Seninya Usahatani Melon, Bisnis Manis Tetapi “Tak Boleh Tidur”

Dilihat 8108 kali
ilustrasi foto dotgo.id

Oleh Soekam Parwadi *)


BERITAMAGELANG.ID--Salah satu buah yang banyak disukai konsumen adalah Melon. Buah melon merupakan satu dari "buah wajib" yang selalu tersaji di hotel atau pesta-pesta yang diselenggarakan oleh catering bersama semangka, papaya dan atau nanas. Karenanya banyak petani yang ingin mengusahakan melon dengan pertimbangan pasarnya bagus. Melon yang paling banyak disuka oleh konsumen domestik adalah yang berdaging putih kekuningan dengan kadar kemanisan (brix) di atas 12%, plus beraroma wangi.

Banyak petani tertarik untuk berbudidaya melon, karena usia tanaman mulai dari olah tanah hingga panen hanya sekitar 75 hari. Namun, untuk memenuhi permintaan konsumen itu, tak sedikit petani yang "berjatuhan" dibudidaya sehingga modal hilang.

Ada beberapa perlakuan kunci yang mesti dikuasai petani produsen, sehingga mampu meraih untung yang lumayan bagus.

Pertama, adalah pemilihan jenis. Ada Melon yang aromanya wangi dan ada yang tidak beraroma. Sekitar 80% konsumen domestik suka Melon yang beraroma wangi. Ada Melon yang daging buahnya putih kekuningan dan ada yang dagingnya berwarna merah. Tetapi hanya sekitar 20% saja yang suka melon berdaging merah, lainnya sukanya yang berdaging putih kekuningan. 

Jadi petani tinggal mencari pasar, untuk direbut peluangnya apakah mau mengusahakan melon yang ber-daging putih-kekuningan dengan aroma wangi, atau melon daging merah tidak beraroma. Standard mutu melon utama adalah "net"nya rapi, kadar gula (brix)-nya lebih dari 12%. Khusus untuk melon yang tanpa net, misalnya jenis golden, kulitnya harus mulus. Jangan lupa, kalau sudah dapat mewujudkan itu, perlu diberikan merk, agar kalau para pelanggan suka, mudah mencarinya lagi di pasar.

Kedua, melakukan budidaya dengan panen kontinyu. Produk yang bagus dan sudah mulai disukai pasar harus selalu ada dipasaran. Untuk itu perlu menyiapkan produksi yang dapat dipanen "tiap hari". Atau paling tidak dipanen tiga hari sekali, sehingga barang selalu ada di pasar dengan jumlah terukur sesuai dengan kekuatan pasar. Ini untuk menghindari jumlah Melon yang masuk ke pasar tidak berlebihan -yang menyebabkan harga jatuh- para petani melon harus bergabung untuk mengatur pergiliran tanamannya.

Lalu bekerjasama dengan pasar agar dipandu jumlah pasoknya. Kalau pada tanam sendiri-sendiri tanpa rembugan, kalau panen bareng, masuk pasar bareng, melimpah dipasar, harga dapat jatuh. Petani menjadi rugi. 

Ketiga, menerapkan teknologi produksi yang mengarah pada "hemat biaya". Petani produsen harus paham harga "normal" di pasar. Harga normal itu adalah harga yang tidak memberatkan konsumen terbanyak, sehingga serapan produk menjadi tinggi. Menurut pengamatan saya, berdasarkan daya beli konsumen terbanyak, "harga normal" atau wajar Melon ditingkat eceran itu sekitar Rp 9.000,-/kg. Coba dihitung mundur, berapa sebaiknya petani membiayai per kg melonnya, lalu harus menjual berapa, agar untung. Kalau petani menjual Rp 5.000,-/kg, maka biaya produksi yang harus dikeluarkan sebaiknya tidak lebih dari Rp 2.500,-/kg. Bagian inilah yang selama ini menjadi masalah dipetani. 

Ada analisa yang menarik tentang budidaya Melon itu, antara yang dibuahkan satu buah/batang dibanding dengan dibuahkan dua buah/batang  sebagai berikut:


Di tabel yang tersaji di atas, fokusnya adalah pada pembuahan satu sbuah/batang,  apa dua buah/batang. Dari table itu terlihat, dengan dibuahkan satu buah/batang, harga jual ke Paskomnas (pusat distribusi/pasar induk) Rp 6.003,-/kg. Kalah bersaing dengan pemasok Melon dari Lampung yang menjual harga Rp 5.500,-/kg ke Paskomnas.  Laba petani Rp 63.042.000,- Harga eceran menjadi Rp 9.755,-/kg, dibulatkan menjadi Rp 10.000,-/kg.

Sementara itu bila dibuahkan dua buah/batang, harga jual ke Paskomnas Rp 5.213,-/kg. Menjadi menang bersaing dengan pemasok Melon dari Lampung. Laba petani Rp 73.042.000,- lebih besar dari dibuahkan satu buah/batang. Harga jual eceran kepada konsumen menjadi Rp 8.472,-/kg, dibulatkan menjadi Rp 8.500,-/kg. Lebih murah dari Rp 10.000/kg, itu akan sangat menarik bagi konsumen. 

Dalam situasi bisnis, salah satu daya saing kita adalah HARGA. Menjual lebih murah tidak mesti untung lebih rendah. Bahkan bisa sebaliknya. Apalagi kalau omzet membesar, karena konsumen yang mampu membeli lebih banyak, laba akan lebih besar lagi.

Menurut analisa religius saya, itulah bukti kebenaran dari ajaran Nabi bahwa, menjual "jangan menyusahkan konsumen". Lawannya menyusahkan adalah menggembirakan. Dengan harga lebih murah, konsumen akan gembira. Banyak yang dapat membeli, omzet menjadi bertambah besar. Lalu Allah akan membesarkan laba plus BERKAH (yang kita tak akan mampu menghitungnya).

Teknologi. Kunci agar tanaman Melon dapat menghasilkan dua buah/batang adalah pada pemupukan dan pemangkasan awal. Pupuk organik dan pengolahan tanah harus prima, kemudian pupuk susulan berupa pupuk kimia harus ditambah khususnya yang merangsang pembesaran buah dan membuat buah lebih manis, yaitu unsur Phospat, Kalium, Kalsium dan unsur mikro.


ilustrasi foto; mesin pertanian.com

Pemangkasan awal dilakukan setelah ketiak ketiga, agar ketiak 1-3 muncul cabang dan yang dipiara cukup dua cabang utama. Dengan pemupukan yang tepat, pertumbuah tanaman akan pesat.

Arah cabang. Umumnya diberi ajir/lanjaran setinggi 150 cm, lalu dipiara 26-27 daun. Tetapi pengalaman beberapa petani di Jember, ketinggian ajir hanya dibuat 50 cm, lalu diberi "gapit" mamanjang bedengan. Dua cabang utama diposisikan mendatar mengikuti arah gapit. Berikutnya, setelah bunga dan buah terbentuk, masing-masing cabang hanya dipilih satu buah yang tangkainya paling besar. Buah lainnya dibuang/dipotong. Dengan arah cabang mendatar, logikanya yang akan aktif adalah hormon perangsang pertumbuhan generative/buah (gibberellin). Kalau tumbuh vertikal, yang lebih aktif adalah hormon perangsang pertumbuhan vegetative/batang tunas (auxin).

Keempat. Dalam budidaya melon, yang pertumbuhannya sangat pesat itu, banyak jasad pengganggu yang dapat merusak semua bagian tanaman. Untuk itu, tanaman mesti dibuat sehat dengan pertumbuhan seimbang. Tanaman hanya akan menghasilkan buah yang baik dan manis, kalau daunnya mampu bertahan sehat hingga usia tanaman 60 hari. Karena pembentukan "rasa manis" terjadi pada sepuluh hari terakhir hingga panen usia 65 hari. Kalau sebelum usia 55 hari daun sudah rusak karena serangan hama/penyakit, maka akan terjadi "gagal panen", walau pohon menghasilkan buah yang lumayan besar, tetapi rasanya pasti hambar/tidak manis.

Ada penyakit jamur yang menginfeksi tanaman saat udara lembab disore atau menjelang malam. Kalau penyemprotan dilakukannya menunggu esok harinya, maka daun tanaman sudah rusak total, yang menyebabkan buah tidak akan manis. Sehingga, kalau ditemukan penyakit jamur disore/malam hari, maka saat itu juga harus segera dilakukan penyemprotan dengan pestisida yang tepat. Itulah makanya, bisnis melon itu manis tetapi "tidak boleh tidur".

Kelima, faktor cuaca dan kadar gula. Kadar gula melon, selain ditentukan oleh kesehatan tanaman - faktor jenis, tanah, pupuk adalah pengaruh hujan sangat besar peranannya. Petani harus cermat dalam memilih jenis melon, walau sama-sama memiliki daging putih/kuning atau merah. Berikutnya adalah factor tanah, melon menghendaki tanah lempung berpasir yang mampu menahan air tetapi kaya mineral. Selanjutnya pupuk, dengan kadar unsur Phospat (P), Calsium (Ca) Kalium (K) harus tercukupi. Pada awal pertumbuhan unsur P dan Ca harus cukup. Sementara unsur K harus diberikan mulai usia 45 hari dengan cara disemprot atau dikocor, sekitar tiga kali hingga usia 60 hari. Kalau semua sudah diberikan, maka usaha terakhir adalah berdoa, agar pada 3-5 hari terakhir menjelang panen tidak diguyur hujan. Hujan deras sekali saja menjelang panen, dapat mengakibatkan kadar gula menurun dengan cepat/drop jauh dibawah harapan. Kadar gula sehari sebelum panen misalnya 12%, kalau malamnya kehujanan, esok harinya kadar gula dapat turun hingga tinggal 10% atau bahkan kurang. Karena itu, menanam melon dimusim penghujan, selain beratnya menghadapi gangguan penyakit, hujan menjelang panen menjadi menakutkan petani. Padahal syarat mutu Melon dipasar minimal 12%. Kurang dari itu juga laku, namun harga menjadi lebih murah. 


*) Soekam Parwadi

Direktur Paskomnas Indonesia

Editor Slamet Rohmadi

0 Komentar

Tambahkan Komentar