Misteri Angsa Emas di Bale Kambang Mata Air Suci Tukmas Magelang

Dilihat 5943 kali
Petugas BPCB Jawa Tengah menunjukan pahatan tulisan di Prasasti Tukmas, Lebak, Grabag Kabupaten Magelang, Jawa Tengah

BERITAMAGELANG.ID - Empat baris sajak di prasasti paling tua di Jawa Tengah sejak abad 6 hingga 7 Masehi tertulis memuja-muji kejernihan sebuah mata sakral yang mengalir di lereng Gunung Merbabu : "Bermula dari teratai yang gemerlapan - dari sini memancarlah sumber air yang mensucikan - air memancar keluar dari sela-sela batu dan pasir - di tempat lain memancar pula air sejuk - dan keramat seperti (sungai) Gangga".


Menurut Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah (putudanajaya - 1994), empat baris sajak di batu Prasasti Tukmas atau Prasasti Dakawu itu berasal dari peninggalan Kerajaan Kalingga pertama, terpahat di sebuah batu alam besar dengan huruf Pallawa, berbahasa Sanskerta (Hindu Kuno). 


Dijaga oleh 3 orang juru kunci, Prasasti Tukmas beserta mata airnya masih terjaga kelestariannya hingga kini. Letaknya terpencil dekat dengan mata air di antara hutan pinus jauh dari pemukiman warga Kelurahan Lebak, Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang Jawa Tengah.


"Hendaknya jika berada di antara sumber air Tukmas, berlakulah sopan, selalu menahan diri dari amarah, dan tidak berkata kotor demi keselamatan diri sendiri," pesan salah satu juru kunci mata air Tukmas, Sudiyanto, saat ditemui BeritaMagelang.id, Sabtu (17/03).


Lebih lanjut pria berusia 64 tahun warga desa Dusun Tempuran, Desa Girikulon, Kecamatan Secang ini mengungkapkan, sejak dahulu mata air Tukmas keluar dari atas bukit, debit airnya stabil, mengalir dengan caranya tersendiri. Uniknya, saat musim kemarau, debit air Tukmas justru bertambah besar, namun di musim hujan mengalir kecil dan stabil. Mata air ini mampu mencukupi konsumsi ribuan jiwa masyarakat Magelang dan warga sejumah dusun di sekitar mata air.


"Sejak tahun 1971, sumber air Tukmas dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum  (PDAM) Kota Magelang. Sehingga pada hari biasa, tidak semua orang bisa masuk ke dalam area sumber air Tukmas," jelas Sudiyanto.


Sudah lebih dari 29 tahun, Sudiyanto bertugas menjadi juru kunci mata air Tukmas. Sehingga ia paham benar setiap letak batu batu hingga cerita-cerita menarik sekitar asal usul mata air Tukmas.


"Konon mata air Tukmas berasal dari sejumlah sumber air kecil dari sela batu Gunung Merbabu yang dahulu membentuk aliran sungai tempat berenang angsa angsa emas," tutur Sudiyanto.


Selain itu, Sudiyanto mengungkapkan, terdapat sebuah batu paling besar di depan pintu kawat masuk area Tukmas. Batu itu dikenal sebagai Bale Kambang (tempat mengapung). Meski demikian, tidak ada yang tahu pasti mengapa disebut Bale Kambang dan kebenaran adanya angsa emas di Tukmas atau Kalimas, kenang Sudiyanto.


Pada prasasti itu juga terdapat gambar-gambar seperti roda (cakra), teratai (padma), nyala api, denah bangunan dan gambar yang masih sulit untuk diidentifikasi karena aksaranya lebih muda dari masa raja Mulawarman. Gambar yang dapat diidentifikasi merujuk pada laksana (tanda khusus) yang digunakan para pemuka agama Shiva (Penganut Hindu).


Lebih jauh Sudiyanto mengungkapkan, mata air Tukmas sudah dimanfaatkan masyarakat zaman dahulu untuk membangun peradaban dan disakralkan.


"Sejak dahulu letak batu prasasti Tukmas tidak berubah, dan dimungkinkan masih banyak peninggalan peradaban sejarah kerajaan Kalingga lain yang belum ditemukan," tutur petugas juru rawat dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah, Surondi (52).


Sumber air Tukmas terletak sekitar 25 kilometer dari kota Kabupaten Magelang. Hingga kini setiap menjelang Hari Raya Nyepi, umat Hindu dari berbagai wilayah di Magelang selalu melakukan sembahyangan Melasti, mensucikan diri dan peralatan peribadatan di sumber air Tukmas.

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar