi tersisa. Kami di sini untuk menggali informasi Paseso dalam rangkaian seleksi menuju 45 tema terbaik," kata Suryotomo, Kamis (1/8).


Paseso tidak hanya di kebencanaan tapi juga hal lain seperti pengelolaan keuangan, dan pariwisata berbasis internet sistem.


Erupsi 2010 dan lahirnya Paseso telah merubah paradigma masyarakat tentang bencana Merapi, dari mitos ke teknologi. Warga di kedua dusun yang hanya berjarak 10 km dari puncak Merapi itu kini memiliki pengetahuan tentang perkembangan aktivitas Merapi, berkoordinasi hingga bagaimana melakukan evakuasi.


Bahkan berkat program Paseso itu pula, banyak daerah lain yang datang untuk belajar tentang konsep hidup aman nyaman di antara bencana Merapi.


"Apa yang dilakukan teman-teman ini luar biasa, dari bencana menjadi pemberdayaan ekonomi. Hal ini bisa dikembangkan di daerah lain," ungkap Suryotomo.


Menjawab sejumlah pertanyaan terkait pentingnya Paseso, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Magelang Edy Susanto mengungkapkan, jika aktivitas Gunung Merapi meningkat, warga Desa Sumber dan Ngargomulyo telah siap. Mereka mengetahui akan mengungsi kemana. Misalnya warga Desa Sumber mengungsi ke desa saudaranya yakni Desa Ngawen Muntilan. Sedangkan Desa Ngargomulyo bersaudara dengan Desa Tamanagung Muntilan.


"Ada edukasi dari Paseso, Desa Sumber dan Ngargomulyo menjadi smart village (desa cerdas) dalam mitigasi bencana. Mereka meningkatkan potensi menjadi desa banyak ilmu. Dalam Paseso tidak hanya simpati tapi juga empati," tutur Edy.


Mitigasi bencana, lanjut Edy, adalah kebutuhan bersama. Dalam Paseso juga ditekankan setiap desa melakukan pemutakhiran data sosial penduduk, kemiskinan, ekonomi dan jumlah ternak.


"Ketika terjadi pengungsian, Dinkes (Dinas Kesehatan) dan Dinas Pendidikan akan menjadi koordinator pendidikan dan pelayanan kesehatan dengan mengaktifkan sekolah dan Puskesmas terdekat," paparnya.


Saat ini BPBD Kabupaten Magelang tengah aktif bergerak pada kurikulum bencana di sekolah. 


"Partisipasi aktif semua masyarakat menjadi kunci suksesnya penyelamatan. Bagaimana kita hidup dengan Merapi, kearifan lokal yang mesti menjadi dasarnya," pungkas Edy.


Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar