Oleh: P. Budi Winarto, S.Pd*)
DALAM pengembangan modul ajar sesuai yang diamanatkan dalam kurikulum merdeka, banyak metode pembelajaran yang bisa diterapkan. Dengan menerapkan banyak metode yang bervariasi dalam pengembangan modul ajar maka kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam mengimplementasikan kurikulum merdeka akan semakin meningkat. Salah satu metode pembelajaran yang bisa digunakankan dalam pengembangan modul ajar sesuai dengan yang diamanatkan dalam kurikulum merdeka adalah metode pembelajaran kontekstual.
Metode pembelajaran kontekstual adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk menerapkannya pada kehidupan nyata (Wina Sanjaya, 2019; 43). Menurut Elaine B. Johnson metode pembelajaran kontekstual merupakan sebuah proses pendidikan untuk menolong para siswa/siswi melihat makna dalam pelajaran yang mereka pelajari. Caranya ialah dengan menghubungkan subjek-subjek akademik yang sudah dipelajari dengan konteks kehidupan sehari-hari.
Sebenarnya, dalam proses pembelajaran yang diamanatkan dalam kurikulum merdeka, ketika siswa belajar, siswa tidak berada di awan tetapi berada di bumi yang selalu menyatu dengan tempat belajar, waktu, situasi, dan suasana alam dan masyarakatnya. Untuk itu, metode yang dianggap tepat untuk mengembangkan pembelajaran adalah metode kontekstual. Sebenarnya metode kontekstual (Contextual Teaching and Learning) bukan barang baru. John Dewey sudah mengemukakan pembelajaran kontekstual pada awal abad 20, diikuti oleh Katz (1918) dan Howey & Ziper (1989). Ketiga pakar itu menyatakan bahwa program pembelajaran bukanlah sekadar deretan satuan pelajaran (Kasihani dan Astini, 2010).
Kurikulum merdeka mengisyaratkan bahwa Pembelajaran kontekstual adalah konsepsi pembelajaran yang membantu guru menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan pembelajaran yang memotivasi siswa agar menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Ardiana, 2011).
Metode kontekstual muncul sebagai reaksi terhadap teori behavioristic yang telah mendominasi pendidikan selama puluhan tahun. Metode kontekstual mengakui bahwa pembelajaran merupakan proses kompleks dan banyak fase yang berlangsung jauh melampaui drill oriented dan metode stimulus and Response. Menurut Muhammad Nur (2011) pengajaran kontekstual memungkinkan siswa menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai tatanan dalam sekolah dan di luar sekolah agar siswa dapat memecahkan masalah-masalah dunia nyata atau masalah-masalah disimulasikan.
Dalam perkembangannya, metode kontekstual terdiri atas berbagai strategi yang dikembangkanoleh berbagai institusi. University of Washington (2011) mengembangkan metode kontekstual dengan strategi (1) pengajaran autentik, (2) pembelajaran berbasis inkuiri, (3) pembelajaran berbasis masalah, dan (4) pembelajaran berbasis kerja.
Blanchard (2011) mengembangkan strategi pembelajaran metode kontekstual dengan:
Yang perlu diingat bahwa metode kontekstual merupakan konsep teruji yang menggabungkan banyak penelitian terakhir dalam bidang kognitif. Oleh karena itu, metode kontekstual dapat digunakan dalam pembelajaran di kelas. Pengajaran dan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and learning) atau CTL menawarkan strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa dalam belajar lebih bermakna dan menyenangkan. Strategi yang ditawarkan dalam CTL ini diharapkan dapat membantu siswa aktif dan kreatif. Untuk itu, dalam menjalankan strategi ini, guru dituntut lebih kreatif pula.
Dalam strategi ini ada tujuh elemen penting, yaitu : inquiry, questioning, constructivism, modeling, learning, community, authentic assessment, dan reflection. Diharapkan ketujuh unsur ini dapat diaplikasikan dalam keseluruhan proses pembelajaran. Semoga.
*)Penulis Guru SMP Pendowo Ngablak-Kab. Magelang
0 Komentar