Pentingnya Kemampuan Komunikasi Guru Dalam Mengimplementasikan Kurikulum Merdeka

Dilihat 3176 kali

Oleh : P. Budi Winarto, S.Pd*)


MENURUT Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat diterima. Dengan berkomunikasi , kita dapat saling berhubungan satu sama lain, baik di rumah, sekolah, tempat kerja, lingkungan masyarakat, maupun di mana saja kita berada. Berkomunikasi pun tidak hanya dengan sesama manusia, tetapi juga kita bisa berkomunikasi dengan Sang Maha Pencipta beserta seluruh ciptaannya.

Komunikasi menyentuh segala aspek kehidupan kita. Penelitian mengungkapkan bahwa 70% waktu bangun, kita gunakan untuk berkomunikasi. Disadari atau tidak, komunikasi menentukan kualitas hidup kita. Hal ini disebabkan komunikasi bukan hanya sebagai ilmu pengetahuan, melainkan juga merupakan seni bergaul. Mungkin kita pernah merasa kurang simpati kepada seseorang karena cara bicaranya yang tidak mengenakkan hati.

Dalam mengimplementasikan kurikulum merdeka, para guru kiranya dapat berpegang pada prinsip 3S dalam berkomunikasi, yakni sadar, senyum, dan sejuk.

SADAR. Dalam berkomunikasi, kita harus sadar akan kekurangan diri sehingga menumbuhkan kepekaan atau kepedulian sosial yang baik. Kesadaran itu akan menimbulkan motivasi yang kuat untuk membuktikan  bahwa kita mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat.

SENYUM. Senyum adalah senjata pergaulan. Senyum mampu memberikan kekuatan yang dahsyat dan pesona luar biasa. Senyum merupakan sebuah kekuatan yang menjadi perekat hubungan antar manusia. Senyum juga menjadi kunci penyelesaian masalah.

SEJUK. Ucapan yang menyejukkan akan meninggalkan kesan yang positif bagi orang lain. Setidaknya, ucapan sejuk yang kita kemukakan akan menjadi modal untuk memeroleh respons yang positif, yang akan menguntungkan kita.

Kurikulum merdeka mengamanatkan bahwa berkomunikasi  dalam konteks pembelajaran adalah bagaimana guru dapat berbagi pengalaman dengan para siswa. Begitu pula sebaliknya, para siswa dapat berbicara secara terbuka kepada gurunya. Pada saat guru menyajikan pengalaman dan pengetahuan kepada para siswa, konteks tersebut dapat dikatakan komunikasi. Dalam proses tersebut, tercipta atau membentuk makna yang dapat dikonstruksi menjadi pengetahuan baru oleh para siswa.

Apabila seseorang ingin menjadi guru yang berkesan bagi para siswa, salah satu kemahiran interpersonal yang harus dikuasai adalah kemampuan berkomunikasi. Sebab seperti yang diamanatkan kurikulum merdeka bahwa kemampuan berkomunikasi itu bukan hanya sekadar pandai berbicara atau seberapa banyak hal yang dibicarakan, melainkan pembicaraan tersebut harus menyejukkan dan mencerahkan. Isi pembicaraan harus bermanfaat dan terjalin dalam suasana menyenangkan.

Secara umum, komunikasi pun bukan hanya berbicara secara verbal, melainkan juga secara nonverbal (bahasa tubuh). Kadang-kadang bahasa verbal sejalan dengan bahasa non verbalnya. Artinya, apa yang diucapkan sesuai dengan gerak-gerik tubuh yang diperlihatkan. Namun, ada kalanya bertentangan. Misalnya, ketika seseorang mengatakan, saya tidak bohong, kita dapat memastikannya dengan gerak-gerik dan ekspresi yang ditampilkannya. Kita dapat mengetahui dari bahasa nonverbalnya (bahasa tubuh). Apakah dia benar-benar tidak berbohong atau sebaliknya.

Membaca bahasa tubuh seseorang secara objektif memang tidak mudah. Hal ini memerlukan latihan intensif. Caranya ialah dengan berlatih membaca unsur-unsur bahasa tubuh. Kemudian, kita juga dapat berlatih membaca keserasian anatar bahasa lisan dan bahasa tubuh.

Beberapa pakar komunikasi berpendapat bahwa seseorang yang berbicara sambil melindungi mulut dengan tangan menunjukkan orang itu tidak meyakini apa yang sedang dibicarakannya. Dia mungkin berdusta, memutarbalikkan perkara, ragu-ragu, atau tidak percaya kepada apa yang dia sendiri katakana. Begitu pula dengan orang yang selalu menyilangkan tangannya di antara dada dan perut ketika berbicara, dia cenderung defensive dan sukar untuk menerima pendapat kita.

Seorang guru harus cermat memperhatikan komunikasi nonverbal yang ditunjukkan oleh para siswa. Biasanya para siswa akan menunjukkan bahasa nonverbal ketika pertama kali melihat guru masuk ke kelas, pada saat menerangkan, atau pada saat bertanya. Bahasa nonverbal mereka yang menunjukkan senang atau tidak senang, menarik atau tidak menarik, dianggap penting atau tidak, harus dipahami guru agar mampu menerapkan metode pembelajaran yang tepat.

Bentuk komunikasi non verbal yang paling penting dalam proses belajar mengajar di kelas adalah kontak mata antara guru dan siswa. Kontak mata ini harus selalu dipertahankan karena mempunyai fungsi sebagai berikut:

  1. Mengawali hubungan komunikasi. Hubungan pertama dalam komunikasi  adalah kontak mata. Guru pasti memandang para siswanya ketika memulai pembelajaran. Jika guru tidak melayangkan pandangan kepada siswa , mereka akan merasa tidak menjadi bagian dari kegiatan dari kegiatan komunikasi tersebut. Saat kita menatap salah seorang siswa, sebetulnya di sana terjadi komunikasi nonverbal yang bermakna bahwa kita sebagai guru siap mendengar jawaban yang akan diberikan . Kajian menunjukkan jika bercakap-cakap, pendengar lebih banyak memandang mata lawan bicara dari pada sebaliknya.
  2. Menjaga minat dan perhatian.  Kontak mata dapat menjaga minat dan perhatian. Guru harus selalu menjaga kontak mata dengan siswa di ruang kelas secara bergiliran. Pandangan mata kita sebagai guru jangan hanya tertuju pada satu sisi atau asyik sendiri menghadap papan tulis. Hal itu akan mengurangi  minat dan perhatian siswa kepada kita.
  3. Gambaran hubungan. Kontak mata dapat juga menggambarkan tingkat hubungan. Kontak mata antara guru dan siswa mungkin tidak seintensif kontak mata jika kita menatap seseorang yang disukai. Menurut penelitian, kalau kita memandang seseorang lebih dari 60%, itu pertanda kita lebih berminat kepada orangnya dari pada apa yang dikatakannya.  

Setidaknya tiga fungsi itu yang dapat dijelaskan berkaitan dengan proses pembelajaran. Jika dikaji lebih lanjut, mungkin akan sangat banyak fungsi dari kontak mata antara pembicara dan pendengar ini.

Dalam berkomunikasi, kita tidak akan lepas dari gangguan. Gangguan itu dapat berupa gangguan teknik dan gangguan makna.

  1. Gangguan teknik berkaitan dengan hal-hal yang menyebabkan pendengar salah paham. Kesalahpahaman itu disebabkan penutur gagap atau ada gangguan suara yang mengganggu.
  2. Gangguan makna. Gangguan ini berkaitan dengan istilah atau kata yang maknanya tidak satu persepsi dengan siswa.

Berdasarkan gambaran tersebut, komunikasi adalah pesan. Pesan ini ada yang berupa lisan dan tulisan (verbal), tetapi ada juga yang berupa simbol (gerak tubuh atau mimik wajah/non verbal). Dalam komunikasi terjadi proses pengodean (encoding) dan penerjemahan kode (decoding). Pesan yang disampaikan penutur (komunikator) menggunakan bahasa sebagai media utama komunikasi merupakan kode-kode yang harus diterjemahkan oleh pendengar (komunikan). 

Seorang guru tentu harus mengembangkan terus menerus  kemampuan komunikasi yang ada dalam dirinya sebab kemampuan komunikasi tersebut akan sangat membantu terlaksannya proses belajar mengajar berjalan dengan baik sehingga implementasi kurikulum merdeka juga akan berjalan dengan baik dan berkulitas. Semoga.


*)Penulis adalah guru SMP Pendowo Ngablak Kabupaten Magelang

Editor Slamet Rohmadi

0 Komentar

Tambahkan Komentar