Proses Kreatif Penciptaan Seni

Dilihat 7196 kali
Proses kreatif seniman dalam menghasilkan karya seni membutuhkan waktu yang tidak instan, namun memerlukan beberapa tahapan mulai dari ide dasar, pengolahan kreativitas, sampai wujud akhir suatu karya.

Dalam dinamika kehidupan berkesenian, proses kreatif penciptaan seni merupakan wujud dari pengolahan diri seniman untuk menghasilkan suatu karya. Seniman tidak akan mungkin dapat menghasilkan suatu karya yang selaras dengan kata hatinya bila tidak melalui proses kreatif tersebut. Karya seni bukan seperti barang jadi yang siap dikonsumsi, namun membutuhkan jalan panjang dari ide sampai resultansinya.


Penciptaan seni merupakan manifestasi dari sebuah pemikiran dan pemaknaan inovasi tentang estetika yang divisualkan ke berbagai bentuk karya  seni, seperti seni rupa, tari, musik, teater, film, dan lain sebagainya. Dalam penciptaan seni, pemilihan objek yang akan menjadi materi pokok merupakan suatu pengalaman yang sangat berharga bahkan dapat menjadi bagian dari kehidupan seniman  itu sendiri.


Aktor Utama


Seniman sebagai aktor utama dalam proses kreatif penciptaan seni memiliki dua kecenderungan kuat. Pertama, ketertarikan dan keberminatannya terhadap berbagai aspek kehidupan. Kedua, hasratnya untuk mengkomunikasikan pengalaman dan ketertarikannya terhadap kehidupan, membuka peluang bagi seniman untuk bersinggungan dan berdialog dengan realitas secara intensif. Hasil yang didapatkannya tak lain adalah pengalaman kental dan bermakna (Saini KM, 2003).


Kental mengandung maksud intensitasnya sudah membumi dengan pergaulan kehidupan sehari-hari. Sedangkan bermakna terkait dengan intensitasnya dalam melakukan perenungan terhadap realitas tersebut. Makna dapat juga diinterpretasikan dengan hikmah, konklusi atau visi seniman tentang realitas yang didapatkannya melalui perenungannya terhadap realitas tersebut. Pengalaman yang kental dan memikat inilah di antaranya yang mendorong seniman untuk mengkomunikasikan kepada publiknya.


Komunikasi kepada publik tersebut oleh seniman diwujudkan dengan berbagai lambang atau semiotika terkait dengan bidang seni yang menjadi garapannya. Lambang-lambang kinestetik dipergunakan oleh koreografer dalam menggarap karya tarinya. Sedangkan lambang-lambang visual banyak dipergunakan oleh para seniman seni rupa, lambang-lambang verbal oleh sastrawan, lambang-lambang audio oleh musisi, dan sebagainya.


Namun, di dalam kegiatan memilih dan menyusun tersebut, sering kali berbagai lambang tersebut belum tentu tersedia layaknya perbendaharaan istilah dalam linguistik. Oleh karena itu, seniman harus mengolah dari bahan lambang tersebut, yaitu dengan mengaplikasikan media. Sebagai contoh, ada pengalaman baru yang tidak dapat diungkapkan seorang koreografer dalam khazanah gerak yang sudah ada. Koreografer tersebut, perlu mengolah gerak dalam rangka menemukan lambang yang sesuai dengan tuntutan pikiran dan perasaan yang selama ini belum terungkapkan.


Bisa juga seorang pelukis, apabila menyadari ada pemikiran, rasa, serta imajinasi yang belum dapat diungkapkan oleh warna yang sudah ada, ia dapat mencampur beberapa warna di palet (tempat khusus untuk mencampur warna), hingga yakin bahwa itulah yang akan dapat mengungkapkan daya imajinasinya. Hal yang sama dapat dialami oleh seniman dari cabang-cabang seni lainnya. Pengolahan yang sama dapat mereka lakukan terhadap media sesuai dengan bidang garapannya. 


Kreativitas


Menciptakan karya seni tidak bisa lepas dari hal-hal yang berkorelasi dengan nilai kreativitas. Ide-ide kreatif dapat diperoleh seniman dengan banyak menyaksikan objek seni, merasakan, mengolah dalam pola pikir dan pola tindak, melakukan pencatatan, membaca situasi di sekitarnya, dan banyak cara lain sebagai ide dasar dari karya yang akan dihasilkan agar nanti karyanya bisa lebih membumi.


Sebenarnya, bila ditelisik lebih jauh setiap manusia memiliki potensi kreativitas sebagai modal dasar utama yang bukan diterima secara eksternal, namun benar-benar sebagai potensi awal. Bisa juga disebutkan, bahwa sejak lahir manusia memilki modal kreativitas. Dalam elaborasinya, tergantung manusia tersebut dapat mengoptimalkan potensi kreativitas yang dimiliki tersebut atau tidak.


Kreativitas adalah jantungnya seni. Kreativitas dapat memantik suatu ide inovasi yang tidak hanya sekadar duplikasi dari karya yang sudah ada. Dinamika iklim kreativitas sehat akan dapat lebih memperkaya kehidupan seni. Dalam lingkungan kultural yang memiliki dinamika kreativitas, akan memunculkan kehidupan seni yang beragam dan semarak. Sebaliknya, apabila terjadi stagnasi dalam dinamika kreativitas, kehidupan seni juga akan terkena imbasnya. Seperti seni yang tampil di daerah tersebut cenderung monoton dari generasi ke generasi.


Karya seni yang dihasilkan oleh seniman tidak bisa lepas dari suatu proses penciptaan. Sedangkan proses penciptaan tersebut berkorelasi erat dengan suatu mata rantai mulai dari ide dasar juga pengalaman seniman dalam pergumulannya dengan pengolahan karya seninya. Dalam pengolahan tersebut, tentunya membutuhkan proses. Kadang bisa cepat kadang juga membutuhkan waktu lama. Tergantung dari mood atau suasana hati seniman. Di samping itu juga terkait dengan teknis, yang kadang akan menentukan hasil karyanya. Semisal, untuk menggarap suatu karya tari, ide seniman sudah cukup bagus, namun sementara para penari pendukungnya, kualitas teknisnya belum mumpuni. Tentunya secara teknis, kualitas pendukung juga menjadi pertimbangan utama.


Dalm proses penciptaan karya seni, baik karya-karya seni di bidang pertunjukan, rupa media rekam, sastra, maupun karya seni di bidang lain membutuhkan adanya kreativitas sebagai wujud dari elabaorasi ide kretifnya. Di samping itu, seorang seniman perlu memiliki kapabilitas dalam menyusun dan menciptakan estetika untuk hadir di dalam karyanya sesuai dengan konsep yang menyertai eksistensi karya yang dihasikan.


Pada dasarnya, elaborasi kreativitas seni dapat terungkap bukan hanya melalui bentuk yang kasat mata atau wujud yang konkret saja, melainkan kepada macam perwujudan yang ditampilkan karena suatu ide dalam sifat yang artistik. Kapabilitas seniman dalam menemukan ide inspiratif dan inovatif akan dapat memperlancar karya seni yang akan dihasilkan.


Dengan demikian dapat ditarik suatu benang merah, bahwa proses kreatif dari ide sampai karya nyata, seniman membutuhkan tahapan waktu yang tidak hanya sekadar instan. Oleh karena itu, komunitas perlu juga mengapresiasi, bahwa sebenarnya seniman dalam menghasilkan suatu karya membutuhkan ruang pergumulan sendiri yang betul-betul melakukan pengolahan baik secara fisik maupun spiritual.

 

(Oleh: Ch. Dwi Anugrah, Ketua Sanggar Seni Ganggadata Jogonegoro, Kecamatan Mertoyudan, Kab. Magelang)


Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar