Pesona Kain Kebaya

Dilihat 2112 kali
Wajah bersinar senyum merekah 
Tersungging dari bibir cantikmu
Anggun kebaya biru muda dipakai
Berpendar bagai Sang Surya
Pesona kebaya tak pernah pudar
Menambah anggunmu bagai hapsari

Penggalan puisi bertajuk Indahnya Kebaya di atas ditulis oleh Christian, salah seorang seniman dari Kabupaten Magelang. Lewat puisinya, nampak tersirat pesan yang  memendam obsesi kuat,  bahwa dengan memakai kebaya penampilan seseorang menjadi semakin anggun, mempunyai citra pribadi kuat, juga memesona.

Tidak bisa dipungkiri, dalam berbagai acara seremonial atau non formal, apabila melihat beberapa perempuan mengenakan kain kebaya tampak lebih anggun, feminim, eksotis, dan lebih dalam lagi seperti menunjukkan jati diri sebagi perempuan Indonesia.

Kebaya tersebut bukan semata busana. Ia menjadi sangat istimewa, karena memendarkan identitas Indonesia. Bila ditelisik lebih dalam dari berbagai versi maupun asal-usulnya dapat mewakili perjalanan kisah tentang indahnya kemajemukan, multikultur, serta keunikannya yang tak habis untuk dinarasikan. 

Proses Pengembangan

Kebaya yang sekarang tersebar di seluruh Indonesia proses pengembangannya melalui dinamika yang cukup manarik sebagai bahan dialektika. Penulis asal Perancis Denys Lombard, di dalam bukunya  Nusa Jawa: Silang Budaya (1996),  mengatakan bahwa kata kebaya berasal dari bahasa Arab kaba yang berarti pakaian. Proses pengembangannya  diperkenalkan lewat bahasa Portugis ketika bangsa Portugis mendarat di Asia Tenggara.

Sebelum tahun 1600 kebaya umumnya hanyadipakaioleh golongan keluarga kerajaan di PulauJawa, terutama saat Kerajaan Majapahit akhir. Kebaya lalu menyebar ke Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, hingga Maluku. Kebaya juga dipengaruhi oleh beragam budaya, seperti Tiongkok, Arab, Persia, India, hingga Portugis dan Belanda. Berdasarkan data historis, memang hubungan dagang dengan Tiongkok sudah terjalin sejak zaman Majapahit (Kompas, 25/4/2021).

Kebaya berkembang seiring berjalannya waktu sehingga terjadilah banyak sekali perubahan yang signifikan dalam model kebaya ataupun cara pemakaiannya. Pada abad ke- 19, semua perempuan di Indonesia mengenakan baju kebaya dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini, banyak desainer yang memodifikasi pakaian kebaya sehingga berubah menjadi kebaya yang saat ini biasa kita kenal dengan kebaya modern.

Di Indonesia terdapat beberapa jenis kebaya yang menunjukkan ciri spesifiknya. Pertama, Kebaya Putu Baru. Kebaya ini  bergaya tunik (bayu tanggung) yang tampil dalam berbagai warna dengan dihiasi motif-motif cantik.

Kedua, Kebaya Encim atau Nyonya Kebaya. Kebaya ini aslinya dipakai oleh perempuan keturunan Tiongkok yang biasanya dihiasi dengan sulaman atau bordiran yang terdapat di sekeliling kebaya tersebut. Ketiga, Kebaya Kartini. Tunik kebaya ini sederhana dengan kerah lipat. Model kebaya ini terinspirasi oleh sosok pejuang emansipasi perempuan R.A.Kartini. Keempat, Kebaya Modern. Jenis kebaya ini sudah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga menghasilkan kebaya yang bergaya lebih modern. Biasanya dihiasi dengan payet-payet (hiasan berkilap).

Tahun 1945, setelah kemerdekaan Indonesia diproklamirkan, perempuan Indonesia memakai kebaya dan batik sebagai simbol perjuangan dan nasionalisme, sehingga pamor kebaya di kalangan masyarakat pada masa itu kembali meningkat.

Kebaya mengalami tingkat keemasannya sampai tahun 1960-an. Para perempuan banyak  mengenakan busana kebaya dalam kehidupan sehari-hari, baik ketika di kantor, di rumah, ataupun ketika berpergian. 

Representasi Identitas 

Pada setiap era, kebaya dapat merepresentasikan identitas pemakainya, seperti status sosial, tingkat ekonomi, jenis pekerjaan, dan keturunan. Fenomena tersebut dapat terlihat saat era kerajaan hingga era kolonial. Semakin maju eranya, kebaya semakin melekat dengan citra perempuan Indonesia.

Hal tersebut dikarenakan, kebaya selalu dipakai dalam gaya berbusana para tokoh-tokoh nasional dan pejuang perempuan. Semua ibu negara Indonesia dari masa ke masa  juga selalu memakai kebaya dalam berbagai acara protokoler kenegaran. 

Penetapan kebaya sebagai busana nasional Indonesia diatur dalam regulasi perundang-undangan resmi, antara lain dalam Kepres RI Nomor 18 tahun 1972 dan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2010 tentang Busana Nasional dalam Keprotokolan. 

Dengan adanya regulasi tersebut, kiranya komunitas Indonesia terutama kaum perempuan tidak perlu ragu dan canggung menggunakan kebaya. Dengan memakai kebaya sudah menunjukkan bukti bahwa perempuan Indonesia menghargai dan merasa memiliki warisan budaya sebagai identitas budaya nasional. Di samping memesona, kain kebaya yang dipakai bisa sebagai representasi kematangan jiwa seseorang sekaligus menunjukkan jati diri bangsa.

(Oleh: Drs.Ch. Dwi Anugrah, M.Pd., Ketua Sanggar Seni Ganggadata Jogonegoro, Kec. Mertoyudan, Kab. Magelang)

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar