Musik Sarana Terapi Berbagai Penyakit

Dilihat 1525 kali
Melonjaknya kasus Covid-19 yang melanda Indonesia, membuat pemerintah melaksanakan kebijakan PPKM darurat dari awal Juli sampai 2 Agustus 2021. Korban sudah banyak berjatuhan baik yang isolasi mandiri maupun yang dirawat di rumah sakit. Peristiwa tragis tersebut menyisakan kepiluan berkepenjangan. Suara sirene ambulans yang meraung-raung tiap hari dalam waktu relatif berdekatan melewat ruas-ruas jalan, terasa menyayat hati.

Bisa jadi ambulans tersebut membawa pasien ke rumah sakit atau mengantar jenazah ke pemakaman. Perjumpaan dengan lalu lalangnya ambulans yang tiada henti setiap harinya itu sepertinya menjadi penanda bahwa pandemi Covid-19 semakin merebak dan menerjang tiada ampun yang kian membikin lara.

Sepertinya bangsa ini membutuhkan strategi budaya untuk menahan gerak laju Covid-19. Protokol kesehatan yang sudah didesiminasikan kiranya perlu diimbangi dengan strategi budaya untuk meningkatkan imunitas dan kesehatan tubuh masing-masing personal melalui simpul-simpul seni.

Dalam kehidupan manusia ekspresi kebahagiaan bisa disalurkan melalui kesenian. Bukan hanya sekadar mengekspresikan, namun seni juga bisa membawa orang yang melihat atau mendengarkan bisa terhibur. Apabila jiwanya sudah terhibur akan berdampak pada kebahagiaan. Dengan seseorang bahagia akan berdampak positif juga pada kesehatan jiwa dan raganya.

Energi Batin 

Pengakuan dari beberapa orang yang sakit atau terpapar Covid-19, pada saat isolasi mandiri maupun opname di rumah sakit, tekanan psikologi mereka dapat terbantu dari alunan musik yang mengiringi proses penyembuhan mereka.

Bagi mereka alunan musik bisa membuat jiwa mereka menjadi tenang. Ketenangan ini bisa membangkitkan energi batiniah manusia menjadi dasyat. Sebagaimana kelompok musisi produktif, tiba-tiba terganggu mentalnya ketika panggung musikalnya semakin terbatas untuk ruang mereka berekspresi.

Dari beberapa hasil penelitian juga memberikan akurasi data penelitian yang faktual bahwa mendengarkan musik klasik terbukti secara ilmiah dapat meningkatkan kecerdasan anak sejak dalam kandungan sang ibu. Ada pula penelitian guru besar musik, di College New York, Anthony Holland, yang membuktikan dengan mendengarkan musik dapat mempercepat prosess penyembuhkan pasien yang menderita penyakit kanker (Ardhie Raditya, 2021).

Tidak bisa dipungkiri, pengaruh musik terhadap fisik kesehatan seseorang sudah berlangsung beberapa dekade dan juga dibuktikan dari hasil riset para ahli. Musik merupakan salah satu stimulus yang membuat seseorang merespon secara fisik. Stimulus tersebut diterima oleh telinga dilanjutkan ke otak yang kemudian memengaruhi kinerja tubuh.

Musik sebagai stimulus ketika masuk ke bagian otak akan berkelindan dengan bagian struktur lain seperti pengaturan emosi. Dari bagian tersebut otak memerintahkan tubuh untuk merespon musik sesuai interpretasinya. Jika musik tersebut dinterpretasikan sebagai penenang, sirkulasi tubuh dan peredaran darah pun menjadi tenang.

Terapi Musik

Dari berbagai riset sudah membuktikan manfaat musik bagi kesehatan seseorang. Kiranya perlu dioptimalkan kembali terapi musik bagi pasien yang menderita sakit, termasuk Covid-19 yang mematikan tersebut. Terapi musik dapat dipahami sebagai serangkaian upaya yang telah dirancang sedemikian rupa dalam proses penyembuhan penyakit atau masalah seseorang dengan menggunakan alat musik sebagai media utama.
Dengan bantuan musik, pasien diharapkan mampu berimajinasi tentang berbagai macam hal yang menyenangkan maupun upaya mengusir ketakutannya, sesuai kebutuhan penyembuhan pasien tersebut.

Ketika seseorang terjangkit Covid-19 atau penyakit lainnya, yang mereka alami pada umumnya bukan hanya sekadar gangguan tubuh materialnya saja, melainkan juga tubuh non meterialnya. Termasuk gangguan psikologis karena stigma sosial yang tidak bisa dihindari. Dengan menggunakan musik sebagai terapi paling tidak dapat menjadi alternatif penyembuhan secara psikologis. Musik sudah terbukti memiliki kekuatan defensif dan ofensif untuk melawan berbagai penyakit.

Musik yang digunakan untuk terapi berbeda dan bersifat spesifik antar pasien. Hal ini dikarenakan selera musik tiap orang yang berbeda. Apalagi pada terapi musik, pasien bisa ikut berpartisipasi. Seperti musik meditasi untuk mengurangi stress. Musik pop dan jazz untuk terapi saraf. Musik klasik lebih banyak digunakan untuk terapi pernafasan. Juga beberapa genre musik lain yang diharmonikan juga dengan keinginan atau selera pasien.
Dengan demikian, pada saat pandemi seperti ini dibutuhkan genre musik yang cocok untuk media terapi baik yang bergenre tradisional maupun populer. Para musisi perlu diberi ruang untuk melakukan proses kreatif guna membantu proses percepatan penyembuhan pasien yang terpapar karena sakit, baik Covid-19 maupun penyakit lainnya.

(Oleh: Ch. Dwi Anugrah, Ketua Sanggar Seni Ganggadata Jogonegoro, Kec. Mertoyudan, Kab. Magelang)

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar