Merasa Tak Berdaulat Atas Hasil Panen, Petani Tembakau Berharap Ada Solusi Dari Pemerintah

Dilihat 1606 kali
Salah satu petani tembakau asal Desa Tanjungsari, Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang (lereng Gunung Sumbing), Widodo

BERITAMAGELANG.ID-- Salah satu petani tembakau asal Desa Tanjungsari, Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang (lereng Gunung Sumbing), Widodo mengaku, merasa tak berdaulat (merdeka) atas hasil panen tembakaunya dalam kurun beberapa tahun belakangan ini. Hal tersebut dikarenakan harga jual tembakau yang tak menentu, ditambah lagi dengan minimnya penampung atau pembeli tembakau.


Melihat kondisi tersebut, banyak petani tembakau di Desa Tanjungsari akhirnya beralih menanam komoditi lainnya meskipun biaya operasionalnya tergolong agak sedikit lebih tinggi. Contohnya seperti, tanaman cabai, tomat, kubis, kopi, ataupun ubi-ubian.


"Karena harga jual tembakau itu tidak menentu, maka sekarang banyak yang beralih pada komoditi sayuran meskipun perbandingan biaya tanam agak sedikit jauh. Katakanlah 0,1 hektare kita bisa tanam tembakau dengan biaya Rp 1 juta, maka untuk menanam cabai belum dapat. Mungkin bisa memakan biaya mencapai Rp 5 juta," ungkap, Widodo disela-sela acara Press Conference Hasil Penelitian Petani Tembakau di Jawa Tengah, bertempat di lantai dua Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Magelang (UNIMMA), Sabtu (25/7/2020).


Meskipun demikian, lanjut Widodo, sebagian masyarakat enggan untuk meninggalkan pekerjaannya sebagai petani tembakau. Pasalnya, menjadi seorang petani tembakau sudah merupakan pekerjaan turun-temurun yang sangat dibanggakan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Widodo mengaku tetap menanam tembakau dan menjual hasil panennya secara eceran.


"Maka kalau ada kemarau panjang, maka menanam tembakau dan dirajang sendiri lalu dijual secara eceran. Dan ternyata hasilnya pun lebih banyak dari pada dijual pada pabrik atau lainnya. Kalau dijual pada pabrik, saya pernah mengalami dikasih harga Rp. 3.000/kg daun tembakau basah. Tentu ini sangat memberatkan," katanya.


Untuk meringankan beban para petani tembakau, Widodo juga meminta bantuan serta solusi, baik kepada pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Salah satunya dengan melakukan riset tentang tanaman yang mengandung nikotin ini.


"Kami berharap pemerintah bisa melakukan riset tentang tanaman tembakau yang mengandung nikotin ini. Tujuannya agar tembakau tidak harus dijadikan rokok saja, namun apakah kandungan nikotinnya tersebut bisa dijadikan obat atau yang lainnya, sehingga harga jualnya pun tetap stabil," harapnya.


Sementara, PIC Riset Muhammadiyah Tobacco Control Center (MTCC) UNIMMA, sekaligus dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Magelang (UNIMMA), Heni Setyawati Esti Rahayu mengatakan bahwa, kegiatan atau hasil riset terkait dengan tanaman tembakau ini bisa membantu masyarakat.


"Tujuan dilaksanakannya Press Conference Hasil Penelitian Petani Tembakau di Jawa Tengah ini dapat disebarluaskan ke masyarakat. Bahwa petani tembakau itu harus bisa bertahan meski harus melakukan diversifikasi," ungkap Heni.


Melalui kegiatan MTCC ini, lanjut Heni, diharapkan para petani tembakau bisa bertukar pikiran serta merubah atau meningkatkan kesejahteraannya dengan mencoba komoditi yang lain.

Editor Slamet Rohmadi

0 Komentar

Tambahkan Komentar