Mengokohkan Semangat Gotong Royong dengan Pancasila

Dilihat 37291 kali
Pancasila dapat menjadi spirit gotong-royong bagi semua komponen bangsa di tengah peradaban dan pertumbuhan global - Foto: bpip.go.id

Gagah laksana wajah perwira

Membahana di seluruh Nusantara

Mengemban tugas suci lambang negeriku, jiwa bangsaku

Bangsa Indonesia


Penggalan lagu bertajuk Bahana Pancasila ciptaan Budiman BJ tersebut apabila dilantunkan dengan penuh penghayatan akan memantik spirit makna Pancasila secara subtansial. Lagu tersebut sampai sekarang tetap abadi dan tak lekang oleh pusaran waktu. Pesan yang tersirat di balik yang tersurat tak lain adalah nilai Pancasila selalu bermukim di setiap warga negara dan tak akan tergoyahkan oleh badai sekuat apa pun.


Pada prinsipnya Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara diandaikan sebagai seorang nakhoda di tengah laut lepas yang selalu mengarahkan kehidupan awak kapal. Dari pengandaian tersebut dapat dimaknai, bahwa segala sesuatu akan dapat berjalan normatif diperlukan suatu pedoman dasar agar perjalanan suatu bangsa dapat berjalan sesuai dengan regulasi atau norma yang berlaku.


Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum yang berlaku di Indonesia yang berarti bahwa dalam mengimplementasikan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara harus tunduk dan patuh melaksanakan semua nilai-nilai yang terkandung di setiap sila yang tercantum dalam Pancasila. Pancasila harus benar-benar dijalankan lewat tataran praksis sebagai dasar kehidupan bermasyarakat.


Nilai Kebersamaan


Gotong Royong Membangun Peradaban dan Pertumbuhan Global merupakan tema utama Hari Lahir Pancasila tahun 2023. Tema ini mengandung makna bahwa kita tidak hidup sendiri secara personal, tetapi bersama-sama  bersanding dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Kita harus saling bekerja sama, saling membantu, saling menghormati, dan saling menguntungkan dalam membangun peradaban dan pertumbuhan global dalam nilai kebersamaan.


Dengan semakin merebaknya spirit gotong-royong mengindikasikan bahwa penghayatan nilai-nilai Pancasila sampai tingkat kedalamannya semakin menguat. Mengingat gotong royong merupakan identitas bangsa Indonesia, implementasi gotong royong di tengah masyarakat perlu diapresiasi, dihidupkan, serta menjadi pembiasaan positif.


Elaborasi kualitas hidup ber-Pancasila yang ditandai oleh praktik hidup bergotong royong merupakan tanggung jawab setiap warga negara Indonesia dalam kiat untuk menjaga dan menghidupan kebhinekaan suku, ras, agama, kepercayaan, serta nilai kultural budaya. Spirit Gotong royong merupakan tradisi dan mekanisme hidup bangsa Indonesia lintas generasi yang di dalamnya dijiwai oleh nilai-nilai substansial dan filosofis Pancasila (Carolus Borromeus Mulyatno & Yosafat, 2022).


Secara inklusif nilai-nilai Pancasila memiliki makna gotong royong. Bisa dicermati, mulai dari sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, gotong royong dapat dimaknai bernilai ibadah yang harus dijalankan oleh seluruh umat manusia. Sila yang kedua yakni antusiasme gotong royong selalu diyakini dan  didasari atas azas kemanusiaan. Dalam sila ketiga tidak ada gotong rotong tanpa persatuan yang kokoh. Sila keempat menegaskan bahwa di dalam gotong royong pasti terdapat musyawarah untuk mencapai kata sepakat. Sedangkan yang terakhir, sila kelima merefleksikan tujuan akhir gotong-royong adalah untuk mencapai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia tanpa tebang pilih.


Perlu diketahui juga, bahwa proses dan praktik hidup bersama mendasarkan pada spirit saling menghargai diferensiasi agama dan kepercayaan untuk menemukan dasar perjuangan bersama. Dalam konteks hidup berbangsa, secara historis maupun jejak rekam perjalanan suatu bangsa, telah terbukti bahwa semangat dan praktik gotong royong menjadi kekuatan  dalam melestarikan kesatuan dalam kebhinekaan.


Dalam hal ini, gotong royong merupakan bentuk dialog karya yang perlu dihidupi dalam tradisi komunitas lokal demi terealisasinya ke-bhinekatunggalika-an yang dijiwai nilai-nilai Pancasila. Gotong royong tersebut digerakkan oleh keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan penghormatan terhadap martabat manusia. Ruang dialogis yang dihayati dalam tradisi gotong royong menjadi paradigma penanaman kultural damai dalam kehidupan berbangsa yang cocok dalam konteks  kehidupan  berbangsa yang ber-Bhineka Tunggal Ika, seperti di Indonesia.


Implemetansi gotong royong layak didesiminasikan kepada bangsa-bangsa di tengah arus globalisasi yang diwarnai kecenderungan menguatnya paham individualisme. Dengan mananamkan spirit gotong royong dapat mengikis nilai-nilai individualisme tersebut. Adapun tataran praksis gotong royong merupakan realisasi dari nilai-nilai Pancasila dalam membangun hidup bersama yang digerakkan oleh kesadaran, akuntabilitas, dan perjuangan dalam hidup bersama demi tujuan yang diharapkan. Praktik bergotong royong yang terus dihidupkan dari generasi ke generasi dalam berbagai aktivitas tradisi lokal berperan sebagai imperatif etis untuk melestarikan kesatuan dan mengembangkan kualitas hidup bangsa Indonesia.

 

Benteng Pertahanan


Perubahan kehidupan dan ganasnya arus perubahan belakangan ini digambarkan akselerasinya berlangsung begitu cepat, masif, serta membuat waktu tidak lagi berlari tunggang langgang, tetapi sudah meluncur lebih cepat daripada terjangan badai, bahkan adu cepat dengan kilatan sambaran petir di udara. Apabila bangsa ini lemah dan abai, tentunya akan tergulung dalam angin pusaran.


Untuk menyikapi fenomena tersebut, kiranya bangunan konstruksi benteng pertahanan, yang dibangun dengan sistem nilai Pancasila dan semangat gotong royong, perlu diperkuat dan diperbesar dari waktu ke waktu di tengah dinamika atau akselerasi zaman yang tidak pernah berhenti, ibarat sungai yang terus mengalir.


Tidaklah berlebihan, apabila posisi Pancasila sebagai kekuatan perisai penangkal perlu dibangun dalam sebuah ekosistem yang solid. Melalui sebuah ekosistem, dapat dilakukan proses koordinasi, sinkronisasi, dan sinergi dalam upaya sosialisasi, internalisasi, serta institusionalisasi nilai-nilai Pancasila dan kultur gotong royong.


Dalam ranah institusi, antara lain dapat ditempuh dengan mengonsolidasikan peraturan perundang-undangan dan peraturan lain di pusat hingga daerah, yang tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Program penguatan nilai-nilai Pancasila dan budaya gotong royong memang harus dilakukan secara integratif. Tidaklah cukup melalui proses pembelajaran di sekolah, tetapi nilai-nilai Pancasila dan budaya gotong royong perlu diartikulasikan pada setiap pidato para pejabat, birokrat, pengusaha, tokoh-tokoh masyarakat, kapan saja dan di mana saja.


Harapannya, Pancasila dapat semakin membumi sebagai nafas filosofis kehidupan bangsa. Tidak hanya sekadar dihafalkan, namun bisa menjadi pedoman dalam mengaplikasikan nilai-nilai yang hakiki di setiap sendi-sendi kehidupan. Ekspektasi itu selaras dengan pesan Sang Putra Fajar pada 1 Juni 1945, bahwa Pancasila adalah media pemersatu untuk menghadirkan kemaslahatan-kebahagiaan bersama yang tidak akan pudar walaupun zaman sudah silih berganti.


Selamat merayakan Hari Lahir Pancasila Tahun 2023.


(Oleh: Drs. Ch. Dwi Anugrah, M.Pd., Guru Seni Budaya SMK Wiyasa Magelang)

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar