Detik-detik Waisak, Menteri Agama Ingatkan Keberagaman Sebagai Kekuatan Hakiki

Dilihat 1296 kali
Menteri Agama RI Lukman Hakim Saefudin di acara Puja Bakti Tri Suci Waisak 2563 BE/2019 di Candi Borobudur Kabupaten Magelang Jawa Tengah, Sabtu (19/5).

BERITAMAGELANG.ID - Ribuan umat Budha mengikuti Puja Bhakti perayaan Hari Tri Suci Waisak 2563 BE/ 2019 di pelataran Candi Borobudur Kabupaten Magelang Jawa Tengah, Minggu (19/5). Pemukulan lonceng berukuran besar dan meditasi menandai detik-detik Waisak yang jatuh pada pukul 04.11 WIB itu.

Dalam prosesi acara, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan keberagaman yang menjadi ciri khas Indonesia hakekatnya merupakan kekuatan, bukan hal yang melemahkan.

"Kita menghargai kebangsaan kita dengan kebhinekaan kita, perbedaan bukanlah kelemahan melainkan perbedaan adalah kekuatan," katanya pada perayaan Tri Suci Waisak di pelataran Candi Borobudur, Sabtu (18/5) malam.

Menurutnya, demokrasi terbukti mampu mengelola keberagaman yang ada di Indonesia. Keberagaman juga merupakan intrepretasi dalam kehidupan umat beragama yang dalam konteks demokrasi sebagai upaya untuk membangun semangat kebersamaan.

"Oleh karena itu, perhatian pada kehidupan beragama dan berdemokrasi menjadi sangat penting," katanya.

Ia menyampaikan, inti ajaran agama adalah kasih sayang bukan kebencian, semangat inilah yang akan dirawat sebaik-baiknya.

"Kita harus mencegah berbagai upaya yang membuat kehidupan kita bersama menjadi terpecah dan menimbulkan konflik. Melalui momentum Tri Suci Waisak ini saya ingin mengajak kepada setiap umat beragama untuk melakukan evaluasi diri," katanya.

Ia mengatakan evaluasi diri ada pada setiap agama, pada agama Buddha ada Tri Suci Waisak, di agama Islam ada bulan Ramadhan. Momentum ini menjadi kesempatan untuk melakukan introspeksi, mengevaluasi diri, dan sekaligus menyucikan diri untuk melakukan perubahan.

Ia menyampaikan semua memiliki tujuan yang sama bagaimana kebahagiaan dan keharmonisan terwujud.

"Budha mengajarkan kepada umatnya agar tiada berhenti berlatih Dhamma untuk mencapai suatu kondisi batin yang tidak tergoyahkan oleh apapun permasalahan yang datang kepadanya," katanya.

Ia mengatakan, batin yang tidak mudah goyah diterjang oleh kekotoran batin, batin yang tidak mudah masuk ke dalam suatu keadaan emosi negatif yang menjadikan dirinya menderita.

Buddha memberikan solusi atas kondisi itu yaitu dengan membangun pengertian-pengertian benar, dari pengertian benar akan muncul pikiran benar.

Buddha memberikan petunjuk kepada umatnya untuk menjalankan kehidupan dengan mengendalikan pikiran, jika memikirkan hal positif maka batin akan bahagia, sebaliknya jika memikirkan hal yang negatif maka akan menderita.

"Itulah tantangan hidup sebagai manusia bagaimana membuat batin agar menjadi tenang, seimbang dalam kehidupan ini. Tidak perlu membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain tetapi memiliki bantin yang teguh merupakan sumber kebahagiaan," katanya.

Sementara itu, memasuki pukul 04.11 WIB, pemukulan lonceng menandai masuknya detik-detik Waisak. Bersamaan dengan itu, ribuan umat Budha dari dalam dan luar negeri kemudian larut dalam semedi bersama Bikhu dan Biksuni. Dalam semedinya, para umat merenungkan makna hakiki kelahiran, pencerahan dan mangkatnya Sang Budha Gautama.

Salah satu puncak kegiatan dilanjut dengan pelepasan ribuan lampion kertas dan diakhiri ritual Pradagsina atau mengitari Candi Borobudur sebanyak tiga kali seraya mengumandangkan mantra dan paritha suci.

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar