Sejumlah Musisi Tampil Dalam International Conference Sound of Borobudur

Dilihat 947 kali
Sejumlah musisi bersama Menparekraf Sandiaga Uno saat membuka International Conference Sound of Borobudur, Music Over Nation di Balkondes Karangrejo Borobudur, Kamis (24/6/2021)
BERITAMAGELANG.ID - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno membuka Internasional Conference Sound Of Borobudur, Music Over Nation. Acara yang berlangsung di Balkondes Karangrejo Borobudur, Kamis (24/6/2021), terselenggara atas kerja sama Kemenparekraf dengan Yayasan Padma Sada Svargantara, pimpinan Purwacaraka sebagai inisiator Sound Of Borobudur Movement serta Kompas Group.

Dengan tema "Menggali Jejak Persaudaraan Lintas Bangsa Melalui Musik", acara ini turut dihadiri Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo. Konferensi ini mendiskusikan bagaimana merangkai kembali keterhubungan antar bangsa melalui alat musik yang terpahat di relief candi Borobudur dan proyeksi Sound of Borobudur sebagai sebuah alternatif destinasi baru dalam dunia pariwisata.

Konferensi ini dilakukan secara Hybrid, yaitu virtual dan offline sebagai rangkaian event Konferensi International Lima Destinasi Super Prioritas (Toba, Borobudur, Mandalika, Likupang, Labuan Bajo).

Dalam sambutannya, Sandiaga mengatakan, acara Sound of Borobudur, menggali jejak lintas bangsa melalui musik, merupakan arahan presiden untuk menyiapkan 5 destinasi super prioritas.

"Hari ini di Borobudur, Mahakarya anak bangsa tersimpan berbagai ilmu pengetahuan, rekam jejak peristiwa dan fenomena masyarakat Jawa kuno. Kita dibuat terkagum-kagum, salah satunya adalah keajaiban 1.460 relief yang bercerita panjangnya 5 km, narasi, visual panel relief tersebut, sarat makna, tentang pengetahuan, hidup, ajaran, sejarah, budaya, kepemimpinan dan tentunya seni termasuk musik," katanya.

Fenomena Jawa kuno yang tergambar dalam relief telah mengenal tentang berbagai macam seni pertunjukan, seperti drama, tari dan sastra musik. Dengan kata lain di tahun 700-an, seni musik telah melekat pada kegiatan ritual upacara, budaya dan hiburan masyarakatnya sebagai media eksrepsi dan komunikasi, dan media diplomasi.

"Pada konferensi internasional ini, kita lihat kembali jejak peradaban yang dimiliki bangsa ini, serta relasi yang terjalin. Kita lihat seluruh pelosok dunia, ternyata berbagai bangsa memiliki alat musik terpahat di relief. Ini saat yang tepat untuk menggali sumber kehidupan Borobudur yang ada nilai-nilai universal. Saya sangat impres, saya ingin belajar bahwa orkestrasi dari alat musik, bahwa betapa majunya saat itu, nilai toleransi, menghargai keberagaman, persahabatan antar bangsa sudah dijunjung leluhur kita. Ini amazing, kita banyak belajar dari sini," paparnya.

Iapun mengapresiasi kelompok pemerhati musik nusantara seperti Tri Utami, Dewa Bujana dan Purwacaraka yang bergerak cepat mengadakan kegiatan ini.

Hadir sebagai pembicara secara virtual, untuk sesi 'Merangkai kembali keterhubungan antar bangsa melalui alat musik yang terpahat di candi Borobudur, adalah Profesor Emerita Margaret Kartomi, Guru Besar di Sir Zelman Cowen School of Music and Performance, Monash University, Australia.

Addie MS, pendiri Twilite Orchestra, pianis, pencipta lagu, komponis, arranger, dan produser music, Tantowi Yahya, Duta Besar Luar Biasa Berkuasa Penuh untuk Selandia Baru, Samoa, Tonga, Cook Islands dan Niue dan Duta Besar Keliling untuk Wilayah Pasifik.

Sedangkan pembicara dengan tema "Membangun sound destination sebagai destinasi baru, mengimplementasikan Borobudur sebagai sebuah warisan yang harus dikerjakan", masing-masing Baiquni, pakar geografi pembangunan, pendiri Sustainable Tourism Action Research Society, dan mantan Ketua Program Magister Kajian Pariwisata Sekolah Pasca Sarjana Unversitas Gadjah Mada (UGM), Muhammad Amin, Kemenparekraf Direktur Musik, Direktur Industri Musik, Seni Pertunjukan, dan Penerbitan Kemenparekraf RI, kemudian Representative UNESCO dan Representative VITO.

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar