Refleksi Dinamika Aktivitas Seni Budaya

Dilihat 2085 kali
Aktivitas seni budaya akan berlangsung langgeng bila didukung komunitas basis. Penampilan pentas tari Ngibing oleh Sanggar Tari Sekar Wangi Muntilan dalam rangka peresmian Desa Pucungrejo Muntilan sebagai desa digital.

SEBAGAIMANA genderang perang yang sudah ditabuh, ketika pemerintah mulai melonggarkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di awal tahun 2022, semua kegiatan di masyarakat mulai bangkit menggeliat. Demikian juga aktivitas seni budaya, di beberapa daerah sudah mulai menunjukkan eksistensinya dengan menyelenggarakan banyak kegiatan baik pementasaan, pameran, temu sastra, dan sebagainya.

Apabila menengok ke belakang, musibah pandemi covid-19 ini memang telah membuat hampir semua aktivitas seni budaya menjadi lumpuh tiada daya kekuatan. Seniman yang terbiasa berkegiatan di luar rumah, baik sebagai seniman, pelaku seni, atau pekerja seni terpaksa harus berdiam diri di rumah karena mengikuti anjuran pemerintah untuk melakukan social distancing (menjaga jarak) yang kadang membikin jenuh bahkan nyaris putus asa.

Kondisional tersebut tentu saja membuat kondisi mereka menjadi sulit. Para seniman tersebut harus memutar otak agar bisa tetap berkesenian dan bisa mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Terlebih bagi para seniman yang satu-satunya pekerjaannya hanya tergantung pada ranah seni budaya.

Mulai Berbenah

Pada permulaan tahun ini, para seniman sudah mulai berbenah untuk memulai lagi beraktivitas dalam melakukan proses kreatif. Mereka yang menggeluti seni pertunjukan mulai mencari inpirasi juga relasi yang bisa mengakomodasi pementasan. Untuk seniman seni rupa juga mencari relasi ruang untuk pameran. Sedangkan seniman sastra juga mencari ruang untuk dapat mengekpresikan karyanya ke ranah publik.

Di Kabupaten Magelang, para senimannya juga sudah banyak melakukan proses kreatif secara nyata. Bahkan, ketika berlangsungnya pandemi mereka sudah memutar otak agar aktivitasnya tidak berhenti. Sebut saja, seniman seni rupa Ismanto dari Sanggar Seni Gadhung Melati Dusun Sengi Desa Ngampel, Dukun, Kabupaten Magelang, menyadari bahwa ada bahaya besar apabila tidak segera mengambil keputusan atau bertindak.

Keputusan pemerintah di awal tahun 2020 dengan menerapkan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), Ismanto mulai berpikir cerdas untuk segera dapat mengatasi keadaan yang sangat menyulitkan tersebut, karena tidak dapat berkomunikasi langsung dengan order dari luar. Ia tidak mungkin berpangku tangan tanpa melakukan tindakan.

Tindakan pertama yang dilukan yaitu melacak lukisan-lukisan karyanya yang lama untuk dijual secara barter kepada rekanan. Adapun nilai tukarnya berupa sembako. Sedangkan sembako tersebut akan disumbangkan kepada keluarga yang membutuhkan. Melalui media sosial, barternya direspon banyak pihak. Mulai dari rekanan pribadi, pengusaha, maupun media massa lokal sampai nasional, juga yayasan-yayasan sosial. Banyak juga pemesan yang minta lukisan ataupun pahatan baru. Ia pun menyanggupi dengan target waktu yang ditentukan atau berdasarkan kesepakatan bersama.

Lain halnya dengan Sanggar Tari Sekar Wangi Muntilan, yang beralamat di Semali RT 02 RW 11 Pucungrejo Muntilan ini, juga sudah mulai menggeliat menunjukkan aktivitasnya. Sanggar yang sudah berdiri lebih dari dua dasa warsa ini rutin menyelenggarakan pelatihan seni tari untuk anak-anak, remaja, juga persewaan kostum seni tari. Sampai saat ini, job-job untuk pentas sudah mulai berdatangan, yang bisa menopang jalannya organisasi.

Sedangkan di Sanggar Seni Borobudur Art Center dengan sekretariat di Dusun Jligudan Desa Borobudur, sampai saat ini rutin mengadakan pelatihan tari dan musik tradisional karawitan untuk anak-anak dan remaja. Sanggar ini, juga sudah sering kedatangan wisatawan baik domestik maupun mancanegara untuk menyaksikan pelatihan tari dan musik tradisional karawitan secara langsung. Ada juga dari para wisatawan tersebut yang ingin belajar karawitan dan seni tari.

Beberapa kantong budaya tersebut, hanya sebagai contoh dari ribuan organisasi kesenian yang ada di Kabupaten Magelang. Pada prinsipnya mereka sudah mulai berbenah dari keterpurukan selama pandemi. Tentu saja, mereka harus perlu menata ulang strategi manajemen organisasinya pasca pandemi ini. Salah satu kiatnya, mereka perlu mengoptimalkan perangkat digital untuk promosi organisasi dan mencari sumber informasi terkini. Hal ini sangat penting, karena berbagai informasi yang berseliweran di dunia maya, mengharuskan organisasi untuk bisa menangkap peluang tersebut dengan menguasai perangkat digital.

Ikatan Solidaritas

Pada saat seniman sudah mulai mendapat peluang menunjukkan aktivitasnya, yang perlu menjadi refleksi bersama kiranya mereka perlu merajut ikatan emosional antar seniman, baik itu seni pertunjukan, seni rupa, sastra, atau media rekam. Ikatan emosional yang nanti akan membentuk ikatan solidaritas dapat diwujudkan dengan membangun kekuatan sinergis dalam nuansa kebersamaan. Mereka bisa berbagi informasi atau saling memberikan peluang-peluang job, sehingga kerjasama mutual bisa terbangun.

Apabila ikatan solidaritas itu sudah kuat di antara para seniman, akan diyakini dapat lebih memperkokoh kekuatan organisasi kesenian yang digeluti. Dalam dinamika elaborasi kebudayaan yang didukung oleh kekuatan basis komunitas diyakini akan bisa berjalan konsisten dan abadi.

Sebut saja kegiatan Fetival Lima Gunung yang sudah berlangsung lebih dari dua dasa warsa. Ruwat Rawat Borobudur yang dirintis oleh Brayat Panangkaran, sampai saat ini keberlangsungannya sudah berlangsung puluhan tahun. Ada juga kegiatan ritual Suran di Padepokan Cipta Budaya Tutub Ngisor Merapi, yang lebih dari setengah abad tidak pernah meninggalkan tradisi muasalnya untuk tetap komitmen dalam mempertahankan seni tradisi yang sudah diwariskan dari pendahulunya.  

Kontinuitas organisasi tersebut cukup lama dikarenakan komunitas pendukungnya memahami bahwa seni budaya merupakan bagian yang melekat dan tidak bisa dipisahkan dari kehidupan mereka sehari-hari. Dengan segala konsekuensinya, ada atau tidaknya penonton, mereka memiliki kewajiban untuk secara konsisten dan berkelanjutan melaksanakan kegiatan budaya yang sudah berlangsung turun-temurun tersebut.  

Untuk itu, solidaritas para seniman perlu untuk ditindaklanjuti dalam tataran praksis. Kebersaman dalam melakukan proses kreatif akan dapat memperkuat ikatan emosional dan mereka dapat menyamakan persepsi, dengan satu tujuan bahwa seni budaya akan dapat bertahan dan progres apabila para seniman bersatu tanpa membedakan sekat-sekat sosial.


(Oleh: Ch. Dwi Anugrah, Ketua Sanggar Seni Ganggadata Jogonegoro, Kecamatan Mertoyudan, Kab. Magelang)

Editor Slamet Rohmadi

0 Komentar

Tambahkan Komentar