Penguasaan Teknologi Dalam Balutan Humaniora

Dilihat 1113 kali

Momentum penting yang senantiasa diperingati setiap tahunnya pada hari Pendidikan Nasional adalah merujuk pada kelahiran tokoh pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Peringatan tersebut bukan hanya sekadar seremonial saja, namun diharapkan dapat memberikan ruang segenap warga bangsa merefleksikan hakikat dan ikhtiar kolektif hari bersejarah tersebut.


Spirit keteladanan yang diajarkan Ki Hadjar Dewantara dalam pijakan etis penuh filosofis, ing ngarsa sung tulada, ing madya mangunkarsa, tut wuri handayani masih sangat bermakna di tengah dinamika kehidupan dewasa ini.


Ikhtiar pemerintah memajukan pendidikan nasional dilakukan dalam bingkai mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan yang baik dan terarah berdampak pada pelejitan kualitas sumber daya manusia.


Prosesnya tentu tak sebatas pembelajaran di ruang-ruang sekolah, tetapi juga melibatkan secara proaktif segenap pemangku kepentingan, dari keluarga, masyarakat, hingga dunia usaha dan dunia industri (Muhadjir Effendi, 2019).


Pada tahun ini, peringatan hari Pendidikan Nasional tidak dirayakan seperti biasa karena Indonesia masih dilanda keprihatinan akibat pandemi Covid-19 yang merupakan kejadian luar biasa. Semua aktivitas pembelajaran dilakukan dengan pembelajaran jarak jauh (PJJ) guna memutus mata rantai penularan Covid-19.


Membangun komunikasi


Hal paling mendasar agar implementasi PJJ lebih efektif serta hak belajar peserta didik tetap terpenuhi saat ini adalah membangun komunikasi yang baik antara sekolah, orang tua, dan pemerintah. Komunikasi efektif memungkinkan setiap pelaku pendidikan memahami peran dan tugas mereka secara lebih baik.


Walaupun PJJ sudah berlangsung lebih dari satu tahun, kita juga menyadari semua peranan yang biasa dilakukan pada saat situasi normal tentu tidak dapat dilakukan sepenuhnya. Oleh karena itu, masing-masing perlu memahami hal ini secara akuratif, sehingga cakupan tugas dan peranan perlu dimatangkan kembali dalam tataran praksis.


Komunikasi di sekolah juga diperlukan antara guru dan guru, kepala sekolah dan guru serta semua warga sekolah. Jadwal pembelajaran daring tidak bisa berlaku layaknya situasi normal. Diperlukan fleksibilitas dalam hal waktu, materi, dan sistem evaluasi sehingga mengajar dari rumah tidak malah jadi beban.


Komunikasi sekolah dengan orang tua juga diperlukan agar tidak ada satu anak pun tertinggal karena tidak memiliki fasilitas pembelajaran daring. Sekolah perlu lebih intensif dan lebih dekat berkomunikasi dengan orang tua. Wali kelas menjadi ujung tombak proses komunikasi ini sehingga belajar dari rumah tetap terdampingi dengan baik.


Pihak pemerintah dalam hal ini Kepala Dinas Pendidikan setempat, melalui aparat birokrasinya juga perlu berkomunikasi dengan sekolah untuk menyiasati proses pembelajaran selama PJJ agar pengalaman belajar tetap diperoleh peserta didik tanpa memberikan beban tambahan yang dirasakan memberatkan (Doni Koesoema, 2020).


Apabila komunikasi sudah bisa terbangun dengan baik, koordinasi pembelajaran dari rumah akan semakin mudah diimplementasikan. Bagi sekolah yang memiliki persoalan keterbatasan akses komunikasi, perlu membuat mekanisme koordinasi pembelajaran di tingkat lokal agar proses belajar tetap berjalan dengan baik dan peserta didik terlayani. Tentunya harus memperhatikan protokol kesehatan sesuai standar operasional prosedur yang berlaku.


Penguasaan teknologi


Pada saat PJJ berlangsung, guru siap atau tidak siap, harus mau belajar mempergunakan teknologi pembelajaran daring untuk melakuan proses pembelajaran. Situasi ini berdampak positif karena memaksa guru berlatih menguasai teknologi komunikasi dan informasi (TIK). Dampak positif lainnya, guru menjadi familiar dengan berbagai aplikasi pembelajaran berbasis TIK, seperti google classroom, google hangout, google meet, zoom, dan skype, sebagai alternatif media pembelajaran daring.


Penerapan pembelajaran berbasis teknologi ini sebenarnya sudah berkembang di kalangan pendidikan beberapa tahun sebelum pandemi. Namun, pada waktu itu para guru belum melaksanakan secara optimal, karena punya kekhawatiran teknologi informasi tersebut akan menggantikan peran mereka di kelas.


Dengan adanya pandemi Covid-19 yang memaksa pembelajaran menerapkan PJJ, akhirnya membuat para guru dan peserta didik harus beradaptasi menggunakan perangkat TIK. Model pembelajaran yang memanfaatkan TIK ini secara kreatif sangat membantu generasi milenial. Perangkat gawai yang dulu hanya untuk mainan sekarang bisa digunakan untuk belajar.


Untuk itu, ke depannya pembelajaran berbasis TIK perlu menjadi pembiasan guru untuk menerapkan dalam setiap mata pelajaran. Tentunya perlu dipersiapkan jauh-jauh sebelumnya. Jangan selalu dengan efek mendesak baru melakukan tindakan.

Pembelajaran berbasis TIK akan efektif apabila guru memiliki perangkat pembelajaran sebagai infrastrukturnya. Peralatan TIK minimal yang harus dimiliki guru adalah laptop dan alat pendukung video converence. Keberadaan perangkat minimal yang harus dimiliki guru perlu dipikirkan bersama baik pemerintah dan sekolah yang dikelola oleh yayasan. 

Untuk daerah yang kekurangan akses internet harus diperluas kapasitas dan peningkatan perangkat bandwidth (maksimal besar transfer yang dapat dilakukan pada satu waktu dalam pertukaran data) guna mendukung proses pembelajaran.


Peringatan Hari Pendidikan tahun ini menjadi momentum dalam penguasan teknologi dan kreativitas dalam pendidikan. Tentunya momentum tersebut perlu dibalut dengan aspek nilai humaniora sebagaimana telah dicanangkan oleh Ki Hadjar Dewantara. Bapak Pendidikan kita pernah menegaskan bahwa pendidikan akan dapat mencapai tujuannya apabila dalam tataran praksisnya mampu menerapkan konsep tri sakti jiwa yang memuat aspek cipta, rasa, dan karsa dalam pola pikir dan pola tindakannya.


Selamat merayakan Hari Pendidikan Nasional tahun 2021.


(Penulis: Ch. Dwi Anugrah, Guru Seni Budaya SMK Wiyasa Magelang)

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar