Refleksi Aktivitas Seni Budaya

Dilihat 2942 kali
Sanggar Seni Borobodur Art Centre yang beralamat di Kapling Pemukti Timur Dusun Jligudan Desa Borobudur Kabupaten Magelang mengadakan latihan rutin seni tari yang mengakomodasi bakat anak-anak milenial agar memiliki rasa cinta pada seni budaya sendiri.
Tak terasa sudah dua warsa berjalan, pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Badai pandemi tersebut telah meluluhlantakkan sendi-sendi kehidupan. Tak terkecuali aktivitas seni budaya baik seni pertunjukan, seni rupa, media rekam, juga sastra. Semuanya merasakan imbasnya sampai simpul-simpul yang paling dalam.

Seni pertunjukan yang harus menghadirkan banyak penonton, terpaksa dihentikan seiring pemberlakuan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat). Semua aktivitas seni budaya mengalami stagnasi yang sangat berimbas juga pada masalah ekonomi sebagai sumber penghidupan utama para seniman atau pekerja seni.

Adanya musibah pandemi covid-19 ini memang telah membuat hampir semua aktivitas menjadi lumpuh. Seniman yang terbiasa berkegiatan di luar rumah terpaksa harus berdiam diri di rumah karena mengikuti anjuran pemerintah untuk melakukan social distancing (menjaga jarak). Situasi ini tentu membuat kondisi mereka menjadi sulit. Mereka harus memutar otak agar bisa tetap berkesenian dan bisa mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. 

Tidak Patah Arang

Di tengah tekanan pandemi dan situasi yang tidak menentu, para seniman di Kabupaten Magelang tidak patah arang. Seiring dengan keluarnya regulasi baku tentang protokol kesehatan, para seniman memutar otak agar proses kreatifnya tetap berjalan yang tidak melanggar aturan normatif yang sudah ditetapkan pemerintah.

Seniman seni rupa Ismanto dari Sanggar Seni Gadhung Melati Dusun Sengi Desa Ngampel, Dukun, Kabupaten Magelang, menyadari bahwa ada bahaya besar apabila tidak segera mengambil keputusan. Ketika pemerintah mengambil keputusan memberlakukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) pada awal 2020, Ismanto harus memutar otak untuk segera dapat mengatasi keadaan yang sangat menyulitkan tersebut.

Idenya diawali dari membongkar lukisan-lukisan lama untuk dilelang secara barter. Adapun nilai tukarnya berupa sembako. Melalui media sosial, barternya direspon banyak pihak. Mulai dari personal, pengusaha, maupun media massa lokal sampai nasional. Banyak juga pemesan yang minta lukisan ataupun pahatan baru. Ia pun menyanggupi dengan target waktu yang ditentukan.

Lain halnya dengan Sanggar Seni Borobudur Art Centre di Dusun Jligudan Desa Borobudur, sudah mulai bangkit kembali dengan melakukan latihan rutin baik karawitan maupun seni tari bagi anak-anak dan remaja di daerah Borobudur dan sekitarnya. Dengan melakukan kontinuitas latihan, jiwa seni anak-anak akan terbentuk yang pada gilirannya akan semakin mencintai seni budayanya sendiri. 

Aktivitas serupa dilakukan juga oleh pemusik Gunarso. Pemusik dari Desa Purwosari,Tegalrejo Kabupaten Magelang ini terus melakukan proses kreatif di tengah-tengah pandemi. Selain bertani, Gunarso memanfaatkan momentum tersebut dengan lebih jeli dalam mengamati selera penonton.

Di samping itu, ketika job-job banyak berkurang ia gunakan untuk memperbaharui koleksi perbendaraan lagu dan memperbaiki kualitas koleksi lagu-lagu yang ada sehingga tidak ketinggalan dalam setiap perkembangan genre musik. Dengan piawainya, Gunarso mengolah dengan sistem manajemen sistematis. Manakala banyak job, sebagaian hasilnya disisihkan untuk mengantisipasi situasional dengan dinamika job yang fluktuatif, bahkan nyaris tidak ada seperti pada saat pandemi (Wawancara, 2/10/2021).

Festival Lima Gunung ke-20 tahun 2021 tetap diselenggarakan dengan menerapkan protokol kesehatan. Ekspresi Komunitas Lima Gunung yang berasal dari Gunung Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, dan Menoreh tersebut memiliki komitmen kuat, walaupun seberat apapun kondisi yang ada perhelatan tetap diselenggarakan. Secara faktual, perhelatan bisa berjalan sukses baik mulai putaran pertama sampai kelima. Mereka mengedepankan solidaritas komunal dan memperkuat ikatan emosional, bahu membahu dalam jaringan kerja ala pedesaan demi lancarnya kegiatan.

Di samping itu, pada saat pandemi berlangsung sudah banyak kantong-kantong budaya di Magelang yang menggeliat dalam mengekspresikan letupan seninya. Seperti Festival Ruwat Rawat Borobudur, proses kreatif enam sanggar di Borobudur dalam menggali relief Candi Borobudur melalui seni tari, juga kiprah para seniman seni rupa dalam berbagai karyanya yang sudah dihasilkan di masa sulit ini.

Lompatan Kreativitas

Selama pandemi berlangsung, ternyata para seniman telah melakukan proses lompatan kreativitas yang diperhitungkan di ranah publik. Mereka tidak mau hanya berpangku tangan menunggu sampai situasi reda. Namun dengan kecerdasan mereka mampu menangkap peluang di balik pandemi tersebut.

Para seniman telah berusaha memanfaatkan ruang virtual untuk melakukan proses kreatif walau dalam keadaan yang penuh kesulitan. Fenomena tersebut menunjukkan sinyal positif pada tingkat awal bagi para pekerja seni dan juga masyarakat luas bahwa ekosistem seni pertunjukan dapat tetap produktif di tengah sekat pandemi saat ini. Hal itu menandakan sejatinya, para seniman tersebut dalam dirinya memegang prinsip tidak akan mudah menyerah sesuai dengan jiwa seninya.

Setiap krisis akan memunculkan ide kreativitas dan kemanusiaan. Untuk persoalan kreativitas seniman umumnya terkejut dan kaget di awalnya, namun segera merespon kondisi krisis tersebut. Justru kondisi krisis yang sedang melanda mereka akan menjadikan momentum untuk berkarya yang melahirkan estetika baru, seperti banyak munculnya karya yang bertemakan pandemi Covid-19.

Sebagai refleksi bersama, pada saat pandemi berlangsung, para seniman tetap dapat menunjukkan eksistensinya. Semuanya tersebut dapat berjalan mengalir, tak lain adalah jiwa kebersamaan untuk mewujudkan proses kreatif yang sudah mereka bangun. Pola manajemen sosial dalam bentuk jaringan kerja budaya dengan memperkuat komunitas basis akan dapat melanggengkan proses berkesenian yang tak lekang oleh pusaran waktu.

(Oleh: Ch. Dwi Anugrah, Ketua Sanggar Seni Ganggadata Jogonegoro, Kecamatan Mertoyudan, Kab. Magelang)

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar