Menyelamatkan Budaya Lokal Melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5)

Dilihat 7525 kali
Menyelamatkan budaya lokal melalui kurikulum merdeka

Oleh; P. Budi Winarto, SPd


DI dalam peradaban modern yang ditandai dengan menjulangnya kemajuan bidang teknologi, berbagai aroma kenikmatan dapat diperoleh secara instan. Tanpa disadari, kemudahan-kemudahan yang bisa membius manusia dan menciptakan kemajuan secara signifikan pada bidang ekonomi tersebut, dalam perkembangannya membawa dampak yang mengkhawatirkan terhadap karakter bangsa terutama karakter kaum muda.

Peradaban modern membawa konsekuensi masuknya setiap bangsa ke satu atap perkampungan global. Kapitalisme dan kompetisi menjadi tidak bisa dielakkan oleh setiap bangsa karena batas-batas dan aturan antar wilayah negara telah terhapus dengan teknologi komunikasi. Maka, siapa yang kuat dan mampu bersaing dialah yang akan bertahan.

Kapitalisme dan kompetisi juga menyebabkan imperalisme di segala bidang kehidupan, tidak hanya menerobos sektor ekonomi; namun seni dan budaya juga akan terimbas dalam persaingan global ini. Imperalisme seni dan budaya akan berlangsung secara sistematis, baik yang secara kasat mata ataupun melalui pemanfaatan kecanggihan teknologi dalam dunia maya. Tidak bisa dipungkiri, berbagai budaya dari luar yang masuk dan mempengaruhi perilaku para generasi muda melalui media internet semakin tidak terbendung lagi.

Filter-filter budaya yang diharapkan bisa memilah-milah mana budaya yang baik dan mana yang buruk mulai tidak berfungsi akibat derasnya persaingan dan kecanggihan teknologi. Salah satu cara atau  filter yang bisa membendung budaya yang negatif hanyalah kearifan lokal yang merupakan tema utama projek penguatan profil pelajar Pancasila dan segenap komponen bangsa yang peduli terhadap masa depan bangsa ini.

Budaya Kapitalis

Kemajuan bidang ekonomi yang dibawa oleh kaum kapitalis pada satu sisi memang menawarkan tingginya grafik kemakmuran masyarakat suatu bangsa. Namun pada sisi lain grafik peningkatan kemakmuran tersebut tidak diikuti dengan peradaban luhur yang menjadi karakter bangsa ini. Kapitalisme dan teknologi secara pasti dan nyata menggerus budaya-budaya yang menjadi ciri khas bangsa yang di dalamnya mengandung filosopi: kearifan lokal, perjuangan, kejujuran, sikap santun, menghargai sesama, serta kebiasaan untuk selalu bekerja sama dalam menghadapi kesulitan.

Kenyataan tersebut diikuti dengan pergeseran pola tingkah laku dan karakter masyarakat kearah kontradiktif. Budaya-budaya yang menjadi tuntunan kebijaksanaan dan peradaban yang luhur serta kearifan lokal telah termarginalkan oleh budaya ala kapitalis seperti: hedonisme, eksklusifisme, kecurangan, oportunisme, memburu kekayaan diri, brutalisme, dan hilangnya kesadaran untuk saling memperhatikan sesama. Manusia menjadi egois dan merasa terhormat bila telah berhasil meraih kekayaan dan kekuasaan. Bahkan bila kekayaan dan kekuasaan tersebut diperoleh dengan cara-cara yang culas dan tidak beradab.

Pergeseran Budaya

Menyatunya semua bangsa menjadi satu komunitas global telah membawa dampak yang kurang kondusif terhadap perkembangan budaya di tanah air, dengan terkontaminasinya virginitas budaya-budaya yang menjadi karakter asli bangsa. Kearifan lokal dan karakter asli bangsa Indonesia yang diharapkan mendukung kemajuan dan modernisasi dengan tetap mengedepankan keluhuran budi dan kearifan telah diganti dengan hingar-bingar kultur bangsa barat, sebagai konsekuensi dari peradaban modern yang diusung kaum kapitalis dengan menawarkan kesenangan-kesenangan semu.

Pergeseran budaya asli Indonesia ini tentu sangat memprihatinkan. Perlu satu upaya untuk bisa membelokkan kembali arah perkembangan budaya ke warna asli yang adiluhung. Penting dipertimbangkan dampak buruknya bagi masa depan bangsa ini, bila budaya-budaya yang sama sekali tidak mempunyai etika dan nilai estetika tersebut semakin marak dan mendominasi karakter para generasi penerus. Tanpa mengecilkan pentingnya modernisasi, perlu adanya kesadaran bahwa laju modernisasi tetap harus diimbangi dengan kemajuan akhlak dan budi pekerti. Kita ingin bangsa ini maju dan modern dengan tetap mengedepankan karakter-karakter luhur bangsa ini.

Memakai prinsip ikan laut, yang bisa hidup dan berkembang biak di habitat air laut yang asin tetapi tubuhnya tidak kemudian menjadi asin. Dapat diartikan bahwa sangat diperlukan kesigapan kita untuk bersikap bijaksana dan bersikap adaptif sehingga nilai-nilai modern bisa seiring dan menyatu dengan nilai-nilai karakter asli bangsa Indonesia.

Menyelamatkan Budaya Lokal

Karena itu salah satu cara untuk menyelamatkan karakter bangsa ini adalah dengan terus menggalakkan budaya-budaya lokal yang penuh dengan kearifan dan semangat daya juang. Selain itu juga perlu dipikirkan bagaimana cara mengembangkan kearifan lokal dan  budaya-budaya lokal demi mempertahankan dan memperkuat karakter bangsa. Saat ini cara yang bisa dilakukan  untuk mengembangkan budaya lokal adalah dengan mengangkat tema kearifan lokal dalam projek penguatan profil pelajar Pancasila dalam kurikulum merdeka. Hal ini tak terlepas dari esensi seni dan budaya itu sendiri sebagai elemen humaniora yang mampu menumbuhkan kepekaan nurani, nilai kesalehan hidup baik individu maupun sosial, dan makna kesalehan hidup. Melalui seni dan budaya mata hati kita akan makin terbuka terhadap persoalan-persoalan kebangsaan, sehingga mampu melihat setiap persoalan secara jernih; tidak mudah terjebak dan tergelincir dalam jalan hidup yang mengedepankan otot dan kekerasan (Sawali Tuhu-setya, 2008)

Upaya melalui projek penguatan profil pelajar Pancasila (P5) untuk mengembangkan kearifan lokal dan budaya lokal supaya tumbuh image di kalangan siswa dan masyarakat bahwa budaya yang kita miliki adalah budaya yang bernilai sangat tinggi. Sehingga para pelajar dan  masyarakat bukan hanya berani mempromosikan atau memakai budaya sendiri sebagai identitas dalam kehidupan bernegara maupun dalam pergaulan internasional, tetapi juga menjadikan masyarakat mau bersikap militan terhadap produk budaya bangsa sendiri.

Kondisi ini dapat dicapai melalui pendidikan baik di sekolah maupun proses pendidikan di masyarakat. Proses pendidkan budaya dan kearifan lokal melalu projek penguatan profil pelajar Pancasila ini dimaknai sebagai suatu uapaya menumbuhkan: kebanggaan dan penghargaan terhadap setiap produk budaya bangsa, kemauan mengadopsi filosofi-filosofi positip budaya menjadi basis dalam berpikir dan bertindak, serta kemampuan menciptakan suatu produk budaya yang berniali tinggi dan memiliki nilai komersial.

Selain mempromosikan secara aktif, langkah lain adalah memperkenalkan secara dini kepada generasi muda produk-produk budaya melalui berbagai event pagelaran seni dan budaya atau perlombaan. Sekolah-sekolah mesti progresif memperkenalkan dan mengembangkan kemampuan mencipta  produk budaya dari kreativitas dan ide-ide cemerlang anak didik dalam membakukan karya cipta yang memiliki nilai seni dan komersial tinggi. Pada saat yang sama, segenap komponen bangsa mesti menghargai dengan menjadikan produk-produk budaya sebagai sebuah ikon atau identitas baik lokal maupun nasional.

Pada tataran ini, dukungan penyelenggara pendidikan agar dapat membentuk manusia yang kreatif serta mandiri dan berdaya guna sangat dibutuhkan. Demikian pula dukungan lembaga yang mengeluarkan legalitas pembakuan hasil karya, agar segala ciptaan anak bangsa diakui sebagai produk budaya Indonesia, melaui hak paten.

Dengan kembalinya budaya-budaya lokal dan kearifan lokal menjadi kebanggaan masyarakat, khususnya para siswa dan generasi muda diharapkan karakter bangsa yang luhur bisa diterima kembali dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Semoga.


*)Penulis adalah Guru SMP Pendowo Ngablak.

Editor Slamet Rohmadi

0 Komentar

Tambahkan Komentar