Nilai Spiritualitas Wisata Religi

Dilihat 2751 kali
Destinasi wisata religi yang nyaman dengan standar pelayanan memadai dapat memberikan kenyamaman batin wisatawan. Pendapa lokasi wisata religi makam Raden Santri Gunung Pring Muntilan yang menyejukkan dan memberi kenyamanan batin

PARIWISATA sebagai sebuah industri jasa, sampai saat ini sudah mulai menggeliat dan bangkit kembali setelah hampir dua tahun lebih terpuruk akibat pandemi Covid-19. Berbagai obyek wisata sudah mulai berbenah dalam menyambut datangnya wisatawan baik nusantara maupun mancanegara.

Para wisatawan pun sudah mulai dapat merasakan angin segar, karena sudah diperkenankan berwisata sesuai dengan kata hatinya. Semula mereka terkungkung tidak dapat keluar untuk mencari santapan psikologis dikarenakan kebijakan PPKM yang dikeluarkan pemerintah untuk menekan laju virus corona yang mematikan tersebut.

Berwisata saat ini sudah dilengkapi dengan kemudahan dengan perangkat teknologi canggih yang ada dalam genggaman. Semua informasi pariwisata yang akan dikunjungi dapat dideteksi dengan mudah. Namun bila ditelisik lebih jauh, di tengah zaman yang penuh dengan kemajuan teknologi dan sikap hedonis dari masing-masing individu di masyarakat, rupanya masyarakat mulai merasakan kerinduan pada hal-hal yang bersifat religius. Terbukti, sekarang ini obyek-obyek wisata religius, banyak dikunjungi wisatawan, terutama di bulan-bulan tertentu, seperti bulan Ramadan saat ini.

Perspektif Religius

Pada prinsipnya, wisata religi merupaka jenis produk wisata yang berkorelasi erat dengan perspektif religius yang dianut oleh umat manusia di seluruh penjuru dunia, tanpa membedakan strata satu dengan lainnya. Selebihnya wisata ini juga dimaknai sebagai kegiatan wisata ke tempat yang memiliki makna spesifik bagi umat beragama, biasanya beberapa tempat degan nilai lebihnya, misalnya dilihat dari sisi sejarah, banyaknya legenda atau asal muasal daerah dengan berbagai keunikan yang menyertai.

Adapun wujud tempat wisata religi tersebut sangat variatif, mulai dari bangunan tempat beribadah, adat istiadat, masjid, candi, sampai makam beberapa tokoh legendaris atau tokoh spiritual, seperti makam Sunan Kudus, makam Sunan Kalijaga di Kadilangu Demak, atau makam Raden Santri di Gunung Pring Muntilan, dan beberapa tempat religi lainnya yang tersebar di seluruh tanah air.

Ditinjau dari pengunjungnya, ada dua model pengunjung bagi wisata religi. Pertama, kunjungan wisatawan berbasis agama sama.Tujuan utamanya, wisatawan model ini bukan mencari kepusaan jasamani semata, namun lebih dalam mendekatkan diri dengan Sang Pencipta. Dengan demikian, nilai-nilai spiritual lebih menjadi parameter utama dalam berwisata.

Kedua, wisatawan dengan diferensiasi agama. Dalam hal ini, tujuan berwisata adalah untuk menambah cakrawala pengetahuan dengan menyaksikan keanekaragaman kulturalnya. Makna yang dapat diambil dari wisatawan ini, mereka dalam dinamika kehidupannya selalu mengedepankan nilai-nilai toleransi antar umat beragama (Sigit Widiyanto, 2022).

Harmoni dengan tujuan awalnya wisata religi tersebut, bukan sekadar wisata yang berorientasi pada kepusasan jasmaniah semata. Namun, wisata ini dapat dimaknai dari nilai spiritualnya. Nilai spiritual ketika berkunjung, kiranya dapat memberikan ketenteraman hati wisatawan, sehingga di obyek wisata tersebut, kiranya dapat dikemas sedemikian rupa yang merepresentasikan nilai-nilai religius, sehingga tujuan wisatawan ketika berkunjung dapat terealisasikan.

Adapun manfaat dari wisata religi tersebut di antaranya, pertama sebagai penawar dahaga spiritual. Jika obyek destinasi wisata lainnya, pada umumya menawarkan kesenangan fisik saja, namun dalam wisata religi lebih menekankan pada aspek memberikan pencerahan spriritual, agar pengunjung mendapatkan sesuatu yang diharapkan dari tujuan kunjungannya tersebut.

Kedua, menambah wawasan. Dengan melakukan wisata religi wisatawan akan bertambah wawasannya, karena pada umumnua wisata religi berkaitan dengan historis daerah tersebut, tokoh legendaris, tokoh spiritiual, termasuk nilai-nilai keariafan lokal sebagai asal muasal daerah tersebut.

Ketiga, mendekatkan diri pada Sang Pencipta. Pada dasarnya wisata religi diharapkan dapat lebih mendekatkan umat manusia pada Sang Pencipta. Dengan lebih mendekatkan diri pada Sang Pencipta, manusia dapat pencerahan batin sehiggga merasakan kebahagiaan yang hakiki. Suatu kebahagiaan karena dapat lebih merajut relasi vertikal dengan Sang Pencipta dunia.

Kerjasama Sinergis

Mengingat sekarang ini, wisata religi dapat dijadikan destinasi wisata andalan, kiranya perlu pengelolaan profesional dengan melakukan kerjasama paralel yang sinergis dengan berbagai pihak. Dengan pengelolaan sinergis yang berkelanjutan akan dapat menjadikan destinasi wisata dapat terus hidup dan menghidupi daerah sekitarnya.

Untuk itu, semua potensi destinasi wisata perlu dioptimalkan, seperti promosi terstruktur melalui berbagai media sosial, termasuk peningkatan standar pelayanan dan penyediaan fasilitas yang memadai. Sebagai destinasi wisata religi, tentunya membutuhkan standar pelayanan dan tempat yang nyaman agar wisatawan dapat dengan nyaman melakukan kontemplasi diri sesuai dengan tujuan awal berwisata.

Semuanya tersebut dapat terwujud kalau kerjasama paralel bisa dibangun dengan sinergis, baik dengan pemerintah, pemuka agama, pengurus tempat-tempat peribadatan, komunitas sekitar desa wisata, kelompok sadar wisata, dan komponen-komponen lainnya. Apabila semua komponen dapat menjalin kerjasama paralel, dapat diyakini bahwa, obyek wisata dapat eksis dan berkelanjutan, karena ditopang dan dipikirkan banyak komponen penyangganya.


(Oleh: Ch. Dwi Anugrah, Ketua Sanggar Seni Ganggadata Jogonegoro, Kecamatan Mertoyudan, Kab. Magelang)

Editor Slamet Rohmadi

0 Komentar

Tambahkan Komentar