Penguatan Nilai Kearifan Lokal

Dilihat 3457 kali
Nilai-nilai kearifan lokal dalam seni pertunjukan wayang dapat memberikan pencerahan terkait dengan tuntunan kehidupan manusia agar senantiasa mengedepankan kepentingan publik daripada kepentingan pribadi atau kelompoknya.

DALAM proses perjalanan waktu gempuran globalisasi tidak dapat dibendung lagi. Berbagai arus informasi mengalir deras bagai air bah, bagaikan menembus batasan ruang dan waktu, masuk ke relung-relung sumber kehidupan. Dampak yang dirasakan, sifat indivualistik dan egoisme telah merambah pada kehidupan sosial di banyak komunitas.

Satu hal yang terancam dari imbal globalisasi di era digital ini tak lain adalah nilai-nilai kebersamaan. Nilai kehidupan kebersamaan, seperti gotong royong, etika pergaulan tradisional, atau solidaritas komunal yang sudah menjadi tradisi patrimonial, turun temurun dari para pendahulu pendiri negeri ini, terasa mahal harganya.

Simak saja, pada saat rapat-rapat formal, baik di lembaga kedinasan atau non kedinasan,ketika pembicara sedang mengutarakan pendapat, banyak peserta rapat yang malahan sibuk dengan gawainya. Terlebih lagi, ketika di perjalanan, santun, salam, sapa dalam komunikasi tereduksi, dengan mereka banyak fokus ke gawai yang berada dalam genggaman.

Sebagaimana diketahui dan juga dirasakan, sampai saat ini kehidupan komunitas tradisional terus mendapat gempuran budaya global. Industri komunikasi, media televisi, serta kecanggihan digitalisasi membuat terpana dan terpesona. Sesuatu yang berbau tradisional menjadi dengan mudah diasumsikan sebagai sesuatu yang tidak relevan dengan tuntutan kehidupan zaman.

Menyikapi dengan Bijaksana

Bertolak dari fenomena tersebut, kiranya semua komponen dalam masyarakat harus menyikapi dengan bijaksana. Kita tidak mungkin menahan budaya global tersebut, karena tuntutan era yang selalu dinamis dari waktu ke waktu. Realitanya, globalisasi telah memberikan nilai positif. Dari berbagai aspek, masyarakat lebih mendapat pencerahan dari perkembangan teknologi yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.

Persoalannya sekarang ini tak lain adalah memberikan porsi seimbang antara globalisasi dan nilai-nilai tradisional sehingga harmonisasi dapat terwujud seperti yang diidamkan semua pihak. Dengan demikian, kita tetap menerima globalisasi,namun tidak silau. Jangan sampai malahan mencampakkan begitu saja hal-hal yang berbau tradisional.

Oleh sebab itu, yang perlu diingatkan untuk semua pihak adalah kesadaran untuk mengimplementasikan kebudayaan bangsa Indonesia sendiri.Nilai-nilai kebudayaan yang berkembang di seluruh nusantara telah menjadi salah satu acuan dalam membangun kehidupan bermasyarakat. Di samping itu, kebudayaan dengan segala kompleksitasnya terbukti telah menciptakan keharmonisan dalam kehidupan bersama, seperti organisasi sosial, upacara dan hukum adat, berbagai ragam kesenian tradisional yang tidak saja semata bernilai tontonan, tetapi juga sekaligus sebagai tuntunan.

Adapun nilai-nilai kebudayaan yang perlu ditanamkan, di antaranya adalah nilai kearifan lokal. Pada dasarnya kearifan lokal adalah pandangan hidup suatu masyarakat di wilayah tertentu mengenai lingkungan alam tempat mereka tinggal. Pandangan hidup ini biasanya adalah pandangan hidup yang sudah berurat akar menjadi kepercayaan orang-orang di wilayah tersebut selama puluhan bahkan ratusan tahun.

Kearifan lokal mengacu pada berbagai kekayaan budaya yang tumbuh dan berkembang dalam sebuah masyarakat yang dikenal, dipercayai, dan diakui sebagai elemen-elemen penting yang mampu mempertebal kohesi sosial di tengah masyarakat.Kearifan lokal bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan menciptakan kedamaian,digali dari produk kultural yang menyangkut hidup dan kehidupan komunitas pemiliknya, misalnya sistem nilai, kepercayaan dan agama, etos kerja,kesenian,bahkan dinamika kehidupan yang ada dalam komunitas tersebut (Maria Maltidis Banda, 2020).

Oleh karena itu, penguatan penyadaran perlunya revitalisasi dan pengutan nilai-nilai kearifan lokal kepada saluruh lapisan masyarakat perlu lebih dioptimalkan mulai dari pejabat pemerintahan dari pusat sampai desa, lembaga swasta, lembaga pendidikan, lembaga adat, sampai tingkat komunitas yang paling bawah.

Untuk memberikan penyadaran kepada semua jenjang komunitas tersebut, nilai-nilai kearifan lokal tersebut perlu dipahami melalui beberapa tahapan, yaitu pertama nilai-nilai kearifan lokal dan kebersamaan yang bersumber dari budaya lokal sendiri. Hal itu sajalan dengan peribahasa di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung.

Kedua, nilai-nilai kearifan lokal dan kebersamaan secara lintas budaya. Pemahaman lintas budaya ini, kiranya perlu ditekankan agar tumbuh tingkat apresiasi untuk saling menghargai kebudayaan lintas daerah. Hal tersebut perlu mendapat perhatian, agar masing-masing komunitas di daerah menyadari bahwa mereka tidak hanya hidup dalam skala lokal dengan budaya yang melingkupinya, tetapi sebagai bangsa Indonesia mereka hidup dalam skala nusantara.

Dengan demikian untuk mengoptimalkan nilai-nilai kearifan lokal tersebut, perlu ada suatu gerakan budaya secara simultan dimulai dari lingkup keluarga. Dari keluarga tersebut sebagai kelompok terkecil dapat memberikan penyadaran akan pentingnya pemahaman dan implementasi kearifan lokal tersebut.

Kebijakan Kebudayaan

Nilai-nilai kearifan lokal sebagai bagian dari kebudayaan, kiranya perlu mendapat perhatian serius agar tidak tereduksi atau terkikis di era global ini. Untuk itu negara perlu berperan aktif bersama semua komponen agar tujuan tersebut dapat tercapai. Rasanya masih relevan tulisan Hilmar Farid, Direktur Jenderal Kebudayaan yang bertajuk Paradigma Baru Kebijakan Kebudayaan di Harian Kompas (7/10/2022), bahwa negara harus menjamin kebebasan bereskpresi semua komponen masyarakat, agar kebudayaan dapat berkembang secara sehat dan wajar. Kebijakan kebudayaan yang inklusif sangat diperlukan agar semua kalangan dapat berpartisipasi dalam kehidupan kebudayaan dan pembangunan berkelanjutan tanpa diskriminasi.

Dengan semangat dan kerja keras bersama secara gotong royong, kita harus optimis bahwa pembangunan berbasis kebudayaan termasuk nilai-nilai kearifan lokal dapat terwujud menjadi kekuatan nyata. Indonesia dengan keanekaragaman budayanya akan diperhitungkan sebagai suatu negara yang memerhatikan nilai-nilai budaya sebagai basis pembangunan untuk menyongsong masa depan yang lebih baik dan penuh harapan.


(Oleh: Ch. Dwi Anugrah, Ketua Sanggar Seni Ganggadata Jogonegoro, Kecamatan Mertoyudan, Kab. Magelang)

Editor Slamet Rohmadi

0 Komentar

Tambahkan Komentar