Pembiasaan Pelayanan Prima di Sekolah

Dilihat 12002 kali
Memberi fasilitas tempat cuci tangan kepada peserta didik dalam menerapkan prokes di sekolah merupakan bentuk pelayanan prima.

Seiring mulai diberlakukannya Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di sekolah, maka volume pekerjaan pun menjadi bertambah. Ketika pemberlakuan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) diberlakukan mulai awal pandemi, guru dan tenaga kependidikan lebih pada konsentrasi kinerjanya pada platform digital dengan perangkat jejaringnya.


Namun sekarang ini, dalam proses tahapan waktu, lembaga pendidikan disibukkan kembali menerima peserta didik yang akan melakukan PTM. Tentunya, dalam tataran praksis membutuhkan pembiasaan baru dalam standar pelayanan yang berbeda jauh ketika PJJ.


Pada saat PJJ, peserta didik ketika menemui kesulitan hanya berkomunikasi melalui aplikasi, mungkin zoom meeting, goole classroom, google meet, atau banyak aplikasi lain. Komunikasi tidak bisa berjalan dalam interaksi langsung, sebagaimana dalam PTM yang membutuhkan komunikasi interaktif kedua belah pihak sehingga pembelajaran dapat berjalan optimal.


Ketika PTM terbatas sudah mulai berjalan, tentunya semua warga sekolah harus menerapkan protokol kesehatan ketat seperti regulasi yang sudah diamanatkan pemerintah agar tidak memunculkan klaster baru di sekolah. Termasuk juga bagian administrasi dan security yang posisinya di garda depan dalam menyambut peserta didik atau tamu dari luar. Tentunya agar mereka yang datang ke sekolah nyaman, semua warga sekolah perlu mengaplikasikan standar pelayanan prima (Christian, 2020).


Kepuasan Pelanggan


Pada dasarnya pelayanan prima merupakan merupakan usaha melayani kebutuhan orang lain dengan memperhatikan kepuasan pelanggan yang utama atau kepuasan pelanggan terkait layanan harus diutamakan. Kata kepuasan pelanggan pada dasarnya lebih dekat dengan makna kemudahan dalam mengakses segala kebutuhan yang diperlukan oleh pelanggan.


Dalam kaitannya dengan layanan pendidikan, peserta didik merasa puas apabila kesulitan kesulitan dalam proses pembelajaran mendapatkan perhatian dari sekolah. Perhatian dan pemberian layanan inilah yang menjadikan para pelanggan merasa senang dan akhirnya muncul kepuasan.


Adapun tujuan pelayanan prima adalah memberikan pelayanan yang dapat memenuhi dan memuaskan pelanggan, dalam hal ini adalah peserta didik dan orang tua. Pelayanan prima di sekolah adalah termasuk juga dalam proses pembelajarannya, jadi bukan hanya di luar proses pembelajaran.


Guru haruslah melakukan proses pembelajaran yang bisa memuaskan peserta didik, artinya peserta didik bisa menelaah dan memahami apa yang dijelaskan oleh gurunya. Demi terwujudnya hal itu, guru haruslah kreatif dalam melakukan proses pembelajaran, dimulai pada saat guru merancang rencana pembelajaran, merumuskan tujuan belajar, metode belajar, dan teknik, serta evaluasi pembelajaran.


Di samping guru sebagai tenaga pendidikan, pelayanan prima perlu diperhatikan juga oleh tenaga kependidikan, baik di tata usaha, keamanan, kantin, penjaga sekolah, sampai pembantu pelaksana. Mereka perlu memberikan pelayanan prima kepada semua yang hadir di sekolah baik peserta didik, orang tua, atau tamu yang berkunjung.


Indikator Utama


Adapun indikator pelayanan prima di sekolah itu meliputi, pertama menerapkan senyum dalam lingkungan sekolah. Senyum dari warga sekolah akan menjadikan daya tarik sendiri dan dapat menciptakan rasa nyaman sehingga pelanggan atau tamu yang berkunjung akan kerasan


Kedua, menumbuhkan sifat optimis. Berani berpikir positif dan maju merupakan kata kunci dalam menumbuhkan sifat positif. Jangan takut untuk berhayal akan kemajuan sekolah. Ide memajukan sekolah bisa tumbuh dari imajinasi masing-masing pribadi agar tumbuh dan berkembang.


Ketiga, menciptakan kesan positif. Kesan pertama adalah penilaian awal yang ditujukan pada objek. Hal tersebut sangat menentukan. Misalnya mempersiapkan peserta didik untuk bertanding di Olimpiade Sains Nasional. Apalagi jika bisa sampai mendapatkan juara dalam olimpiade tersebut. Ini merupakan daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk memasukkan anaknya ke sekolah tersebut.


Keempat, antusias pelayanan dan loyalitas. Memberikan pelayanan dengan penuh semangat akan dapat menjadikan energi positif dalam dinamika kinerja di sekolah. Di samping itu dengan sikap loyalitas dengan melaksanakan semua regulasi yang berlaku akan dapat memperkokoh bangunan pelayanan prima di sekolah.


Dengan menerapkan pelayanan prima tersebut, sekolah dalam proses perjalanan waktu akan dapat memetik buahnya. Diantaranya orang tua peserta didik akan bercerita pada teman, saudara, keluarga bahwa mereka merasa senang atas pelayanan yang diberikan oleh sekolah yang dipilih. Bisa dimungkinkan juga mereka berupaya untuk memilih pendidikannya secara turun menurun dalam keluarganya pada lembaga pendidikan tersebut.


Dengan demikian sekolah yang memiliki komunikasi publik akan langsung menghadirkan dirinya sebagai sebuah lembaga yang mengusung pembentukan nilai-nilai karakter sesuai dengan standar pelayanan optimal. Tentunya standar pelayanan tersebut akan dapat terealisasi dengan baik apabila kolaborasi paralel semua warga sekolah dapat terbangun dengan sinergis.


Pelayanan prima dapat terwujud perlu dilakukan dengan tindakan. Dari tindakan akan mewujud pada pembiasaan. Praksis pada pembiasaan ini akan mengakar menjadi kultur sekolah sebagai nilai unggulan dalam penanaman nilai karakter.


(Oleh: Drs. Ch. Dwi Anugrah, M.Pd., Guru Seni Budaya SMK Wiyasa Magelang)


Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar