Legenda Si Anak Bajang, Titisan Leluhur Gunung Sumbing

Dilihat 10531 kali
Unik, mayoritas anak Dusun Mentengan Desa Sutopati Kajoran Kabupaten Magelang Jawa Tengah berambut Bajang / Gimbal.


BERITAMAGELANG.ID - Sesekali Devi melihat ke belakang. Bocah berusia empat tahun itu asyik memilih mainan bersama teman sebayanya. Gelar budaya Ruwat Rawat ke 14 Borobudur, Kamis (29/03) menjadi hari istimewa bagi Devi. Ia bebas memilih mainan yang dijual puluhan pedagang di sepanjang jalan dusun. Kakeknya Miyoto (58) siap membayar semua untuk itu.


Senyum Miyoto berkembang, uang Rp 500.000 ia berikan kepada pedagang mainan.


"Rasanya lega karena semua permintaan Devi tercukupi. Saya tinggal mempersiapkan uboh rampe (kelengkapan) ritual pemotongan rambut bajangnya," tutur Miyoto.


Miyoto mengungkapkan orang tua harus mengabulkan keinginan anak sebelum prosesi ruwatan dan pemotongan rambut bajang. Segala ucapan permintaan akan dikabulkan dengan berbagai usaha keluarganya.


"Beruntung Devi tidak meminta aneh aneh. Dulu dari 5 anak saya, permintaannya beda-beda, seperti garam, jajanan pasar, jarum benang hingga hewan ternak warna tertentu," lanjutnya.


Sementara itu, kesibukan terlihat di rumah Miyoto. Layaknya hajatan besar, prosesi pemotongan rambut bajang Devi digelar selama 3 hari. Diawali doa bersama, kenduri ratusan tamu kerabat dan tetangga hingga pemotongan rambut bajang oleh sesepuh desa.


"Minimal 2 ekor kambing disembelih. Jika acara sederhana biaya yang diperlukan minimal Rp 15.000.000," jelas Miyoto.


Sedikitnya 120 kepala keluarga atau 600 jiwa warga dusun yang berjarak 8 kilometer dari puncak Gunung Sumbing menggantungkan hidup dari pertanian. Konon anak-anak berambut bajang di lereng selatan Gunung Sumbing berbeda dengan rambut gimbal atau gembel dari Dieng Wonosobo. Anak-anak rambut bajang tidak berambut gembel tapi warna rambut merah.


Menurut Kepala Dusun Mentengan, Darmanto, anak-anak berambut bajang diyakini adalah titisan Kyai Dompyong dan Ki Mekukuan, leluhur masyarakat Sutopati. Mereka dipercaya memiliki daya lebih dan mampu berhubungan dengan alam gaib. Sehingga harus digelar prosesi ritual istimewa saat memotong rambutnya.


Prosesi pemotongan itu bermakna memohon kepada Tuhan keselamatan dari segala bentuk pengaruh buruk. Pemotongan rambut bajang dilakukan saat anak memasuki usia 4 atau 7 tahun, agar ucapan permintaan tidak berubah-ubah.


"Jika permintaan tidak dituruti, kelak si anak gampang sakit dan hidup tidak tentram," ungkap Darmanto.


Berkah semesta tersebut, sudah turun temurun dari nenek moyang warga lereng Sumbing.


"Semua anak di sini, hampir 50 persen berambut bajang. Saya dan semua orang tua di sini dahulu berambut bajang, dan harus menjalani ritual potong rambut bajang. Tradisi itu  masih dilestarikan hingga saat ini," tutup Darmanto.


Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar